Bab 11

6.5K 476 12
                                    

"WAAAAHHHH" Afta terkesima melihat begitu banyak makanan yang tersaji di meja makan, melihatnya membuat Daniel tersenyum tipis.

Semuanya makanan yang telah disajikan adalah makanan kesukaan Afta.

"Semua ini, makanan kesukaan ku?" Pertanyaan itu tanpa sengaja keluar dari mulutnya.

"Iya, aku suka jika kau suka. Selamat makan" Ucap Daniel dengan jelas dan manis.

Afta tersenyum senang, ia mengambil beberapa hidangan yang cocok untuk dijadikan makanan utama.

"Kamu tidak makan?" Afta bertanya secara tiba-tiba setelah melihat Daniel hanya diam memperhatikannya.

Ah! Daniel memegang sebuah gelas berwarna merah pekat yang terlihat sangat segar, "Aku sudah cukup kenyang dengan ini.." 

Afta mengamati gelas yang dipegang oleh Daniel, "Oh yaa? Minuman apa itu? Terlihat sangat enak, tuh."

Menyadari Daniel yanh belum menjawab, Afta kembali bertanya, "Jadi, apa itu?"

"Darah." Daniel menjawabnya tanpa merasa berdosa, selera makan Afta menghilang dalam sekejap!

Beberapa hari berlalu..

"Undangan makan malam?" Daniel mengulang kembali perkataan Edward — orang kepercayaannya.

"Makan malam sekaligus membahas kekacauan kecil yang terjadi di wilayah Selatan, Lord." Jawab orang kepercayaannya itu.

"Kekacauan itu kecil kan? Aku mengingatnya, kita memiliki Karlis yang menjaga wilayah Selatan, benar?"

"Benar, Lord."

"Bagus! Batalkan saja rencana makan malam itu. Aku menolak hadir!" Ucap Daniel seolah menolak bantahan dari Edward.

Edward merasa sedikit ragu, "T-tapi .."

Daniel menepuk pelan pundak Edward, "Dengar, aku lebih menikmati makan malam dengan wanitaku daripada makan malam dengan para tetua cerewet itu."

Kalimat terakhir Daniel membuat Edward khawatir dan segera menengok ke kanan dan kiri untuk memastikan sekitarnya aman, ia takut ada mata-mata yang mendengarnya.

Makan malam bersama akhirnya menjadi kegiatan rutin yang dilakukan Daniel bersama Afta.

3 bulan kemudian .

William memijat kepalanya yang terlanjur sakit, "Sebenarnya, apa yang kau tunggu? Afta bisa mati muda jika kamu sangat lambat."

3 bulan berjalan dengan sangat tenang, sejak Afta berada di kastil seperti seorang tahanan yang dilarang keluar karena sifat posesif Daniel. Masalahnya adalah lelaki itu belum juga menandai Afta sebagai pasangannya.

"Aku belum siap mempertemukan Niel dengan Afta," Jawab Daniel dengan tatapan seolah memandang jauh ke masa depan.

"Menyeramkan sekali! Raja demon generasi ini lebih menyeramkan karena kalah dengan rasa takut." William meremehkan ketakutan yang dimiliki Daniel.

"Aku hanya takut jika Niel bersama afta dalam kondisi marah." Jawab Daniel. Memang itu yang ia takutkan

Niel adalah dia yang di sebut monster haus darah dan tanpa belas kasihan. Niel adalah dia yang merencanakan banyak hal demi mendapatkan darah dan kepuasan

"Jadi itu alasan mu sampai sekarang belum manadai Afta sebagai kekasih sekaligus ratu-mu?" Tanya William. Kali ini dia mulai mengerti alasannya

"T-TUAN...!!!" Teriak seorang maid sambil berlari menghampiri Daniel dan William

Daniel maupun Wiliam sama terheran dan menghentikan langkahnya

"T..tuan.. nona Afta.. tidak ada di kamarnya.." Ucap maid itu dengan nafas terengah-engah dan sedikit nada takut

THE KING D. || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang