19. MUTILASI

20 3 0
                                    

Malam yang dingin dengan di temani taburan ribuan bintang ini akan membuat pasang mata siapa saja akan terpukau. Tamparan angin sepoi-sepoi pun menambah kesan dingin dan tenang di tengah tengah gelap gulita nya malam. Sesuai janji mereka Mujalefa geng sudah berkumpul di base camp.

"Berangkat sekarang ajalah ayok," ajak Maya, gadis dengan jam tangan biru muda itu nampak seperti cacing kepanasan.

"Bentar bentar, gue kebelet nih!" pekik Shila segera berdiri.

"Kebiasaan lo! Dari tadi enggak!" sinis Nada membuat Mujalefa geng berdiri. Shila hanya meringis kecil.

"Lemes banget emang anu lo!" cibir Femely lalu disusul gelak tawa Mujalefa geng.

"Ambigu nih gue bangke!" protes Shila sebal. "Cil temenin ke kamar mandi dong," pinta Shila berjijig menahan sebuah panggilan alam.

"Call me Na asuk!" desis Diana kejam.

"Iya deh iya! CEPETAN AYOK GUE GAK TAHAN ANJIM!" jerit Shila berlari lebih dulu. Diana menyusul dengan dumelan kecil karena kelakuan temannya.

"Gitu banget temen lo!" bisik Levi membuat Thiwi terkekeh.

"Gitu gitu kalo gak ada sepi tau, ga ada yang kelakuanya segoblok dia soalnya," jawab Thiwi enteng.

"Ngomong tuh yang jelas dong, jangan bisik-bisik gue tau kalian lagi ngomongin gue kan?" tanya Maya dengan wajah yang dibuat memelas.

"Tolong jadi orang jangan kegr-an ya tomlol!" sambar Femely sinis, diam-diam gadis itu menyimak pembicaraan Thiwi dan Levi.

"Sekali ngomong nancep sampe jantung lo!" decak Maya memilih diam.

"Off baperan!" cibir Nada terkekeh kecil.

Belum sempat Maya membalas, Shila dan Diana sudah lebih datang, mereka berdua saling mencibir membuat Nada dan Femely berdecak kompak.

"Kalian berdua kalo gak ribut gak bisa ya?" tanya Levi menarik Diana untuk berdiri disampingnya.

"Enggak!" jawab Diana dan Shila kompak.

"Lo dulu ya yang mulai!" tunjuk Diana tak terima.

"Salahin gue terus lo Cil! salah siapa pendek!" desis Shila membuat Diana menjerit kesal.

"Diem lo tiang listrik!" pekiknya menahan emosi yang memuncak.

"Lo yang diem Cil!" balas Shila tak mau kalah.

"Gitu aja terus sampe ayam berkokok!" umpat Maya jengah.

"Kapan berangkatnya ini Jingannn?" tanya Thiwi setengah tertahan.

"Gak usah lo tahan gitu suaranya, takutnya ada yang keluar," ejek Femely membuat Thiwi terkekeh geli.

"Kalo keluar yaudah sih tinggal di buang aja!" sahut Shila enteng.

"Nyamber aja lo kaya kabel listrik!" cibir Thiwi mendengus sebal.

"Udah ributnya?" tanya Nada sedikit emosi. "Bisa berangkat sekarang?" sambungnya bersedekap dada.

"Bisa nyonya," jawab Diana cepat.

"Bercanda sekali gue gampar lu semua!" ancam Nada lalu berjalan lebih dulu.

"Ceweknya Galang kalo ngambek serem ih," bisik Shila membuat Mujalefa geng kompak terkekeh.

"Makanya jangan lo ganggu tuh, pawangnya jauh soalnya!" jawab Levi tak kalah pelan.

"Kalo masih suka ngomongin temen di belakang, jangan sok keras kalian!" teriak Nada dari luar basecamp.

"Gue rasa selain galak dia juga punya bakat jadi cenayang deh!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang