Nino sudah hampir mati kebosanan. Ayolah dia sudah hampir 3 jam di rumah Kirana dan hanya didiamkan oleh wanita itu.
Jika biasanya wanita ini akan memberikan segala macam respon ketika Nino mengganggunya sekarang entah kenapa Kirana tidak memberi respon apapun dan membiarkan Nino.
"Na" Panggil Nino.
"Kenapa?" Balas Kirana singkat tanpa menoleh ke arah Nino sekalipun. Dia lebih fokus melihat ke arah acara TV yang ditontonnya.
"Elo kenapa?"
"Ga kenapa napa" Dan Nino yang mendengarnya mulai geram. Pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama. Bahkan satu senyumpun tidak ditampilkan oleh Kirana.
Nino menyerah dan memilih memainkan handphonenya duduk dan ikut menonton tontonan Kirana.
"Btw elo pasti tadi pagi ga bangun pagi kan? Gue tadinya mau ajak elo sarapan. Eh ada urusan. Jadi gajadi. Ga nungguin kan?" Kata Nino, sambil melihat respon Kirana yang sekilas bergerak tak nyaman lalu kembali lagi ke mode diamnya.
"Naaa malah diem" panggil Nino yang merasa diabaikan.
"Engga" Dan terus mendiami Nino lagi.
"Yaudah lah gue balik aja" Nino mendadak berdiri dan membereskan pakaiannya sebelum pergi.
"Iya" Balas Kirana.
"Gue balik beneran nih ya" Dan diamnya Kirana membuat Nino benar benar pergi menunju arah keluar rumah.
Sepeninggal Nino, Kirana merebahkan punggungnya pada punggung sofa menghembuskan nafasnya berat. Kirana jika marah memang begini, semuanya akan didiamkannya. Papi, dan adik adiknya yang paham akan segera tau jika Kirana diam maka Kirana berarti marah. Tapi siapa Nino, pria yang baru bertunangan dengannya dalam waktu singkat, yang sama sekali belum mengenalnya. Tentu saja dia akan pergi seperti tadi karena mungkin bingung dengan sikapnya.
Setidaknya Kirana sekarang punya waktu berfikir bagaimana harus bersikap ke depannya. Sepertinya kenyataan bahwa Nino masih punya kekasih tidak boleh diabaikannya. Seperti kata Nino, walaupun kekasihnya bilang tidak akan mengganggu Nino dan Kirana, tapi kembali lagi ke Nino yang akan memutuskan jika dia ingin menghampiri kekasihnya.
Incoming call Teressa
"Elo gabut ga??? Jalan yuk" Ajak Teressa dari sebrang telpon sana. Tumben sekali wanita itu mengajak dirinya keluar jika dilihat lagi ini adalah jadwal Teressa bertemu dengan kekasihnya.
"Emangnya aku boleh nolak ya Sa?" Kata Kirana paham jika Teressa hanya perlu jawaban iya dari Kirana.
"Hehehe paham banget elo... soalnya gue mau jalan sama yayang, dia bawa temennya ga enak kalau sendirian aja biar ada yang nemenin" Cerocos Teressa.
"Hih... kamu kan tau aku susah akrab sama orang baru" Sergah Kirana yang mendadak panik.
"Ih dia asik kok... supel... tadinya gue ga enak sama Elja mau ajakin elo. Tapi liat yang tadi pagi kayanya hubungan elo beneran ga sedalem itu deh. Persis yang elo kemarin cetitain ke gue. Yaudah siap siap yang cantik ya... bentar lagi gue jemput." Dan tanpa perlu repot menunggu jawaban Kirana, Teressa sudah terlebih dahulu menutup telponnya.
***
Kirana selesai bersiap ketika Teressa bilang dia sudah sampai di depan rumahnya.
Dia bergegas keluar untuk menemui Teressa, sedikit kaget ketika sampai di ruang tamu ternyata Nino masih ada disana dengan Jeno dan Juna. Sedang mengobrol. Kirana yakin tadi ketika Nino hendak pergi, dia bertemu dengan si kembar yang baru sampai rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB
RomanceNamanya KUTUB ada dua, selatan dan utara. Satu di atas satu di bawah Satu ke kanan satu ke kiri Gaakan sama Tapi emang takdirnya sepasang mau diapain lagi?