4. Maya Septhia

17 4 0
                                    

Gadis yang mempunyai perawakan sedikit gempal ini adalah ia yang tidak suka diremehkan. Seringkali merasa dikucilkan oleh sebagian orang bahkan hampir semua dari temanya. Bahkan ia tidak segan membunuh siapapun yang sudah berani mengusik ketenanganya dengan remeh tidak pandang bulu siapa yang akan ia lenyapkan. Maya Septhia, gadis yang tidak terlalu tinggi, lucu, memiliki tubuh gempal dan sangat pendiam. Walaupun lucu tapi Maya tak lepas dari seorang gadis yang pendiam.

Pagi itu, adalah pagi dimana Maya melancarkan aksinya untuk membunuh. Bukan tanpa sebab Maya membunuh, ia benci terhadap orang yang telah meremehkannya.

Kejadian tragis ini harus berawal dari seorang kakak kelas yang terus merendahkan kemampuan yang Maya miliki, bahkan sempat beberapa kali kakak kelas tersebut mengatai Maya sebagai seorang anak obesitas. Yuri, adalah seorang kakak kelas yang terkenal nyetrik, cantik, dan juga memiliki kepintaran. Namun alih alih dibalik sikap sempurnanya Yuri terkenal dengan sebutan si Mulut Pedas.

Ia selalu saja mengomentari semua hal yang patutnya tidak ia tahu.

"Lo, anak Obesitas ya?" Yuri terlihat gemar sekali melontarkan pertanyaan tidak berfaedah seperti itu.

"Lo buta? Punya mata gak dipake ya? Atau gak tau fungsi mata? Gayanya anak berprestasi tapi mata aja gak tau gunanya buat apa," sarkas Maya mampu membuat Yuri terkejut dengan perkataan yang Maya lontarkan.

"Lo apa apaan hah? Berani Lo sama gw? Ga usah sok deh, badan kaya Dugong aja begayaan ngatain gw buta! Emang nyata kalo kalo Lo tuh badannya kek ikan buntel tau gak?" bukanya jera justru Yuri semakin memojokkan Maya. Maya mengepalkan tangan kuat, ingin sekali ia menampar mulut sampah kakak kelasnya ini.

"Apa? Berani Lo? Ngapain tangan ngepal-ngepal gitu? Nahan emosi? Dih gausah sok marah Lo, Dugong mah Dugong aja gausah sok kaya kelinci. Cih lo gak malu?" lagi dan lagi Yuri melontarkan perkataan pedas, membuat telinga Maya panas sebab perkataan kurang ajar tersebut.

"Lo, gw pastiin bakal nyesel ngomong kaya gini."

Setelahnya Maya pergi meninggalkan Yuri yang sudah mencak mencak tidak jelas. Seperti apa perkataan Maya, ia sudah memikirkan apa yang akan dilakukan untuk melenyapkan Kakak kelas bermulut pedas itu.

Mungkin mencekik atau memotong lidahnya terlihat menyenangkan untuk dilakukan. Baiklah ia akan sedikit bermain darah untuk hari ini. Perlu kalian tahu, Maya adalah dia yang suka dengan darah, bau dan warna yang sangat mencolok membuat Maya candu akan Darah.

Mengerikan bukan? Sangat, tidak tanggung tanggung Maya sudah menyiapkan sebuah gunting yang sering ia gunakan untuk memotong lidah korbannya. Baiklah untuk kali ini Maya akan memotong lidah pedas dan mencolok mata gadis yang sudah kurang ajar itu.

"Setelah ini, gw yakin Lo bakal jadi jasad mengenaskan."

Sebelumnya Maya mengirimkan pesan pada Yuri, berisikan tantangan untuk datang ke taman belakang sekolah, tanpa membawa teman. Maya menulis bahwa ia akan memberikan sebuah kejutan kecil, jika Yuri tidak datang maka ia akan menyebut kakak kelasnya itu seorang pecundang. Baiklah ia pandai bermain tipu daya, bagus Maya.

Jam istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Maya sudah menunggu kedatangan kakak kelasnya itu. Maya sempat mengumpat kesal sebab tidak ada tanda tanda bahwa Yuri telah datang.

Hingga akhirnya Maya ingin bergegas mencari Kakak kelasnya namun terhenti saat mendengar suara derap langkah dari arah berlawanan. Bagus, kakak kelasnya ini ternyata bukan seorang pecundang.

Maya bersembunyi dibalik sebuah pohon besar, tepat dibelakang Yuri yang sedang berdiri.

"Awas aja kalo bocah cupu boong sama gw. Bakal gw bejek bejek tuh bocah!" gumam Yuri terdengar jelas di telinga Maya.

Ia menyeringai tajam, lalu mulai melangkah maju mendekati Yuri. Katakanlah Maya ini seperti pengecut yang akan menusuk dari belakang. Saat sudah berdiri tepat dibelakang Yuri, Maya segera mengarahkan gunting pada leher Yuri. Menarik Yuri agar sedikit bersandar.

"Keliatannya udah gak sabar Lo, pengen main darah sama gw?"  bisik Maya tiba tiba membuat tubuh Yuri mengerjang takut.

"Le----lepas!" Yuri ketakutan saya merasakan benda tajam semacam gunting menempel pada kulit lehernya. Sialan ternyata dia salah jika tidak mengajak dua temanya kemari.

"Kenapa? Lo takut?" Maya bertanya lembut namun tersirat makna dalam ucapan tersebut.

"Gw bilang lepas!budeg Lo?" Yuri bersikeras menjauhkan tangan Maya dari lehernya. Namun bukanya menjauh Maya justru semakin menekan gunting kearah leher Yuri.

"Aww .... takutt, dalam keadaan gini aja Lo masih nyebelin ya. Heran gw sama Lo. Gimana? kira kira enak motong lidah dulu baru colok mata? Atau colok kata dulu baru gunting lidah sialan Lo dulu?" tawar Maya membuat Yuri tercekat.

"Please lepasin gw, May."

"Tadi itu permintaan atau permohonan?" tanya Maya semakin gencar menekan gunting tersebut.

"Maafin gw, dan tolong lepasin gw."

"Wow .... sekarang lu tinggal ngajuin pertolongan?" Maya terkekeh pelan melihat raut wajah Yuri yang amat ketakutan. "Atau gw potong aja leher Lo? Terus nanti baru deh potong bibir Lo ini? Gimana?" lagi dan lagi kaya berhasil membuat Yuri ketakutan setengah mati sebab penawaran tidak masuk akal.

Yuri menangis detik itu juga, saat ia rasakan sebuah benda tajam menggores lehernya. Ia menjerit namun Maya justru mencekeram kuat rahangnya. Hingga mulutnya sedikit maju dan memperlihatkan lidahnya. Dengan sigap Maya memotong kue bibir Yuri dengan brutal.

Saat Yuri menangis kesakitan dan memohon ampun kaya justru menusuk mata Yuri. Darah mengalir dari leher bibir dan juga kata Yuri. Seperti menangis darah, mata Yuri terus mengeluarkan cairan kental merah pekat. Detik berikutnya Yuri tergelatak lemah, kehabisan darah, merasakan sakit luar biasa adalah keadaan Yuri sekarang ini.

Maya tertawa keras, puas melihat banyak darah ia berbisik pelan tepat di telinga Yuri. "Suka dengan permainan darah ini? Selamat tinggal mulut sampah."

Namun, sebelum benar benar pergi Maya membuka paksa mulut Yuri, memotong dengan kasar lidah pendek Yuri.  "Lidah memang tak bertulang, namun sekalinya ia berkilah maka ketajamannya akan melebihi pedang. Jaga lisanmu, jika tidak ingin berakhir dengan kehilangan," terdengar rintihan kecil saat lidah Yuri berhasil Maya potong. Setelahnya tak lupa ia mengambil ponsel milik Yuri, lalu memukul dengan batu besar berkali kali untuk menghilangkan barang bukti.

Hingga semua merasa cukup, Maya pergi begitu saja. Tanpa ada rasa takut bahkan bersalah sedikitpun. Dengan mudah melenyapkan dan meninggalkan tanpa merasa salah.

Kembali seperti keadaan semula, terlihat biasa saja bagai orang yang tidak melakukan apa-apa. Taman sekolah, pohon rimbun, rerumputan, dinding dinding, menjadi saksi bisu bagaimana kejam Maya menghilangkan nyawa seorang seniornya---Yuri Abinayah dengan sebuah gunting.

Jika ia menyakitimu tanpa kau menyentuh dirinya, maka lenyapkan saja ia secepatnya.
-MayaSepthia-

1. Satu kata untuk si lucu Maya?


.
.
   .
    .
     .
      .
       .  -Maya kok kejam bangett😌-
      .
     .
    .
   .
  .
.
.

Haii, gimana? Makin penasaran, atau makin gimana? Jangan lupa tinggalkan jejak gengs 😗.

And see you next part 😁

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang