Mujalefa geng berjalan semangat saat melewati lorong yang dipenuhi murid-murid. Mereka sedang berbisik dan juga berjengit ngeri saat membaca sebuah berita yang terpampang dipapan Mading. Tentang jasad gadis cantik bernama Karena Ravela, yang mati dalam keadaan mengenaskan. Bahkan berlumur darah yang membuat wajahnya tak dikenali.
"Gue suka kabarnya," bisik Shila terkekeh pelan.
Diana dan Maya kompak mengeleng pelan. Sedangkan Nada menatap Shila dengan tajam.
"Awas copot mata lo," sindir Levi lalu disusul gelak tawa yang lain."Mending cepet ke kelas deh," usul Thiwi setelah meredakan tawanya, lalu ia mengibaskan tangannya beberapa kali.
"Sok cantik banget lo," cibir Nada pedas.
"Sirik kan lo?" balas Thiwi sinis.
"Kode dia abis ke salon pasti ya?" tebak Diana seakan tau dengan gerakan Thiwi.
"Sok banget ke salon! Biasanya juga perawatan kembang tujuh rupa lo," ejek Shila menye-menye.
"Suka-suka gue!" decak Thiwi kesal. "Cepetan anjir!" pekiknya lagi.
"Gugup amat, kenapa emang?" tanya Femely menatap heran Thiwi.
"Gue belum ngerjain PR, udah lah ayok!" ajaknya nampak tak sabar
"Lah mampus!" ujar Levi cekikikan.
Mereka berjalan menaiki tangga, karena memang kelas mereka berada di lantai dua. Saat memasuki kelas, keadaan didalamnya sangat rusuh. Mulai dari yang sedang berbincang hingga saling lempar alat piket.
"Galang gue hajar ya lo kalo sapu buat lempar-lemparan!" Shila berjerit kesal saat hampir saja sebuah sapu mengenainya.
"Emang! Kalo patah mau tanggung jawab lo?" desis Maya menatap Galang tajam.
"Ntar gue ganti sepuluh!" balas Galang lalu berlalu ketempat duduknya.
Shila hanya berdecak sebal, Mujalefa geng berjalan menuju bangkunya masing-masing. Thiwi dengan cekatan menyalin jawaban PR milik Nada. Yang jelas dengan paksa ia memintanya.
Saat sedang anteng-antengnya duduk dan menyalin PR tiba-tiba suara pintu dibuka dengan paksa membuat keadaan kelas tiba-tiba hening. Seorang cewek dengan beberapa gadis lainya yang diketahui teman satu angkatan mereka datang lalu menggebrak meja Thiwi.
"Lo apa-apaan hah!?" tanya Thiwi seraya berdiri.
"Lo jalang!" desis cewek itu.
Mujalefa geng sontak berdiri, Levi mendorong bahu gadis itu keras. "Jangan cari masalah deh lo, masih pagi juga, mending lo pergi!" desisnya menatap nyalang kepada sekumpulan cewek yang terlihat berlebihan.
"Gue gak ada masalah sama lo! Gue cuman mau kasih perhitungan sama temen jalang lo itu!" teriak Dina murka. Levi membaca nametag pada serag am gadis itu.
"Jaga bicara lo! Jangan kebiasaan suka ngecap orang sembarang!" ujar Femely dingin.
"Apa gak terima?" tantang Dina bersedekap dada.
"Gak punya urat malu lo? Dateng ke kelas gua ribut-ribut lagi!" sambar Shila cepat, ia melirik tajam Maya yang sedang menahan tawa.
"Gue gak pernah buat masalah sama lo!" jawab Thiwi tak minat, lalu gadis itu mengeleng pelan.
"Gak usah sok baik deh lo, jangan sok polos padahal lo sendiri jalang!" cerca Dina membuat Thiwi mengepalkan tangannya kuat.
"Bisa gak usah ngelantur gak ngomong lo, lo pengen jatuhin harga diri gue?" serang Thiwi menahan gejolak emosi yang meletup-letup.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLING GAME
HorrorCover by : @Diahayuhuu "Bunuh! Bunuh! Bunuh!" teriak mereka secara bersamaan dan menancapkan pisau pada tubuh gadis tidak bersalah di depan mereka. Walaupun sebelumnya gadis tersebut sudah merintih kesakitan saat di siksa dan meminta tolong, namun...