Seseorang pernah berkata, bahwa melupakan itu semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, bagaimana jika telapak tanganmu masih singgah di atas telapak tanganku?
Jimin tersentak kaget kala riuh suasana membuatnya tersadar dari tidurnya. Jimin memandang sekitar sembari memastikan nyawanya benar-benar terkumpul.
"Kelas sudah selesai?" ujarnya pelan saat melihat semua teman-teman sekelasnya berjalan keluar dan meninggalkan kelas. Jimin menguap kemudian meregangkan otot-ototnya. Kelas yang cukup membosankan hingga membuat Jimin tertidur.
Mahasiswa tahun ketiga fakultas olahraga yang memasuki semester enam ini pun lantas membereskan perlatan tulisnya; seperti buku yang sudah penuh ia gambari dinosaurus dan tentunya satu bolpoint. Jimin berdiri, mencangklong tasnya dan berjalan menuju pintu kelas.
Jimin terus melangkah hingga akhirnya langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis dengan rambut sebahu yang begitu familiar. Gadis itu berdiri di depan pintu ruang memanah sembari memainkan gantungan kunci tasnya.
Eunha. Mantan kekasihnya.
Jimin masih diam pada tempatnya sampai akhirnya seseorang dari balik pintu ruang memanah keluar; Taehyung dengan wajahnya yang berseri.
Taehyung, saudara tirinya yang beberapa semester lalu sempat di keluarkan dari kampus fakultas kedokteran karena sebuah kasus pembunuhan yang dianggap mencoreng nama fakultas.
Mereka sesekali tertawa, kemudian berjalan bersama menjauh dari sana. Mata Jimin masih mengekori, tanpa lepas sedikitpun.
Waktu itu, dengan Hoseok, namun kali ini dengan Taehyung, saudaranya sendiri? Jimin benar-benar tidak habis pikir. Taehyung sudah sepenuhnya pulih dari trauma, narkoba dan kenangan buruknya dengan menghabiskan waktu di rumah sakit dan benar-benar putus kuliah.
Selama itu, Jimin juga tidak pernah membahas tentang masalah lain kepada Taehyung, termasuk masalahnya dengan Eunha. Jimin tidak begitu dekat dengan Taehyung sebelumnya, maka dari itu Taehyung mungkin tidak mengerti sama sekali bahwa Jimin dan Eunha pernah berpacaran.
Tidak lama, namun begitu berarti.
Ctak!
Taehyung melepas anak panahnya dan membiarkan benda tajam tersebut menancap di papan panahan. Ia menurunkan busurnya dan menatap anak panah yang menancap di garis kedua lingkaran papan panah.
Matanya masih terpaku pada objek yang sama, namun beberapa suara masih terngiang di kepalanya.
"Bagaimana jika Taehyung kembali kuliah? Ini sudah hampir dua tahun berlalu. Jimin juga akan lulus sebentar lagi."
Ucapan ayahnya benar-benar memberi pilihan berat bagi Taehyung. Taehyung mengerti, ayahnya sangat ingin Taehyung lulus dan meneruskan pekerjaan ayahnya. Tapi masih ada rasa takut bagi Taehyung untuk kembali kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect: Sequel of Bring Me To Life ✔
FanficSebuah kisah antar dua insan yang melalui kenangan demi kenangan, musim demi musim, hari demi hari untuk mencari tujuan kemana harus pergi dan berteduh. Sangat disarankan baca book sebelumnya; Bring Me To Life terlebih dahulu.