9. KABAR DAN HAL JANGGAL

25 3 2
                                    

Pagi ini cuaca mendung menyelimuti kota Bandung. Suasana amat cukup dingin ditambah dengan hawa mendung yang membuat siapa saja enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya.

Namun berbeda dengan ketujuh gadis yang nampak bersemangat menyambut pagi hari mereka. Di isi canda tawa dan lelucon receh menambah kesan ceria mereka di pagi hari yang mendung ini.

"Ini kita kepagian apa enggak sih?" Nada bertanya polos.

"Lah emang kenapa?" bukannya mendapat jawaban justru pertanyaan balik lah yang Nada terima.

"Ck, ya gak papa sih. Cuman kalo kepagian gw mau ke kantin dulu. Laper," Nada menjelaskan lalu berdecak pelan.

"Yaudah yuk ke kantin, gw juga gak sempet sarapan," Thiwi mengikuti langkah Nada menuju kantin. Disusul yang lain kecuali Diana.

Diana justru berbelok arah menuju lapangan futsal. Disana ia duduk di Tribune paling atas, memperhatikan seorang siswa yang sedang bermain futsal dengan teman-temanya.

Diana menarik senyum simpul, ini alasan Diana tidak mau menerima laki-laki lain kedalam hatinya. Sebab sudah ada seseorang yang menghuni sejak 5 bulan terakhir ini. Dia–Ferdiansyah Alan, anak kelas XI-Ips1.

Diana memperhatikan Ferdi lekat, tanpa ada niat menghampiri lelaki itu. Tak berselang lama ia terkejut karena tepukan keras mendarat pada bahunya.

"Lo ngapain kesini?" ketus Diana melihat kedatangan Shila yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Lah gw nyariin Lo kali, ngapain Lo kesini? Gw kira Lo ngikutin kita ke kantin," jelas Shila membuat Diana menghela nafas pelan.

"Gw gak ngapa-ngapain, udah sana mending Lo pergi deh," usir Diana mendorong-dorong tubuh Shila.

"Dih, kok ngusir sih Lo?"

"Ganggu soalnya Lo disini."

“Emang lo lagi ngapain?” Shila mengikuti arah pandang Diana, dan benar Diana sedang memperhatikan salah seorang pemain futsal andalan SMA Candra Bakti. "Lo suka sama Ferdi?" tanya Shila dengan jahil.

"Enggak lah enak aja, udah sana pergi Lo!"

"Beneran? Kalo enggak mau gw embat lahh," pancing Shila berhasil membuat Diana melotot kesal.

"Gak usah macem macem, gw cekek Lo!" ancam Diana membuat Shila tertawa puas. Sadar bahwa Shila memancingnya Diana langsung merutuki kebodohan mulutnya.

"Dasar bocil! Ngaku juga kan Lo," ledek Shila membuat pipi Diana bersemu. "Cie pipinya merah kaya tomat busuk," Shila semakin menjadi-jadi untuk menggoda Diana.

"Gw bocorin ke temen-temen ahh," tanpa menunggu jawaban dari Diana, Shila sudah terlebih dulu berdiri dan berlari kencang menuju arah kantin.

"Shila bangsat," Diana mendesis kesal. Ia segera menyusul Shila sebelum mulut ember itu membuat dirinya malu didepan teman-temannya.

"Woi ... Woi ... Woi, liat nih bocil ternyata punya demenan juga," teriak Shila ketika memasuki kantin. Disusul dengan gelak tawa yang menarik perhatian siswa dan siswi lain.

Diana menutup mukanya malu, tidak menyangka akan memiliki sahabat setidak punya malu seperti Shila.

"Gak usah teriak teriak anjir! Malu!" Diana mengeram kesal lalu segera menghampiri Shila.

Bukanya menghentikan aksinya justru Shila semakin keras berteriak.

"Diana ternyata suka sama– hmpttt–" dengan sigap Diana membekap mulut Shila. Untunglah dia tidak terlambat.

"Gw bawa pisau di dalam saku gw, kalo Lo macem macem gw gorok leher Lo Shil, Diem!" ancam Diana justru membuat Shila terkekeh geli.

"Gw racunin juga Lo!" sahut Shila membuat Diana berdecak kesal.

KILLING GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang