1. Levi Oktaviana Putri

39 6 0
                                    

Pagi ini seorang gadis cantik tergesa-gesa memasuki sekolah. Ia yakin ia terlambat, sebab sewaktu bangun tidur tadi ia melihat jam menunjukan pukul 07.45 dan sudah dipastikan ia terlambat. Namun sayang sekali, saat ia menapakan kakinya kedalam kelas, keadaanya cukup sunyi. Hanya ada beberapa murid rajin saja, seketika ia mengeram kesal sebab sudah pasti ia di jahili oleh sepupunya---Femely yang juga satu sekolah denganya.

"Femely bangsat," desisnya tertahan.

Lalu ia duduk di bangku pojok, dengan perasan yang amat dirundung kesal. "gw bakal bales semua! liat aja lo," katanya masih dengan perasaan kesal dan emosi yang hampir meledak ledak.

Tak berselang lama, seorang murid yang ia yakini dari kelas lain menghampirinya. Awalnya ia memasang sikap acuh, tidak memperdulikan siswi tersebut. Siswi itu duduk tanpa meminta persetujuan, baiklah kesan awal yang kurang sopan.

"Hai, kamu Levi ya?" tanya siswi tersebut, yah ia yang sedang menahan kesal setengah mati adalah Levi Oktaviana Putri --- gadis yang memiliki kepintaran juga kepribadian yang baik, saat sedang bersama orang lain. Tapi tahukan kalian? Bahwa di balik sosok kepintarannya Levi adalah ia, yang bisa berbuat brutal ketika ketenangannya di hasut.

"Ada perlu apa?" Levi bersikap acuh, bahkan suaranya terdengar dingin. Namun Alex tidak menyerah begitu saja, ia terus mendekati Levi.

"Jadi, kamu murid yang memiliki kepintaran itu ya? Wahh selain pintar ternyata kamu cantik banget yah, salam kenal aku Alexa Gradania kelas XII IPS 2."

Sok akrab, begitulah dikiranya Levi, ia hanya mengangguk lalu kembali fokus pada buku novel yang baru ia ambil. Levi tau sikapnya tidak sopan, tetapi Levi tidak suka ketika orang baru terlihat baik. Sebenarnya Levi tidak menaruh curiga, hanya saja perasaanya sedikit tidak nyaman saat berdekatan dengan Alexa.

"Levi jangan fokus ke buku novelnya dong, kan ada gw disini. Lagian kok Levi duduk sendiri, temen Levi mana?" tanya Alexa bertubi tubi.

"Penting gw kasih tau Lo?" lagi dan lagi suara dingin Levi membuat Alexa menarik nafas panjang, susahnya mengorek informasi pada Levi ini. Ia bersumpah akan memaki kakak kelas yang sudah menyuruhnya mendekati kulkas dingin macam Levi ini.

"Sekarang kan, kita temen. Levi kenapa sih? Dingin banget sama gw?"  tanya Alexa berusaha sabar, sebenarnya dalam hati Alexa ingin sekali mencakar wajah kurang ajar Levi yang terlihat tenang saat tau sebenarnya Alexa menahan kesal.

Sekarang Levi lah yang menghela nafas pelan, berusaha menepis rasa curiga dan kurang nyamannya. Ia mulai menutup buku novel dan menoleh pada Alexa, tidak ada titik bohong pada kata Alexa, hanya ada ketulusan.

"Gw gak punya temen, mereka jauhi gw karena gw murid yang paling pinter. Guru guru suka banget banding-bandingin gw sama siswa lain. Jadi mereka banci sama gw, walaupun pas ulangan mereka berebut mau duduk sama gw."

Alex menutup mulutnya tidak percaya, "Lo kasian banget Lev, sekarang Lo temen gw ya," kata Alexa meyakinkan dan Levi mengangguk.

Belum sempat berbincang lagi suara bel menggema menandakan bahwa jam pelajaran akan segera dimulai. Alexa berpamitan kembali ke kelas dan Levi hanya mengangguk sebagai jawaban.

Kembali dengan sikap dingin dan acuh, ia memperhatikan pelajaran dengan begitu serius, rasa kesalnya hilang saat bertemu dengan Alexa yang terus bertanya padanya.

***

Bel iaturahat mengema sejak 10 menit yang lalu, semua murid berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju perpustakaan, lapangan, belakang sekolah, toilet, dan jangan lupakan semua incaran para murid, yaitu kantin. Namun berbeda dengan Levi, ia tetap duduk di dalam kelas melihat siswa siswi teman kelasnya bahkan dari kelas lain berlalu lalang.

Ia sebenarnya ingin keluar namun ia urungkan niat itu sebab tidak memiliki teman. Saat ingin membaca novel, tiba tiba perhatian Levi teralih oleh Alexa, yang sedang berbincang dengan seorang kakak kelas. Kakak kelas itu yang pernah mencari masalah dengan Levi, awalnya ia acuh namun rasa penasarannya mulai meronta meronta.

Levi bersembunyi di balik tembok, ia mendengar perbincangan antara kedua siswi tersebut dengan teliti.

"Gimana Lex? Kamu tau apa tentang Levi?" Tanya Kaka kelas itu.

"Dia itu anak yang di kucilkan kak, karena katanya dia itu aneh. Kampret Lo nyuruh gw deketin kulkas es kaya dia, pengen gw cakar rasanya tau gak!?" Levi menyunggingkan senyum manisnya, ia mendengar perbincangan antara kakak kelas dan Alexa tersebut. Seketika ia merasakan bahwa tubuhnya sudah penuh keringat menahan emosi.

"Hahaha, memang dasar cupu! Ya udah nih, buat Lo beli alat make up. Dan ini vocer jalan jalan bakal gw kasih dengan syarat Lo harus korek banyak informasi oke?" Kata Kaka kelas itu lalu pergi setelah memberi uang pada Alexa. Kurang aja memang, mereka kira Levi  ini apa. Baiklah jika itu mau Alexa maka levu akan ikut bermain tapi dengan cara levi sendiri.

"Hai Alexa," sapa Levi setelah keluar dari balik persembunyian lalu memasang raut wajah bersahabat.

"Oh.... Hai lev.. Levi," katanya cukup terbata bata.

"Hai, kenapa kamu terlihat seperti ketakutan sekali, kenapa?" Tanya Levi  cukup manis.

"Eee.. anu... Gak papa kok Lev, eh iya kamu mau apa tadi panggil aku?" Alexa menjawab setenang mungkin, terdengar manis namun memuakkan.

"Emm, kamu mau gak temenin aku ke roof top bentar? Aku pengen curhat nih sama kamu."

Ia nampak berfikir, "Hem, yaudah ayok lahh!" Katanya cukup bersemangat dan menggandeng tanganku.

Saat sampai di atas roof top Levi melepas gandengan tangan pada Alexa dengan kasar. Ia tersenyum jahat lalu memandang remeh Alexa. Ia akan bermain dengan caranya sendiri, Alexa bilang ia ingin jalan jalan bukan? Baiklah akan ku buat dia pergi jalan jalan dari dunia ini, selamanya.

"Kamu tau Lexa? Aku sangat benci dengan penghianat, dan kamu tau? Aku tidak segan segan membunuh orang yang sudah memberi informasi tentang diriku pada orang lain," Levi berkata seolah tanpa rasa takut. Ia maju mendekat pada Alexa begitu pula dengan Alexa yang ikut mundur dengan raut wajah ketakutan.

"Lev, kamu mau ngapain?" tanya Alexa dengan wajah yang mulai pucat.

"MATI!" Levi berteriak  dan mendorong Alexa hingga ia tergelincir dan jatuh, namun tanganya berpegangan pada pinggiran dinding membuat ia masih bisa menahan tubuhnya. Raut wajah ketakutanembuat Levi tertawa, nyaring terdengar mengerikan ditambah suasana cukup sepi.

Alexa menangis, meminta agar Levi berbaik hati menolongnya, bukanya  kasian justru Levi semakin terbahak bahak melihat wajahnya yang sudah pucat pasi kerena takut.

"Takut? Iya?" Levi memainkan kakinya diatas kepala Alexa, menginjak kepala Alexa hingga terdorong kebawah.

Alexa terisak dan memohon, namun Levi diam sembari melihat bagaimana raut Alexa.

"Selamat tinggal Alexa!" Levi berbisik dan menginjak kuat tanganya hingga terlepas, dalam hitungan detik terdengar suara seperti orang jatuh. Levi tertawa melihat aksi gilanya yang berhasil.

Brakk . . . . .

Levi tersenyum bangga, akhirnya emosi yang sempat tertahan kini terlampiaskan. Ia senang melihat jasad Alexa yang terkapar mengenaskan tidak bernyawa di bawah sana. Bahkan darah sudah mengucur deras, bukan hanya dari bagian kepala. Namun hampir semua mengeluarkan darah.

Beberapa siswi yang ada di bawah menjerit kaget sekaligus ketakutan melihat jasad Alexa yang cukup mengenaskan. Sedangkan Levi, ia turun dengan senyum dan perasaan yang amat senang. Ia mendengar bisikan bisik siswa siswi yang membicarakan kasus Alexa, mereka mengira Alexa bunuh diri. Lalu Levi ingin sekali tertawa mengingat bagaimana kejadian tadi.

Ia benci apapun yang mengganggunya, jadi ia fikir itu pantas Alexa dapatkan.

1. Kata Buat Levi?


Sadis Ih Levi!!

Hii haii, aku balik lagi😁 uwuwu, gimana nih perkenalan tokoh pertama? Greget? Atau masih hambar?

Jangan lupa tinggalkan jejak:)
Berupa vote, komen, kritik, saran hehe😁.

Terimakasih dan see you next part❤️😁

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang