"What'uppppp I'm homeeeee!!!" Suara menggelegar itu terdengar hampir ke seluruh penjuru rumah.
"Kaka!!!" Teriak Jeno ketika melihat Sean yang masuk rumah dengan senyum lebarnya.
"Buset... elo kok udah tinggi menjulang gini No?" Sean cukup kaget melihat adiknya yang sudah besar.
"Ya wajar kamu kaget gitu. Anak gatau diri sih gitu. Ga inget rumah" Kirana yang turun dari kamarnya ikut bergabung setelah mendengar keributan di bawah.
Sean segera menghampiri kakaknya dan langsung memeluk Kirana.
"I miss you, kak"
"Emang buaya nya gitu liat cewek cantik langsung lupa sama adik ganteng. Heran gue sama elo Kak." Jeno hanya menggeleng melihat kedua kakaknya saling melepas rindu. Dia sih maklum, selama dia ada Juna untuk apa harus iri dengan kedekatan dua kakaknya ini.
Sementara Kirana dan Sean yang melihatnya hanya bisa tertawa mendengar komentar si bungsu.
"Juna mana?" Tanya Sean mencari adiknya yang lain, biasanya dimana ada Jeno disitu ada Juna.
"Lagi... emmm.. ada acara" Jawab Jeno gelagapan. Mana mungkin dia bilang kalau Juna pergi belajar musik ke studio Nino. Kakaknya ini setelah beberapa bulan baru bisa tersenyum lagi.
Kalau Jeno ingat masalah yang terjadi malah membuatnya gemas sendiri. Bahkan sampai sekarang. Keduanya benar berbeda sifat.
Kirana yang memang tidak mau mendengar sedangkan Nino yang selalu ingin didengar.
Kirana yang ingin dicari dan Nino malah memilih lari.
Apa kalian bingung? Sebenarnya apa yang terjadi?
Ayo kita kembali ke tiga bulan lalu...
1
2
3
*tringggg*
"Na!!! Seriously plis ngomong ya sama aku?" Tentu saja itu Nino yang sudah kembali dari masa yang tadi dia teriaki "pendinginan otak"
Setelah kembali dari Seoul hampir dua minggu, Nino bahkan tidak menunjukkan batang hidungnya kepada Kirana. Dia hanya bisa melihat story Starla yang kebanyakan menunjukkan kebahagiaan yang gadis itu rasakan dengan keluarganya.
Iya Kirana akhirnya memainkan instagramnya lagi setelah dipaksa Starla.
Bahkan dari sana dia bisa melihat Nino yang sibuk tertawa dengan merangkul seorang gadis. Iya yang akhirnya dia tau, gadis itu Jenat yang selama ini dia tak tau
Huh
Entah sudah berapa kali Kirana menghela nafas.
Mengabaikan Nino adalah jalan terbaik saat ini. Kirana ingat pesan Teressa.
"Gue suka Kak Elja, tapi gue dukung elo buat diemin dia. Plis lah Na, emang disangka elo apaan? Datang pergi sesuka dia. Sorry to say, menurut gue Kak Elja udah ditingkat bajingan kalau ngomonginnya ke arah perlakuan dia ke elo"
Lagi pula Kirana sebenarnya hanya diam. Ya kalu Nino mau menjelaskan kan tinggal jelaskan tanpa harus dapat persetujuan Kirana.
"Yaudah... aku pulang ya... besok kesini lagi kamu mau ngomong ya" Pamit Nino pada Kirana yang masih membisu.
Dan keesokan harinya Nino tetap menjadi Nino yang janjinya tidak bisa ditepati. Dia tidak datang dan itu untuk beberapa hari kedepan.
Sean
Aku rasa kakak harus dengerin penjelasan dia kak.
Nino ga akan jelasin kalau kakaknya gamau.
Aku cuma bisa kasih tau ini, biar kaka ga nyesel aja. Kaya yang pernah aku lakuinMungkin memang waktunya dia berbicara dengan Nino.
Kirana akhirnya mengambil handphonenya dan menghubungi Nino, tapi pria itu tak mengangkatnya.
Satu kali dua kali tiga kali.
Kirana akhirnya menghubungi Starla.
Starla
Kayanya abang ke gallery kak.Mendapat jawaban, Kirana segera menuju gallery, gallery yang di maksud Starla pastilah studio Nino. Bukan milik daddy nya.
Sesampainya di gallery, Kirana melihat mobil Nino terparkir disana. Berarti dia memang ada di dalam.
"Eh Ki... mau ke Nino?" Tanpa Kirana duga dia bertemu dengan Tio yang sedang duduk ditemani rokoknya.
"Iya nih. Ada kan?"
"Ada, ke dalem aja. Gue masih ngabisin ini sekalian mau beli makan. Elo nitip gak?" Tanya Tio yang diberi gelengan oleh Kirana.
"Oh yaudah. Nino di ruangannya paling. Tau kan?"
"Iya, tau kok" Tentu saja Kirana tau, dia pernah dibawa Nino kesini sekali dan masih ingat apa yang mereka lakukan.
Kirana segera masuk, dia berfikir memang harus segera bicara dengan Nino.
"Plis Cil!!! Bisa bisa nya elo hamil!!! Kenapa ga ngomong sama gue dari awal?" Kirana mematung mendengar bentakan Nino.
"Gue juga gatau... pas gue tau gue hamil. Gue takut kalau bilang sama elo" Kirana tau itu suara Pricilla.
"Takut apa???? Takut gue suruh elo gugurin? Gue ga sekotor itu! Anjing!!!" Kirana tidak salah dengar tentu saja. Pricilla hamil.
"Biasanya aja elo sama gue main aman Cil..."
"SORRY NOOOO SORRRYYY" Teriakan Pricilla dan sekarang Kirana melihat sosok yang memunggungi nya.
Nino menarik Pricilla yang menangis ke dalam pelukannya. Hati Kirana sakit. Dia membalikkan badan dan segera pergi dari sana.
***
"Elo kenapa anjir??? Elo apain Cilla?" Teriak Tio begitu melihat Pricilla yang masih teisak dipelukan Nino.
"Eh No. Kenapa?" Tio masih berisik ketika tidak mendapat jawaban.
"Gue... gue hamil Koh..." Jawab Pricilla
"Anjing! Elo kok bisa Cil... goblok banget!" Teriak Tio.
"Maaf Koh... maaf"
"Udah Koh... udah gue marahin dari tadi gausah elo tambahin." Sela Nino.
"Argh!!! Kirana mana?" Tio baru sadar tidak melihat Kirana ada disitu.
"Maksud lo?" Nino yang bingung meminta penjelasan ke arah Tio.
"Tadi pas gue mau beli makan. Dia baru masuk" Jelas Tio.
"Ck!"
"No buruan samperin... kalau dia denger gimana?" Pricilla merengek ke arah Nino.
"No" Tio menunggu jawaban Nino yang sekarang malah menutup matanya sambil menghembuskan nafasnya berat.
"Nooooo"
"Udahlah pada berisik lo berdua. Beresin dulu ini masalah Cilla. Kirana... biarin dulu... mungkin sekarang waktu yang tepat buat gue liat dia bisa percaya gue atau ngga" Pricilla dan Tio hanya diam mengetahui kebiasaan Nino sebelum benar benar mengizinkan seseorang masuk ke dalam hidup sebenarnya Nino.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUB
RomanceNamanya KUTUB ada dua, selatan dan utara. Satu di atas satu di bawah Satu ke kanan satu ke kiri Gaakan sama Tapi emang takdirnya sepasang mau diapain lagi?