ACT-3 : Jimin's Struggle

2.7K 348 49
                                    

Hal yang paling mengerikan mengenai hidup adalah tentang seseorang yang kau sayangi tidak bisa kau gapai lagi.

"JIMIN!"

Taehyung kembali terdiam dengan wajah panik dan tangan yang bergetar. Suara mobil ayahnya yang memasuki garasi terdengar. Ibunya ada di dapur, membantu bibi memasak. Sedangkan ia kini berada di ruang tengah dengan kepala yang berdenyut nyeri setelah mendengar suara keributan dari teleponnya dengan Jimin.

"Bisa berjalan?"

"Tolong siapapun ambil ponselnya dan hubungi keluarganya!"

"Halo?"

"Halo- halo? Jimin mana?" Ujar Taehyung dengan penuh rasa cemas. Belum sempat seseorang yang merupakan lawan bicaranya menjawab pertanyaan Taehyung, terdengar bunyi ledakan kecil dari telepon.

"Jangan ada yang dekat-dekat dengan mobil! Bisa saja akan meledak dua kali!"

Taehyung meremas rambutnya. Matanya panas, air mata menggenang di pelupuknya. Ia menutup kedua matanya dengan telapak tangan kanannya sedangkan sikunya bertumpu pada lutut. Dimana Jimin?

"Maaf. Tadi pemilik ponselnya menyebutkan nama Taehyung. Apa ini dengan Taehyung? Nama anda tidak terlihat di ponsel karena ponselnya retak parah."

"Iya." Taehyung bahkan tidak bisa berkata apapun. Beberapa menit yang lalu ia masih bercakap-cakap dengan Jimin. "Eoh? Dimana Jimin? Bukankah sekarang hari libur?"

Ucapan ayah Taehyung yang baru saja meletakkan tas kerjanya di meja di hadapan Taehyung lantas membuat hatinya hancur. Ayahnya yang lambat mengetahui, sontak menghampiri Taehyung.

"Ada apa?" Ucap ayahnya yang kini berjongkok di hadapan Taehyung. Taehyung memberikan ponselnya kemudian menutup kedua wajahnya dan menunduk.

Ayahnya membaca sebuah nama yang tertera di ponsel Taehyung dan sedang berlangsung panggilannya, Jimin. Ayahnya menempelkan ponsel Taehyung pada telinganya.

"Halo? Jimin, ada a-"

"Permisi, halo? Pemilik ponselnya akan segera di bawa ke rumah sakit."

"Apa..."

"Kecelakaan mobil, tuan."
"Anda bisa langsung menuju SMSG Medical Center. Yang bersangkutan sudah masuk ke ambulance."

Panggilannya terputus. Menyisakan Ayah Taehyung yang tiba-tiba mendadak bengong.

"Ayo, Taehyung. Kita ke rumah sakit sekarang juga."

Bunyi mesin elektrokardiogram memenuhi kepala Jimin, berputar-putar menerus tanpa henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi mesin elektrokardiogram memenuhi kepala Jimin, berputar-putar menerus tanpa henti. Jimin membuka matanya perlahan dan mengerjap pelan. Deru nafasnya lambat, dengan hidungnya yang telah di pasang nasal canula ; yang merupakan bentuk selang oksigen kecil untuk membantu Jimin bernafas.

Ia mendengar beberapa orang memanggilnya, kemudian ada seseorang yang menyentuh kelopak matanya dan membukanya lembut. Jimin hanya melihat cahaya putih, kemudian matanya kembali terpejam beberapa saat. Jimin mulai merasa mual, namun tidak begitu parah. Hanya mual, tidak ingin memuntahkan apapun.

"Sementara ini kondisi vitalnya aman. Tinggal menunggu apakah pasien mengalami pendarahan pasca siuman nm."

Sayup-sayup Jimin mendengar seseorang berbicara. Pandangan serta pendengarannya berangsur membaik. Ia membuka mata lebih lebar dan menatap Taehyung yang berdiri di sampingnya dengan raut wajah khawatir.

Wajah anak anjing itu, Jimin ingin tersenyum. Namun, tidak bisa. Seluruh badannya terasa remuk dan mualnya semakin menjadi. Taehyung meraih tangan Jimin dan menggenggamnya.

Ah, apa makan malam waktu itu tidak jadi?

Mata Jimin beralih pada ayah yang kini mendekat, ayah tirinya. Mata Jimin kembali mencari seseorang yang ia rasa kurang.

Ibu, dimana ibu?

Jimin ingin berbicara dan bertanya. Namun mulutnya susah sekali untuk terbuka. Disaat keluarga tirinya ada di samping saat ia membuka mata, ibu kandungnya sendiri tidak ada.

"Ibu..." Jimin pada akhirnya bisa menyuarakan sepatah kata walaupun tidak begitu keras. Taehyung menoleh, menatap sang ayah.

"Mual, nak? Atau pusing?" Ujar ayahnya yang nampak tidak ingin menjawab pertanyaan Jimin. Ada apa sebenarnya setelah kecelakaan itu?

Jimin menggeleng namun kemudian ia terbatuk. Ia memiringkan badannya ke samping menumpukan beban tubuhnya pada siku. Dada dan perutnya sakit, Jimin tidak tahan lagi.

Jimin memuntahkan apa yang ia tahan sejak tadi, membasahi baju rumah sakit dan ranjang sebelah kiri. Muntahannya berwarna merah, dan ia sendiri pun kaget bahwa ia memuntahkan darah.

Jimin kembali terbatuk di sertai sisa darah muntahannya. Ia menidurkan lagi tubuhnya, terlentang menghadap langit-langit. Dadanya kembang kempis dengan nafas yang terengah dan dahi yang mengernyit menahan nyeri.

"Ibu... Dimana?" Ujar Jimin terbata. Taehyung yang panik lantas menggenggam tangan Jimin lebih erat lagi. "Ada di kantornya." Taehyung berucap pelan.

Jimin menggeliat kecil, nafasnya semakin cepat. Matanya terpejam, air mata menetes dari pucuk matanya. Dengan nafas yang terengah, "Dadaku sakit." rintih Jimin.

"Pendarahan dalam. Tunggu, dokter kemari sebentar lagi." Ucap ayah Taehyung. Taehyung ingin berteriak panik, memanggil dokter yang menangani Jimin dengan berlari terbirit-birit. Tapi ia tahan lantaran melihat ayahnya setenang air.

"Tarik nafas, Jimin. Perlahan." titah ayah. Dengan dagu dan leher yang masih penuh dengan darah, Jimin berusaha mengikuti instruksi ayahnya. Namun berakhir dengan ia yang terbatuk dengan nyeri yang menjalar di sekujur tubuh.

Jimin menggeleng, mencoba mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukannya. Bahkan untuk sekedar berbicara pun ia tidak sanggup. Setelah berjuang untuk bertahan dengan segala rasa sakit yang menyerang tubuhnya, dokter akhirnya masuk dengan terburu-buru. Memeriksa kondisi Jimin.

"Siapkan ruang operasi darurat. Jika terlambat pendarahannya akan merenggut nyawanya."

Salah satu perawat yang berada di belakang dokter kemudian mengangguk dan berlari keluar.

"Pasien akan segera dioperasi, anda bisa menunggu di ruang tunggu." Dokter sedikit membungkuk kemudian melenggang pergi. Beberapa perawat mendorong ranjang Jimin, membawanya keluar.

Ayahnya menempelkan ponsel di telinganya, menghubungi istrinya, ibu kandung Jimin.

"Kondisi Jimin tidak baik. Ia mengalami pendarahan pasca kecelakaan. Sampai kapan kau akan mengabaikannya?"

Taehyung yang masih shock menoleh, menatap ayahnya yang memijit pelipisnya.

"Biarkan saja."

Sekejam itu ternyata, kehidupan.

Sekejam itu ternyata, kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect: Sequel of Bring Me To Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang