● Chapter 10. Pertengkaran

100 62 4
                                    

Remang remang cahaya masuk ke sela ventilasi jendela. Suara seretan pintu terdengar di telingaku. Hingga suatu benda terlempar jatuh menyadarkanku .

Debugg.." (sebuah bantal terjatuh tepat di wajahku)

"Ehh kebo bangun lo! Jam segini masih tidur,bangun..bangun..sekolah.
Dharaaaa...banguun!!"
(Suara melengking seseorang di telingaku)

"Iiihh siapa sih berisik banget..."
(Ucap ku sambil meregangkan otot tubuh ku)

"Ini gue vanya. Dhar! ihh cepet mandi ntar telat, untung gue jemput agak pagian..." (vanya)

"Iya iya...aku mandi"

"Yaudah cepet!" (Suruh vanya kesal)

*Di Sekolah

Berjalan di koridor sekolah memang merupakan hal biasa bagi murid - murid sekolah. Namun berbeda dengan ku, berjalan di koridor itu bagaikan berjalan di atas red carpet yang diperhatikan banyak orang. Entah apa yang mereka fikirkan saat memperhatikan ku, tetapi aku tak menghiraukannya.

______________________________________

Dhara
"Vany, kelas kita dimana?"
Vanya
"Tuh di ujung, deket tangga"

_______________________________________

*Di Kelas

"Eh eh itu kan.....
J*&#$!^!£×*&$ausishjwua"

Pas masuk ke kelas ada beberapa kerumunan anak perempuan yang memperhatikan ku tajam. Awalnya aku sempat gugup dan bingung tapi vanya berhasil menenangkan ku.

"Udah dhar, jangan diliatin."
(Ucap nya sambil duduk di kursi pojok)

Dhara
"Hmm..emang nya mereka pada kenapa sih, ngeliat aku gitu banget. Pas di luar juga senior pada ngeliatin aku kaya gitu"
Vanya
"Mungkin karna lo cantik, jadi mereka semua sirik sama lo. Apalagi lo anaknya madam verra, pemilik yayasan sekolah"

Dhara
"Oohh gitu ya..tapi kan seharus nya mereka gak usah terlalu formal gitu"

Vanya
"Yah dhar, namanya juga netijen sirik. Udahlah gak usah dipikirin."

Di sela aku berbincang dengan vanya, tiba tiba ervan datang dengan teriakan khas miliknya yang selalu mengejutkan, Tentu niat nya untuk mengagetkan aku dan vanya. Aku hanya menganggap biasa dengan sikap ervan yang selalu menghibur dengan cara antimainstrem. namun berbeda dengan vanya, cara ervan menghibur seperti itu akan membuat vanya mengamuk dan menjadi ganas.

Aku, vanya dan ervan memang selalu bersama dari sejak pertama orientasi sekolah. Dan kini kami di satukan kembali di kelas yang sama. karena adanya mereka, aku tidak pernah merasa kesepian walau tak punya banyak teman. Mungkin perlahan suatu saat nanti aku akan memiliki teman.

_______________________________________

*Di Kantin

Dhara
"Hmm...vany, kamu tau gak siapa yang kasih ini?" (Tanyaku sambil mengeluarkan buku berwarna merah muda)
Vanya
"Lah gue mana tau, emang ini buku lo dapet dari mana?"

Dhara
"Dhara gak tau, waktu di UKS camp ada kotak disamping tempat tidur dhara. Trus aku ambil aku buka. disitu juga ada surat nya, katanya buat dhara tapi dhara gak tau siapa yang ngasih"
Ervan
"Mungkin itu si axel, soalnya waktu itu gue liat dia masuk tenda UKS pas yang lain lagi pada sarapan"

Devanya
"Hah?? Ka Axel? Serius lo van!"
(Tanya vanya menyelidik)
Dhara
"Kalo bener ka axel yang ngasih, nanti aku coba tanyain deh, tapi masalahnya aku gak tau kak axel dimana"

Ervan
"Tenang ra, ntar gue temenin. Gue tau si ketos sialan itu dimana"
Devanya
"Dhar, nanti lo pulang sama ervan ya. Gue harus jemput abang sepupu gue di bandara. Gapapa kan hari ini gak gue anter?"

Dhara
"Iya gapapa vany, lagi juga aku udah sering ngerepotin."

_________________________________________

*Di Mobil

Ervan pov

Hari ini jatah gue ngaterin dhara pulang. Di kesempatan ini gue ada niatan buat nembak dia kesekian kali nya. Meski gue tau bakal sakit hati kalau ditolak lagi. Tapi gue gak akan pernah nyerah buat dapetin dhara. Karna gue gak mau kalah dari anan si cowo culun itu. Kadang gue suka bingung sama fikiran nya dhara, kenapa dia lebih suka cowo culun kaya anan dibanding gue cowo super cool dan tampan ini. Apa coba yang kurang dari gue? Sial!!

Saat ini juga gue bakal tembak dia, tapi kenapa gue gugup gini ya pas liat dhara padahal udah sering nembak. Sekilas gue perhatiin ekspresi dhara
Tapi kok ada yang janggal ya. Akhirnya gue mencoba untuk bertanya.

Ervan
"Mm...ra, lo kenapa? Kok murung gitu? Lo gak seneng ya gue yang anter pulang?"
Dhara
"Ha? Ee..enggak ko van, aa..aku seneng kok."

Ervan
"Masa sih? Lo lagi ada masalah ya? Cerita aja ra sama gue"
Dhara
"Hmm..jadi gini van, gak tau kenapa tiba tiba aja aku kefikiran sama..."

Gue udah tau siapa yang bakal dhara sebut. Karna itu emosi gue gak terkendali, sampai tanpa sadar gue ngebentak dhara yang sebelum nya gak pernah gue bentak sama sekali.

Ervan
"Siapa? Anan? Udah lah ra, gk usah pikirin dia lagi!! Dia tuh gak pantes buat lo!! Lo tuh sadar gak sih? Dia tuh udah ninggalin lo, dia juga yang bikin lo menderita bertahun tahun. Dia tuh gak sayang sama lo ra!! Sadar ra!!"

Dhara
"Ervan !! Gak usah kamu sok tau tentang anan. Kamu gak pernah tau siapa anan! Jadi jangan pernah kamu ngejelek - jelekin anan!!. kamu udah berubah van! Kamu udah bukan seperti ervan yang aku kenal. Ervan gak pernah gentak aku kaya tadi. Dan evan yang dihadapan aku ini adalah ervan yang jahat yang gak punya hati dan perasaan!!"

*Next Chapter⬇

"Lanjut gak?? Vote dulu ya..Thanks"

#Attention!! Mohon maaf buat yang kurang suka sama cerita saya yang agak lebay ini. Karna saya membuat cerita sesuai genre yang tertera. Terima kasih.

ANANDHARA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang