Tarik napas dulu setelah ketegangan kemarin-kemarin dan hembuskan napas habis maki-maki Eunha wkwk.
Bagi yang belum nonton, di mulmed ada trailer yang baru kubenahi dan aku upload di Youtube. Mari di nikmati dulu sensasinya sebelum lanjut membaca.
Fyi, trailer nggak selalu menunjukkan tentang ending dari ceritanya. Bisa jadi hanya beberapa potongan adegan yang belum sampai pada puncak konfliknya. Tapi ... selamat menerka-nerka
/ketawa jahat.Btw, udah pada nonton MV Agust D terbaru? Ga kuat. Mas Yoongi ganteng banget.
______
"They say people live to be happy. If you actually think about what happiness is, it's nothing much." —Kim Namjoon, BTS.
______
Jimin memandang taman rimbun yang berada di tengah-tengah rumah sakit dari sudut pandang lantai dua. Sayangnya, jangkauan pandang Jimin dibatasi dengan kaca setinggi gedung. Daun-daun coklat berguguran dan terbang terhembus angin musim gugur. Ada air terjun buatan disana, Jimin duduk di kursi roda dengan tangan yang menggenggam ponsel. Lorong rumah sakit sedikit sepi karena jam besuk sudah lewat dan sekarang merupakan jam produktif untuk bekerja.
Taehyung sedang menebus obat tambahan Jimin di lantai satu. Kemudian, Jimin putuskan untuk memanjakan matanya sebentar setelah sesi terapi hari ini.
Hari ini ia nampaknya terlalu banyak menghela napat saat bergumul dengan pikirannya sendiri. Belum selesai Jimin berdamai dengan perasaan kalut kehilangan ibu kemarin, sekarang ia harus pusing mencari solusi untuk kestabilan mental Taehyung.
Taehyung sedikit berubah.
Bila dulu ia akan langsung marah dan lepas kendali, kini Taehyung lebih banyak diam namun Jimin justru menemukan luka baru di tangan maupun wajah saat Taehyung kembali ke rumah sakit semalam.
Apa ayah mampu membayar biaya perawatanku dan Taehyung sekaligus?
Jimin melihat pantulan wajahnya di kaca. Kantung matanya terlihat mengerikan dan wajahnya tirus. Ia menyentuh pipinya, kembali fokus menatap daun-daun coklat yang berguguran.
Apa aku memang benar-benar harus berhenti fisioterapi agar ayah bisa fokus dengan Taehyung?
Jimin sejenak terdiam kemudian menggeleng pelan. Ia tidak merasa hal itu benar. Jimin menyisir rambut hitamnya ke belakang dengan tangan kanan. Berusaha menepis berbagai opsi buruk yang semakin bergerumbul di kepalanya.
"Pasti sulit, 'kan?"
Jimin sontak menoleh pada seseorang yang tiba-tiba berada di sampingnya. Dokter Yoongi berdiri dengan jas putihnya, turut menatap taman dengan mata sipitnya yang teduh. Jimin menundukkan kepalanya sekilas, memberi hormat. Dokter Yoongi menoleh, lantas membalas dengan menundukkan kepalanya juga.
"Aku mendengarnya dari Eunha."
Jimin sedikit membulatkan matanya, lalu mengalihkan pandangan dan kembali menatap pohon-pohon dengan daun kering tersebut.
"Oh ... Iya—lumayan."
Dokter Yoongi tampak tersenyum tipis mendengar jawaban Jimin yang sedikit terbata. Mata teduhnya masih terfokus pada Jimin yang enggan memandangnya balik.
"Maaf, karena adikku sudah lancang menanyakan masalah keluarga kalian."
"Itu juga sudah pernah terjadi dulu. Jadi, aku menge—maaf. Maksudku, saya mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect: Sequel of Bring Me To Life ✔
Fiksi PenggemarSebuah kisah antar dua insan yang melalui kenangan demi kenangan, musim demi musim, hari demi hari untuk mencari tujuan kemana harus pergi dan berteduh. Sangat disarankan baca book sebelumnya; Bring Me To Life terlebih dahulu.