Calya merebahkan tubuhnya dengan perasaan lelah karena sudah mencari-cari barang yang seharus-nya ia beli. Dari mulai perlengkapan sekolah hingga novel terbitan terbaru. Calya sangat senang dibelikan apa yang ia mau oleh sang Papa. Ia merasa beruntung mempunyai Papa seperti Kevin yang mengerti kemauan-nya.
Entah mengapa, pikiran nya tertuju kepada Dhafin. Calya sangat penarasan dengan-nya. Namun,Calya membuang pikiran tentang Dhafin dan kembali untuk menyiapkan perlengkapan sekolah.
"Buku udah, tempat pensil udah, mmm tas udah" Absen Calya seraya memikirkan apa yang belum ia siapkan.
"Oh iya Handphone! " Ucap Calya dan segera menchager handphone miliknya.
Perlengkapan untuk esok sudah tersusun rapih. Dari mulai seragam hingga tas dan buku sudah tertata sempurna. Calya memilih untuk berjalan-jalan di taman tak jauh dari rumah nya.
Calya berjalan menyusuri tempat yang belum ia kunjungi, dan tiba tiba perjalanan-nya pun terhenti karena ada seseorang yang menabrak-nya.
Brukk!!!
Calya terjatuh, ia meringis kesakitan, seseorang itu menolong Calya dan membawa-nya ke taman. Calya tidak mengenal siapa yang menabrak-nya, ia tidak dapat melihat wajah-nya karena tertutup oleh rambut Calya yang terurai panjang.
Calya terduduk seraya meringis kesakitan.
"Aduh sakit ya? Sini aku obatin ya? " Tatapan mereka saling bertemu satu sama lain.
"Dhafin? " Batin Calya dengan perasaan terkejut.
"Kamu... Calya kan? " Tanya Dhafin.
"Kok tau nama aku? " Balas Calya dengan jutek.
"Tau dong, aku kan bisa ngeramal" Balas Dhafin seraya tertawa kecil.
"Udah sini gue obatin sendiri aja! " Ucap Calya dan mencoba untuk mengobati tangan-nya yang terluka.
"Aww! Aww! " Ringis Calya.
"Tuhkan, pelan pelan makanya, marah marah mulu jadi cewek" Balas Dhafin seraya membersihkan luka yang berada di tangan Calya. Calya menatap wajah Dhafin penuh heran.
"Ngapain lo liatin gue sebegitunya? Suka? " Tanya Dhafin.
"Ish! Geer banget sih jadi orang! Udah ah gue mau pulang! " Bentak Calya dan mencoba untuk menjauhi Dhafin. Namun usaha nya gagal karena Dhafin menarik lengan Calya dan mengisyaratkan untuk tidak pergi dari sini.
"Ngapain sih lo nahan gue?! Lepas gak?! Lepas ish!! " Calya menepis tangan Dhafin dengan kasar.
"Kita belum kenalan kan? Kenalin gue Dhafin" Dhafin mengulurkan tangan-nya kepada Calya, namun Calya memilih untuk pergi menjauh dari Dhafin.
"Gue udah tau! Gak usah pake perkenalan segala! " Balas Calya dan meninggalkan Dhafin sendirian disana.
"Galak banget jadi cewek" Batin Dhafin.
🌵
"Ish dasar cowok aneh! Sok akrab banget jadi orang! " Dumel Calya seraya menendang batu yang berada di depan nya.
"Ngomongin gue nih? " Calya menoleh ke arah suara. Benar dugaan nya, ia adalah Dhafin.
"Lo ngapain sih ngikutin gue segala?! Pergi gak lo! Ihhh pergi!!! " Teriak Calya membentak.
"Jadi cewek itu jangan galak galak, masa cantik cantik galak" Balas Dhafin.
"Gue tuduh maling ya lo! Tolong!!! Tolong!!! Ada maling nih tolong!!! " Teriak Calya, hal itu membuat seluruh orang menghampiri Calya dan Dhafin.
"Ada apa neng? Mana maling nya? " Tanya ibu ibu.
"Itu tuh bu di depan saya, dia berusaha mau nyuri handphone saya" Balas Calya berbohong.
"Eh kecil kecil udah jadi maling! " Bentak sang ibu ibu memarahi Dhafin yang tak bersalah.
"Udah bu! Gebukin aja bu! " Dukung Calya seraya mengejek ke arah Dhafin.
"Saya gak maling bu sumpah" Balas Dhafin seraya bersumpah.
"Hajar bu hajar! " Teriak Calya.
Tentu hal itu membuat Dhafin menjadi babak belur.
"Mampus lo cowok aneh! " Ucap Calya seraya meninggalkan Dhafin yang sedang diintrogasi oleh ibu-ibu disekitar sana.
"Sial banget hidup gue" Batin-nya.
🌵
KAMU SEDANG MEMBACA
CALYA STORY [ON GOING]
Teen Fiction[UPDATE SECEPATNYA!! ] [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini kisah tentang kehidupan Calya Aneska. Bagi Calya, Dhafin adalah seorang yang sangat special baginya. Dhafin adalah cinta pertama yang singgah di hati seorang Calya. Saat cinta bersemi...