7. Nayshila Raquella

17 5 1
                                    

Gadis ceria itu berjalan memasuki area Kantin dengan senyum merekah. Setiap ada yang menyapa akan ia balas dengan seulas senyum manis.

Namun juga tatapan dingin ikut serta menghiasi wajah berparas cantik milik gadis itu. Ia berjalan mendekati salah satu stand makanan kesukaannya. Seblak.

Ia segera berbaris pada antrian panjang pada stand seblak tersebut. Ia mulai jenuh, ia memandang sekeliling kantin yang cukup ramai dan riuh dengan suara para siswa siswi yang berebut makanan.

Tatapnya jatuh pada seorang siswa yang baru masuk ke area Kantin. Dia, Gilar Caprila—salah seorang yang masuk dalam jajaran Most Wanted di SMA Candra Bakti.

Cowok yang sudah singgah satu tahun lebih di dalam hatinya. Senyumnya makin mengembang saat berfikir Gilar juga sedang memperhatikannya.

Namun ia sadar, bahwa senyum itu bukan untuknya. Melainkan untuk seorang gadis lain yang berusaha mendekati Gilar.

Dia Shila yakini bernama Raya, teman seangkatan yang terkenal dengan paras cantik juga segudang pretasi. Senyum Shila pudar begitu saja, berganti dengan kepalan tangan kuat dan wajah dingin menatap dua orang sejoli yang sedang berbincang ringan.

Menyingkirkan— kata yang terngiang jelas dalam fikiran Shila itu membuat ia tersenyum licik. Ia bukan tipe orang yang ribet, ia ingin yang simpel tapi berkesan. Tidak ingin mengotori tanganya hanya untuk menyingkirkan gadis yang sudah berani mendekati miliknya.

Katakanlah Shila egois, tapi memang ini yang terbaik menurutnya. Ia mengambil sebuah bungkus kecil dari saku seragamnya. Racun. Benda kecil yang sangat membantu, simpel dan mematikan.

Botulinum satu jenis racun yang sangat mematikan walau hanya di gunakan dengan dosis kecil.

Shila berjalan perlahan menghampiri Gilar, tersenyum simpul saat ia berada tepat di hadapan Gilar.

"Hai, Gilar."

"Hai, tumben sendirian aja?"

"Iya nih hehehe, ini siapa? Gebetan Lo?"

"Dia Raya, temen gw."

"Oh temen, kenalin gw Nayshila Raquella. Lo bisa panggil gw Shila."

"Raya."

Tepat saat tangan kanan Shila menjabat tangan Raya, dengan cerdik dan lincah pula Shila gunakan tangan kirinya untuk menuang racun pada es jeruk milik Raya.

Sedikit, namun Shila yakin dalam hitungan detik raya akan lenyap.

"Lo gak makan Shil?"

"Gak, mager. Mau balik ke kelas dulu, see you," Shila beranjak berdiri. Ia berjalan pelan, namun menoleh sekilas lalu tersenyum saat melihat Raya mengaduk es jeruknya.

Raya. Gadis itu meminum es jeruk nya dengan santai, ia melanjutkan perbincangan nya dengan Gilar. Namun setelah minum ia merasakan tenggorokannya panas.

"Lo kenapa Ray? are you oke?"

"I'm ok."

Raya memegang tenggorokan, ia merasakan nafasnya tercekat. Raya merasakan badannya seperti terbakar. Belum lagi kakinya seakan lumpuh tidak bisa di gerakan. Ia tidak bisa bicara, namun dari sorot matanya saja Gilar bisa membaca bahwa Raya kesakitan.

"Raya!!" Gilar berteriak panik saat melihat Raya kehilangan kesadaran.

Dan yang membuat Gilar semakin panik dan terkejut adalah mulut Raya mengeluarkan banyak cairan putih, seperti busa. Disusul dengan darah segar merah kental yang keluar dari hidung dan telinga.

Semua yang berada di kantin berbondong-bondong mendekat pada Gilar dan Raya. Mereka saling berbisik dan tidak ada satupun yang berniat membantu.

"Lo bantuin gw bego! Jangan cuman liat doang goblok!" cerca Gilar emosi, takut, dan khawatir.

Beberapa siswa membantu Gilar memapah Raya. Tepat saat itu juga Shila datang dan membelah kerumunan.

Ia tersenyum dalam diam, lalu mendekati Gilar. Ia menepuk pelan bahu cowok itu. Gilar menoleh lalu menatap heran kearah Shila.

Tanpa berniat membalas tatapan Gilar, Shila segera memegang denyut nadi Raya pada leher, tangan dan terakhir mencek deru nafas di hidung Raya.

Shila menahan senyum, dan tepat Raya mati sebegitu cepatnya. Dan dengan cekatan ia mengubah ekspresi menjadi sedih, membuat Gilar berharap cemas.

"Iklasin dia, Lar. Raya udah pergi ninggalin kita semua."

Raya menepuk bahu Gilar berusaha menenangkan cowok yang nampak shock dan frustasi tersebut.

"Enggak! Raya bangun! Lo katanya pengen pergi sama gw kan? Raya!" Gilar merancau pilu, ia menangis melihat Raya terkapar tidak bernyawa.

Hal itu membuat Shila semakin mengepalkan tangannya kuat. Ia menatap Gilar dingin, bergantian menatap jasad Raya remeh.

Guru-guru mulai berdatangan. Mereka melarikan Raya kerumah sakit. Walaupun mereka tahu Raya sudah tidak ada, namun mereka tetap kukuh ingin membawa jasad Raya ke rumah sakit.

Gilar mengekori para guru yang terlihat kalang kabut. Di ikuti kerumunan para siswa yang membubarkan diri. Tapi tidak dengan Shila, ia tersenyum sinis.

Tatapnya tak lepas dari orang-orang yang membawa Raya.

"Selamat tinggal gadis pengganggu."

Kalimat terakhir yang Shila ucapkan sebelum memutuskan untuk pergi dari kantin. Dengan perasaan senang bercampur cemburu yang tidak akan pudar.

Lagi dan lagi, SMA Candra Bakti akan di kejutkan dengan berita kematian siswa dan siswi yang meninggal secara tiba tiba. Dengan cara  tidak wajar, dan meninggalkan misteri yang janggal.

1. Satu kata untuk Nayshila ?

.
.
.
.
.
.
.

     ‘JAHAT BET LU SHILA!

.
.
.
.
.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

BINTANG JANGAN DI ANGURIN BOS, PENCET LAH BIAR YOI🤣

KASIH BINTANG KALAU KALIAN SUKA PART INI ♥️

JANGAN LUPA KRIRIK+SARAN!!

SEE YOU NEXT PART GENGS🤣

ngegas banget!!

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang