~Daniel Cristianto~

552 45 15
                                    

Hari ini hari Sabtu. Sepulang sekolah aku langsung bergegas pulang, bersiap siap pergi. Aku ingin mencari tau keberadaan Eroe. Kali ini aku harus mendapatkan informasi sekecil apa pun itu. Itu pasti berguna. Aku sudah memesan hotel. Tentu saja aku pergi sendiri. Orang tua angkatku sibuk. Mereka mengizinkanku pergi setelah mendengar ceritaku. Tapi mereka minta maaf karena tidak bisa menemaniku atau sekedar mengantarku.

Semua perlengkapan yang kubutuhkan sudah lengkap. Aku akan menginap di hotel dan pulang besok. Hari sudah hampir sore. Kuparkirkan mobilku dan naik ke kamar yang sudah kupesan. Tentu saja hotel itu dekat dengan rumahku yang dulu. Dan dari jendela kamar itu kelihatan rumah Eroe yang sudah dijual. Sesaat aku melamun menatap rumahnya yang kini sudah banyak berubah mulai dari cat rumah, pagar hingga lapangan basket yang kini dirombak menjadi kolam renang yang belum sepenuhnya jadi.

Aku seperti melihat aku dan Eroe masa kecil bermain basket disana. Eroe yang terlihat lincah dan jago sedangkan aku tidak tau apa-apa. Wajahnya sewaktu kecil masih menempel di benakku. Tapi apa wajahnya sudah berubah?

Sebenarnya aku bingung cara mencari atau menanyakan informasi tentangnya. Aku tidak punya foto bahkan namanya pun aku tidak tau. Aku menyadari betapa bodohnya aku. Apa yang akan kutanyakan pada orang orang? Mungkin mereka sudah lupa Eroe 7 tahun yang lalu. Ah dasar bodoh!

Aku memutuskan tidur. Rasanya letih perjalanan antar kota ini. Aku akan membuat keputusan besok pagi. Aku akan tetap mencari informasi tentang orang yang tidak aku ketahui namanya atau aku pulang saja. Sepertinya aku memilih pulang karena ini pekerjaan yang sia-sia. Aku akan memutuskannya besok.

"Tok tok tok"

" siapa?"

"Kreeek"

"Kau sudah makan?"

"Belum nek"

"Makanlah ini. Kudengar kau sudah mempunyai teman sekarang"

"Ya begitulah"

"Siapa namanya?"

"Aku tidak tau"

"Dasar aneh! berteman tanpa mengetahui nama"

Aku tidak menjawab. Mulutku penuh dengan makanan yang dibawakan nenek.

"Kau pasti sangat menyukai temanmu itu. Karena hanya dia yang bersedia menjadi temanmu setelah semua orang menjauhimu"

"Ya. Aku mengaguminya"

"Kalau suatu saat kau akan kehilangan dia, carilah dia. Dia telah menyelamatkan hidupmu yang terpuruk."

"......"

"Dan kalaupun suatu saat kau sudah memiliki banyak teman, jangan lupakan dia. Dia yang membawaku bisa bertahan sampai saat ini.

"Ingat perkataan nenek"

Ah jam berapa ini? Sudah jam 7 pagi. Aku memimpikan kata-kata nenek bertahun tahun yang lalu. Kata-kata itu selalu membuatku bersemangat mencari keberadaan Eroe.

Sudah setengah jam aku mondar mandir depan rumah Eroe yang dulu. Aku bingung. Kalau aku bertanya tentang Eroe, mana mungkin mereka mengenal nama Eroe. Jika aku bertanya dimana keberadaan temanku masa lalu, mungkin mereka juga tidak akan tau karena mungkin wajahku pun sudah lebih terlihat dewasa dan dulu anak-anak di tempat ini juga banyak. Lalu apa yang harus aku katakan? Dasar bodoh! Siapa sebenarnya nama anak itu? Ayolah, aku tidak mungkin pulang begitu saja. Okay. Aku harus berusaha walau terlihat seperti orang bodoh sekali pun.

"Mmm, permisi pak numpang tanya pak"

"Ya"

"Mmm, yang punya rumah ini sebelumnya, bapak tau pindah kemana?"

"Maaf nak, bapak tidak tau. Rumah ini di jual beberapa tahun yang lalu tapi baru direnovasi sekarang. Dan bapak tidak tau siapa pemilik sebelumnya dan kemana mereka pindah."

"Oh, begitu ya pak. Terimakasih pak"

"Kau mencari temanmu itu ya anak muda"

Aku kaget mendengar suara seorang kakek dari belakangku. Tapi kakek ini sepertinya tidak asing

"Tapi sayang dia sudah tidak ada disini atau mungkin dia sudah tidak ada di dunia ini" kata kakek itu lagi

"Apa?! Kakek jangan bercanda. Tunggu, Sepertinya aku pernah melihat kakek. Tapi, dimana dan kapan ya?

"7 tahun lalu di taman. Kau dan anak itu sudah kuanggap seperti cucuku saat itu. Tapi sayang kau pindah setahun kemudian"

"Oh ya aku ingat. Kakek, kenapa masi tetap terlihat seperti 7 tahun yang lalu? Masi tepat bersemangat"

"Tampang memang bisa mengelabuhi manusia. Tapi aku sudah tak sesehat dulu. Punggung dan sendi-sendi mulai terasa sakit" katanya sambil memegang punggung sambil berjalan.

"Bagaimana cara kakek mengenalku?"

"Topimu dan sikapmu tidak bisa kulupakan"

"Topi?"

"Ya topi. Dulu Kau selalu memakai topi. Dan aku tau pasti kau mulai menyukai topi saat itu karena anak itu yang memberikannya. Tak kusangka hingga kini kau masi suka memakai topi. Dan sikapmu, aku tau sifatmu yang takut bertanya kepada orang tak dikenal. Aku juga tau saat kau kesini 40 menit yang lalu tapi tidak langsung bertanya. Karena kau pikir orang-orang tidak akan tau keadaan temanmu itu. Kau kesini mencarinya bukan." Katanya lalu duduk di bangku taman.

"Benar aku mencarinya."

"Semua orang memang tidak tau dia dimana sejak kejadian itu."

"Ke, kejadian itu?"

"Ya kejadiaan 1 tahun setelah kau pindah"

"Kejadian apa?"

"Anak itu kecelakaan"

"Kecelakaan?

"Ya. Tabrakan beruntun. Sepulang sekolah dia di jemput kakak laki-lakinya dan mereka pulang dengan mobil yang dikendarai oleh kakak laki-lakinya itu. Ditengah perjalanan, seorang gadis kecil yang bonekanya terjatuh menyebrang tanpa melihat kanan kiri untuk mengambil bonekanya itu. Jarak antara mobil yang dikendarai saudara laki-lakinya dengan gadis kecil itu sudah dekat dan refleks kakak laki-lakinya membelokkan arah mobil dan menabrak tiang, kendaraan dari lawan arah juga tidak sempat merem mobilnya dan mobil yang berlawanan arah itu menabrak mobil mereka dari samping tempat anak itu duduk di samping kursi kemudi. Dan satu mobil lagi menabrak bagian belakang samping mobil dari jalur yang searah. Mereka dibawa ke rumah sakit dan mulai saat itu mereka tidak terlihat di rumah itu. Mereka pindah entah kemana tanpa memberi tahu siapa pun. Dilihat dari keadaan anak itu, mungkin dia tidak akan selamat. Tapi sama sekali tidak ada kabar karena mereka segera pindah. Terakhir kali kabar yang aku dengar, anak itu koma dan tidak tau selamat atau tidak"

Cerita kakek itu masih terus menjadi pikiranku walau pun aku sedang mengendarai mobil untuk kembali. Rasa kecewa, sedih, berharap, bersatu dan aku tidak tau apa yang harus aku rasakan. Apa aku harus merasa senang karena telah mengetahui informasi tentangnya? Atau aku harus bersedih karena mungkin dia sudah tiada atau aku harus berharap? Permainan dan jalan hidup memang sangat membingungkan dan yang paling membingungkan, mengapa orang-orang yang aku sayangi selalu menghilang? Kenapa?

"Triririring... tririririring...tririririring"










Detektif SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang