A to Z

617 84 26
                                    

Apa benar mereka diam?

Pricilla dan Tio?

Tentu saja tidak!!!
Sekarang mereka saling melirik untuk melakukan sesuatu.

Pletak

"Anjing!!!"

Nino memegangi kepalanya yang baru saja dipukul oleh Pricilla.

"Hehe sorry, bawaan dede bayi. Katanya orang goblok pantes di pukul" Ucap Pricilla sambil memamerkan gigi kelincinya.

"Ck! Maksud lo apa?"

"Tuh kan begonya mendarah daging. Buru bangun! Kejar Kirana" Timpa Tio.

"Heh! Dugong! Elo kira mba Kirana sama kaya gue? Tio? Arjun? Sean? Yang tau akarnya dulu jadi paham? Gue tanya! elo emang udah ngomong elo bukan anak mami lo? Lo pisah sama Jenat? Bokap ga percaya elo? Plis lah cuy... mikir" Hormon kehamilan memang sulit ditambah memang Pricilla orangnya suka bicara.

Nino diam mencerna kata kata Pricilla. Benar dia selama ini hanya mengulur waktu saja untuk menceritakan segalanya pada Kirana. Jujur saja Nino beberapa kali ingin mengatakan itu tapi tentu saja rasa ragu selalu menyerang.

"Inget lah cuy elo segalau apa pas gabisa kontekan sama dia. Elo yang chat orang ga pernah elo bales aja rajin banget chat mba Kirana. Masih mikir elo ragu? Itusih bajingan"

"Udah Cil. Mulut elo didiemin makin pedes. Kasian anak elo denger yang jelek jelek mulu" Sanggah Tio.

"Belum kelar gue koh" suara Pricilla jelas jelas menahan jengkel.

"Udah buru gue anterin gausah banyak mikir" Tambah Tio.

Benar saja. Tio mengantarkan Nino ke rumah Kirana. Tentu saja Pricilla ikut. Sejak di mobil telinga Nino sudah panas mendengar hujatan kedua sahabatnya itu.

Posisinya sekarang Nino di kursi belakang dan dua orang itu bergosip tentangnya di depan.

"Mau ngapain bang kesini?" Jeno yang biasanya menyambut Nino dengan semangat kini memasang mode garangnya.

"Ohmaygod... sumpah bibit unggul. Ganteng banget. Semoga anak gue mirip yaa" Pricilla dan kelakuannya.

Jeno menyernyit melihatnya.

"Udah Jen, suruh masuk aja." Ucap Juna yang menyusul dari dalam.

Nino mendengarnya, suara tangis Kirana dan hatinya ikut sakit.

Ternyata setelah ditahan Kirana menumpahkan lagi air matanya.

"Awas" Pricilla menyingkirkan lengan Nino yang menghalangi jalan masuknya ke kamar Kirana.

"Mbaaa... idola akuuu... emang biadab si Nino bikin mba jadi nangis gini" Kirana yang sedang membenamkan wajahnya sontak kaget melihat ke arah Pricilla.

"Mbaaa pokoknya yang ada di otak mba di pikiran mba itu ga bener. Aku hamil bukan sama cecunguk itu ya! Ih gasudi punya anak dari dia. Mba jangan nangis.... mba poko---hmmm" Pricilla segera dibawa keluar oleh Tio.

"Udah buruan elo berdua ngomong. Gausah jadi bocah" Katanya sebelum membawa Pricilla keluar.

***

"Jangan nangis dong... jelek... masa aku punya tunangan jelek" Ucap Nino mencoba mencairkan suasana.

Kirana hanya diam. Tak tau apa yang harus ditanggapi.

"Aku minta maaf... aku tau aku salah..." Huh Kirana menghela nafas mendengar Nino sepertinya Nino yang menurunkan egonya membuatnya harus ikut menurjnkan egonya juga.

KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang