2. Femely Kurniasari

21 4 0
                                    

Bagi Femely seorang pembohong adalah orang tidak berguna. Mereka yang sudah memainkan kepercayaan sangat layak untuk dimusnahkan. Tidak segan segan untuk mencelakai bahkan untuk membunuh mereka yang sudah berbohong.

Dia gadis yang sangat benci pada mereka yang telah berbohong kepada dirinya, walaupun itu sahabat sendiri.
Bukan, bukanya ia tega ia hanya sudah terbiasa untuk memusnahkan yang tidak dapat di percaya.

Lina, ia harus di habisi sebab berbohong pada gadis yang benci pada pembohong. Padahal ia tau bahwa seorang Femely sangat membenci  seorang  pembohong.

Semua berawal dari Lina yang ceroboh dan tidak pandai bermain muslihat. Lina  terlihat sedang membuka tas Femely tanpa  tanpa meminta izin pada pemiliknya.

"Hei, sedang apa kamu Lin?" tiba tiba Femely bertanya penuh selidik.

"Engg.... Anu.... Enggak apa apa kok Fem, cuman ini aku mau minjam bolpoin mu! Hehe," Lina menyahut penuh ketakutan, dan itu langsung bisa ditangkap oleh Femely. Baiklah sahabatnya pun kini mulai berbohong padanya. Femely tau Lina bohong, sebab semua bolpoin yang ia punya berada pada laci meja.

"Anu, aku ke toilet dulu ya Fem, kebelet hehe," pamitnya dan Femely hanya mengangguk saja. Bodohnya Lina meninggalkan ponsel di atas meja, segera lah Femely ambil untuk melihat apa yang akan Lina perbuat. Bukanya lancang, tapi Femely sedang mencari kejanggalan yang sedang terjadi. Saat pula membuka ponselnya tiba tiba saja ponsel itu berdering menandakan bahwa ada panggilan masuk, dan segera Femely mengangkatnya.

" Gimana Lin? Udah Lo taro kan itu uangnya Bu Yuan ke dalam tasnya si bocah Tengil itu?" Katanya, aku mengerutkan keningnya lalu paham bahwa Lina telah bersekongkol dengan teman kelas yang lain.

Baiklah, bukanya hanya berbohong tapi ia juga menjadi seorang penghianat. Bagus, dua kesalahan dalam satu tindakan, Femely mengepalkan tangan menahan gejolak emosi didalam dirinya.

" Pokoknya Lo harus berhasil, gw gak sabar pengen liat Femeli itu di keluarin dari sekolah! Hahaha.. yaudah gw tunggu Lo di kantin, dan buat bayarannya udah siap."

Femely mematikan panggilan sepihak dengan perasaan kesal bercampur kecewa. Kesal sebab ia dibohongi oleh sahabatnya sendiri, dan juga kecewa sebab sahabatnya sendiri pula sudah berani berhianat.

"Dasar bodoh! Aku kira dia sahabat yang baik! Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada dirimu, Lina!" kata Femely tersenyum penuh arti tepat saat Lina memasuki kelas.

"Hey, kenapa kok kamu senyum senyum gitu Fem?" Tanya Lina, Femely  hanya terkekeh saja.

"Ketaman belakang yuk, bosen nih pengen dapet suasana yang adem ayem gitu."

"Yaudah lah skuyy," setujunya berjalan lebih dulu, sedangkan Femely bersiap mengambil belati dari balik sakunya. Ia memainkan ya sebentar lalu memasukan kembali belati tersebut, senyum licik nan seram menghiasai wajah gadis lucu tersebut. "Bersiap dengan permainan penuh darah dan tangis, Lina!" Desisnya tajam, lalu menyusul Lina yang sudah berjalan lebih dulu.

Keadaan taman belakang sekolah cukup sepi, bahkan hanya Femely dan Lina yang ada disana. Tepat dan sangat menguntungkan, mereka segera duduk di bawah pohon rimbun yang biasa di duduki banyak siswa sebab dapat memberikan suasana sejuk.

"Lin, kamu tau gak? Aku itu benci banget sama pembohong."

"Iya tau, e ... terus kenapa?" tanya Lina mulai terlihat gugup.

"Ya rasanya pengen bunuh aja gitu," sahut Femely  terkekeh dan Lina langsung membulatkan mata.

"Sadis banget kamu!" Lina berucap setenang mungkin, disusul gelak tawa yang terlihat memuakan telinga Femely.

"Tapi aku yakin, sahabat yang aku percaya gak akan ngelakuin hal bodoh kaya gitu," sambung Femely  lalu tersenyum.

"Ahh, swettt.... Peluk dulu sinii," Lina merentangkan tangan, begitu pula Femely.

Mereka berpelukan bak anak kecil yang sedang melepas rindu. Femely mengusap pelan punggung Lina, sebelah tanganya pun mengambil belati dari balik sakunya roknya. Sayang sekali tanpa Lina ketahui, dibalik elusan pelan nan lembut pada punggung Lina, Femely sudah siap dengan belati ditangan kirinya.

Crukk....

"Akh....." Lina merintih sakit, sekaligus kaget saat merasakan sebuah benda tajam menusuk punggungnya. Ia sedikit mengerang kesakitan merasakan semakin dalam tusukan yang di berikan.

Darah segar merembes dari seragam Lina, bersamaan dengan suara rintih dan erangan sakit. Lina mencoba melepaskan pelukannya, namun sayang semakin Lina memberontak dengan sisa tenaganya semakin kuat juga Femely mencekeram tubuh Lina.

"Dan sayangnya kamu terlalu bodoh dalam bermain denganku Lina! Selamat tinggal pembohong!" kata terakhir yang Lina dengar adalah hinaan sekaligus ancaman selamat tinggal dari sahabatnya sendiri. Tanpa mau mendengar penjelasan justru Lina sudah terlebih dahulu ditikam oleh Femely. Ada rasa bersalah sebab sudah menghianati Femely, dan beribu penyesalan tidak dapat membuat ia kembali lagi.

Setelahnya Femely pergi meninggalkan jasad Lina, ia yakin bahwa gadis itu sudah meninggal.

"Maaf, gw harus lakuin ini ke Lo, Lin, asal Lo tau gw sayang sama Lo. Tapi Lo? Malah hancurin kepercayaan gw."

Kembali kedalam kelas seolah tidak terjadi apa-apa, bertingkah biasa dan juga berpura pura tidak tahu saya ditanya dimana Lina. Tameng Femely adalah berupa wajah lucu yang tidak akan pernah membuat orang lain curiga atas perbuatan kejam yang telah ia perbuat.
.
.
.
.
.

1. Satu kata buat Femely?

Jangan lupa tinggalkan jejak gengs😁.

See you next part!❤️

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang