Ha!

556 91 43
                                    

Sudah dua hari Starla di rumah Kirana, itupun hanya melamun. Makan pun sulit jika tidak dipaksa. Starla tidak sekolah, tidak bicara. Bahkan sesekali masih menangis.

Kirana bahkan membatalkan semua kegiatannya selama dua hari ini untuk menjaga Starla. Sesekali dia berkomunikasi dengan Aressa via telpon atau message tapi sampai sekarang dia tidak tau apa yang terjadi sementara Nino benar benar tidak bisa dihubungi. Dia, Kirana, sudah mencoba menurunkan egonya tapi tetap berapa kali dia mencoba menghubungi Nino selalu gagal. Jangankan Nino bahkan kemarin dia meminta si kembar untuk menghubungi Riopun tidak bisa.

"Starla udah makan?" Tanya papi Raymond ketika dia melihat Kirana baru keluar dari kamar Starla. Kirana hanya menggeleng.

"Nanti kamu bujuk lagi ya" Kata Raymond lagi. Kirana melihat papinya menghela nafas seakan ada beban berat yang ingin dia hembuskan bersamaan dengan nafas yang keluar. Rasanya Kirana menjadi orang bodoh disini. Dilibatkan tapi benar benar tidak tau apapun yang terjadi.

Banyak pikiran yang datang dan pergi selama beberapa hari ini. Bahkan dia yang tadinya tidak berfikir untuk membatalkan apapun tentang pertunangannya dengan Nino mulai berfikir. Apa benar dia bisa melanjutkannya dengan kenyataan seperti sekarang, ketika dia sadar Nino masih membuat batasan diantara mereka.

Siapa yang tidak akan berfikir seperti Kirana, yang selalu ditinggal tanpa alasan tapi diminta percaya. Ayolah Kirana bukan Tuhan yang akan tau segalanya tanpa ada yang memberi tau.

Kirana mendial lagi nomor Nino dan tetap dialihkan ke kotak suara.

Ting

Sean
Kakak jangan banyak pikiran, Nino ada disini.

Kirana menyernyit melihat pesan yang baru saja diterimanya dari Sean. Langkah kakinya membawanya ke kamar. Dia terduduk di ranjangnya. Tanpa sadar air matanya lolos begitu saja.

Dia lelah

Kirana lelah bermain dengan pikirannya sendiri. Dia lelah menebak apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bahkan ketika dia tau sekarang orang yang dicarinya bahkan sudah ada di tempat yang jauh disana, bersama adiknya tanpa dia ketahui apa penyebabnya membuatnya makin terpuruk. Kirana merasa tidak ada tempat baginya dalam hidup Nino. Karena pria itu bahkan merasa tidak mementingkannya sama sekali.

Rasa sesak itu semakin membuncah dengan segala pikiran dan asumsi yang dia rasakan seorang diri. Bahkan panggilan dari Sean yang sejak tadi masuk pun tidak ingin dia angkat. Dia memijat pelipisnya pelan.

Sean
Sorry Na... aku akan jelasin pas aku pulang.

Nino

Kirana hanya tersenyum miring membaca pesan itu. Terlalu banyak yang disembunyikan pria itu. Selama ini Kirana membiarkan pria itu masuk ke dunianya bahkan mengizinkan pria itu untuk membuat perubahan disana. Tapi Kirana tidak mendapatkan hal yang sama. Jika ibarat masuk ke rumah, dia hanya di bawa masuk sampai ke ruang tamu untuk mengagumi rumah yang tampak jelas terlihat dari ruang tamu tanpa diizinkan masuk untuk melihat ke dalam rumah itu.

Tok tok

Kirana menoleh dan mendapati Juna ada di pintu kamarnya.

"Kak... makan yuk"

"Kaka ga lapar Na" Balas Kirana.

"Nanti kaka sakit loh... jangan gini kak... yuk" Kirana yang melihat kekhawatiran adiknya akhinnya bangkit dan hendak ikut turun untuk makan.

"Kak... aku emang suka ka Elja, tapi kalau dia nyakitin kaka, kaka bilang sama aku. Aku akan selalu ada di pihak kaka. Ada aku, Jeno, papi sama kak Sean"

Kirana berbalik dan memeluk adiknya.

"I know it well, Don't worry"

***

Kirana mendekati Starla lagi dia sebenarnya bingung harus bagaimana, sepanjang hidupnya dia hanya tau segala yang baik. Tidak pernah ada permasalahan besar yang menghampiri kecuali ketika adiknya berulah.

"Hei... kamu udah makan?" Starla hanya menggeleng.

"Ga boleh gitu... makan ya, kaka suapin?" Bujuk Kirana.

"Kak... kaka bisa hubungin abang?" Jelas Kirana tau abang itu siapa.

"Nanti kaka coba lagi... kamu makan ya?" Entahlah kenapa Kirana memilih nenyembunyikan kenyataan bahwa dia seharusnya sudah bisa menghubungi Nino. Mungkin karena dia belum siap.

"Daddy sama abang berantem hebat kak" Kata Starla dengan nada bergetar. Kirana yang menyiapkan makanan Statla diam sejenak. Lalu menoleh ketika mendengar isakan tangis Starla.

"Kamu kalau belum siap cerita jangan cerita dulu ya sayang" Kirana dengan sigap memeluk Starla. Mengelus punggungnya lembut.

Hampir satu jam kedepan untuk membuat Starla tenang, tatapannya kembali kosong dengan mata sembab akibat menangis tadi.

"Biasanya daddy sama abang berantem, tapi yang kemarin berantem sama kaya waktu abang nemuin Ka Jenat"

"Jenat?"

Kirana melihat Starla tersenyum parau, seakan ada luka yang tidak ingin dilihatnya lagi.

"Bukan tanpa alasan daddy jarang nunjukkin abang di muka umum kak, bukan mau daddy. Itu jelas permintaan abang. Tapi kakak tau ga? Kenapa abang sampai minta kaya gitu?"Starla menoleh ke arah Kirana yang hanya bisa menggeleng, jujur dia baru sadar jika dirinya tidak tau apa apa tentang Nino. Dan itu membuatnya merasa sedih dan tidak berarti.

"Karena abang, dipaksa untuk tinggal sama daddy"

"Maksud kamu?"

"Mami Dara bukan mami kandung abang kak, dia mami aku dan mas Ressa. Dan daddy pun bukan ayah kandung mas Ressa"

Kirana benar benar tidak tahu apapun.

Tbc

Gnite/Gmorn hehe
Lavyu

KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang