Kemarin adalah pendinginan, tapi pada kesel ama Eunha yak? Wkwkwk. Tenang sodari-sodari, chapter kali ini adalah pemanasan.
Harap menyiapkan kalimat makian🐈
_____
Jimin terbangun karena lengan Taehyung tiba-tiba mendarat cukup keras di wajahnya. Jimin mengangkat tangan Taehyung dan menoleh menatap saudaranya yang tidur dengan mulut terbuka. Jimin mendecak kesal, mendorong badan Taehyung agar menjauh darinya.
Jelek.
Jimin menggerutu lantaran Taehyung membuatnya terbangun kala ia benar-benar ingin bangun terlambat.
Taehyung mengerang, membuka matanya sedikit lalu kembali tidur setelah meringkuk seperti udang.
Jimin beranjak duduk, mengucek matanya dan menguap malas. Ia berkedip beberapa kali, menoleh kanan dan kiri seperti orang linglung. Arah pandangannya kembali terhenti pada Taehyung yang masih tertidur.
Pret.
Jimin mendelik saat mendengar kentut Taehyung sementara sang pelaku masih menikmati tidur seperti udang. Tangannya bergerak mengambil bantal di balik badannya kemudian ia lemparkan pada wajah Taehyung dengan kesal, "Ayo bangun!"
Taehyung menyembulkan wajahnya dengan alis yang bertaut karena terganggu dan memeluk bantal Jimin, "Lima menit lagi," Ucapnya parau.
Jimin merenggangkan ototnya terutama pada bagian kaki. Kakinya menggantung, turun perlahan dengan berpegangan pada nakas. Jimin mencoba melepas pegangannya, dan berdiri kokoh tanpa jatuh.
Ia mengatur napas, sedikit takjub dengan dirinya sendiri saat ia bisa berdiri tanpa bantuan apapun.
Selayaknya bayi yang belajar berjalan, Jimin merentangkan tangan untuk menjaga keseimbangan dan melangkah perlahan langkah demi langkah. Dengan lambat, Jimin mencoba berputar menghadap Taehyung.
"Heh! Bangun!" Teriak Jimin kelewat senang.
Jimin mengambil boneka liga pertandingan yang ada di nakasnya, lagi-lagi melemparnya pada wajah Taehyung. Tubuhnya terhuyung, Jimin kembali berpegangan pada nakas.
Taehyung mengerang dan menggerutu sebal, "Apa sih? Mengganggu waktu tidur sa—"
Taehyung membuka matanya penuh saat melihat Jimin perlahan menarik tangannya untuk tidak berpegangan. Ia beranjak duduk dan tangannya menunjuk kaki Jimin lengkap dengan mata melotot.
"Aaah! Tuan!"
Terdengar teriakan Bibi Yoo dari lantai bawah membuat Jimin menoleh menatap pintu kamarnya disusul dengan Taehyung.
"Ayah," Dengan Jantung yang berdegup kencang, Jimin buru-buru meraih tongkat kruk di samping nakas.
Taehyung cepat-cepat turun dari ranjang kamar Jimin, berlari mendahului Jimin untuk turun ke lantai satu.
Langkah Jimin terhenti saat menuruni tangga saat mendengar teriakan Taehyung, "Ayah! Astaga, bibi bisa hubungi ambulance?"
Jimin tetap melanjutkan jalannya menuruni tangga seraya berteriak, "Terlalu lama! Kau saja yang menyetir, Taehyung!"
Hati Jimin mencelos saat melihat Taehyung yang terisak dengan memeluk ayah yang tidak sadarkan diri. Ayah mengenakan jas dokter, mungkin bersiap untuk bekerja. Padahal seharusnya hari ini ayahnya masih izin untuk memulihkan kesehatannya.
"Aku tidak bisa menyetir dalam keadaan seperti ini," Isak Taehyung dengan suara bergetar.
Bibi Yoo sibuk menghubungi ambulance, sementara Jimin memalingkan wajah dengan tubuh yang bersandar pada dinding. Tangannya menekan dadanya yang sesak, tidak sanggup melihat ayah dan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect: Sequel of Bring Me To Life ✔
FanfictionSebuah kisah antar dua insan yang melalui kenangan demi kenangan, musim demi musim, hari demi hari untuk mencari tujuan kemana harus pergi dan berteduh. Sangat disarankan baca book sebelumnya; Bring Me To Life terlebih dahulu.