12. Siapa Dia Sebenarnya?

25 4 2
                                    

"Beresin yang bener woi!" teriak Thiwi kesal. Sore ini mereka sudah menemukan tempat strategis untuk di jadikan sebagai tempat berkumpul mereka.

Sebuah rumah tua tidak berpenghuni ini akhirnya yang mereka beli. Jauh dari keramaian kota dan tempatnya sangat asri, juga sejuk. Mereka membagi tugas masing-masing. Namun bukanya mengerjakan dengan baik, justru mereka malah bermain-main.

"Shila, Levi! Jangan buat lempar-lemparan lap nya!" Maya ikut berteriak jengkel, karena sempat beberapa kali ia terkena lemparan lap kotor.

"Diana juga ngapain sih malah duduk doang disitu! Nada lu turun cepetan! Bukanya pasang gorden yang bener malah berdiri kaya patung lo,"  teriakan dingin Femely langsung membuat mereka diam. Dan kembali fokus pada pekerjaannya.

"Kalo Femely aja langsung pada takut lo!" Thiwi berdecak kesal lalu segera duduk karena pekerjaannya telah selesai.

"Udah cepetan selesein!"

"Iya Ndoro Maya," jawab Shila.

"Akhirnya punya basecamp kita!" pekik Diana ikut bergabung dengan Thiwi.

"Gak usah patungan, udah biar si Thiwi aja yang bayar," seru Shila asal.

"Ye sih kampret, gua kira lu yang bakal bayar!" cibir Maya tertawa.

"Gini nih kalo tusuk sate dikasih nyawa, ngomongnya bikin pengen gaplok!" cerca Diana membuat Shila tertawa puas.

"Gayanya sok banget emang, gue kira lu yang nangung. Ehh, malah suruh Thiwi yang bayar! Ahlaknya abis ya?" Nada ikut angkat suara.

"Kenapa harus susah-susah bayar kalo bisa enak-enak menikmati  gratis!" jawab Shila santai.

"Enak di lo, enggak di gua!" decak Thiwi lalu mereka semua ikut bergabung.

"Anggep aja sedekah!" timpal Levi setuju dengan lontaran asal Shila.

"Tapi gua gak mau!"

"Ck, pelit Lo!" sindir Femely membuat mereka terbahak.

"Gak mau bikin nama geng?" tanya Shila menaikturunkan alisnya.

"Jangan alay-alay namanya!" ujar Nada lalu merenggangkan ototnya.

"The dark?" usul Levi.

"Mujalefa?" tambah Maya tersenyum geli.

"The bad?" Thiwi ikut memberi usul.

"Unigrils?" Shila terkikik setelah mengucapkan kata tersebut.

"Mujalefa aja deh," Diana tertawa keras.

"Good, Mujalefa."

Mulai saat ini mereka menjadi bagian dari mujalefa geng. Nama aneh namun akan memberi kesan mengerikan.

"Beli makanan dong guys, laper banget sumpah!" ujar Nada mengeluarkan selembar uang seratus ribuan.

"Lo suruh aja dua curut itu," sahut Femely menunjuk Shila dan Diana bergantian.

"Bocah Dajjal banget sih!"

****

Lagi dan lagi, kembali beredar sebuah berita kematian seorang siswi di dalam toilet rusak. Semua orang nampak semakin ketakutan, banyak yang memilih pindah sekolah, dan tak sedikit pula yang mencari misteri ini.

Pagi ini Mujalefa geng kecuali Shila sudah berdiri di depan papan Mading dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan. Mereka semua menggeleng heran.

"Lo gak macam-macam kan Dii?" tanya Femely dingin.

"Enggak! Gua bener-bener cuman kunci dia doang!" balas Diana meyakinkan.

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang