EM16 #Simply Things As Simply As Loving

251 50 10
                                    


Waktu sudah memasuki fajar, langit masih sedikit gelap, segelap apartemen milik Han. Malaka duduk di sofa, kedua tangannya merengkuh lengannya yang terbungkus scarf biru tua milik Han. Kedua kakinya yang dingin ia naikkan dan sesekali ia memeluk lututnya.

Han, masih berdiri di depan pintu yang menghubungkan dengan balkon. Kedua tangannya berkacak pinggang dengan pasrah sembari melihat langit di luar sana. Sesekali ia menunduk melihat ujung-ujung jari kakinya.

Suasana sangat hening, Han bingung dengan situasi ini. Ia merasa susah untuk mencernanya, lebih tepatnya, kenapa harus mamanya?

Han tak habis pikir, dan ia merasa jatuh ke dalam lubang yang sama. Bedanya, ini adalah lubang hitam milik Malaka, kekasihnya.

Nafas berat kian mengiringi jarum jam yang terus berputar. Han masih diam untuk menjernihkan pikirannya dan menenangkan hatinya dari keterkejutan yang luar biasa.

"Sejak kapan?" Pertanyaan Han membuat Malaka terkesiap, meskipun ia sudah mempersiapkan diri dengan segala pertanyaan Han.

"Sejak kecil." Malaka lalu menggeleng. "I don't remember exactly." Lanjutnya dengan meralatnya.

Han menghembuskan nafas berat. Ia semakin tidak habis pikir, bagaimana bisa Malaka masih bisa bertahan hidup seperti ini.

"Apa yang bisa aku lakuin buat kamu?" Pertanyaan itu menandakan bahwa Han benar-benar tidak tahu akan sikap apa yang akan ia ambil. Jujur saja, ini juga terlalu berat buatnya.

"There is nothing you can't do." Malaka menjawabnya dengan suara yang tercekat. "The one that you can do is—" Malaka memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan, "pura-pura gak tahu." Bersamaan dengan tangisnya yang kembali pecah.

Han menoleh ke belakang ke arah Malaka yang kini sudah menangkup wajahnya dan menyembunyikan isakan tangisnya. Ia berjalan menghampiri Malaka dan berlutut di depannya agar menyamai tinggi mereka.

Han menarik tangan Malaka dari wajahnya, menghapus air matanya dan dengan lirih menggumam, "it's okay. It's okay." Kemudian menarik Malaka ke dalam pelukannya.

"Kita gak harus bahas ini sekarang, Mal. Gak apa-apa." Karena Han tahu, ini juga sangat berat bagi Malaka dan bahkan berkali-kali lipat rasa beratnya dan juga rasa sakitnya dibandingkan yang Han rasakan saat ini.

Membuka satu rahasia besar dalam keluarganya yang berusaha mati-matian untuk ia sembunyikan, dan untuk bisa berterus terang kepada Han juga hal lain yang sangat berat bagi Malaka. 


««»»


Han sedang keluar dari ruang meeting dan hendak menuju pantry untuk segelas kopi, namun dua orang yang berdiri tak jauh di hadapannya menghentikan langkahnya. Alis Han terangkat karena begitu heran dengan kehadiran mereka.

Masih menggunakan seragam sekolah, yang satu nyengir sedang yang satunya terlihat lempeng nyaris tanpa ekspresi.

Han melepaskan tawa kecilnya dan menghampiri mereka. "Kok bisa masuk kesini?" Tanya Han bingung karena untuk memasuki ruang itu harus menggunakan passcard milik karyawan.

"Om kayak gak tahu aja aku itu siapa. Siapa sih yang gak kenal aku di sini." Minhee menarik kerahnya dengan sok cool dan wajahnya yang penuh kebanggaan bagaikan seorang pahlawan.

Han terkekeh, "Mini, down ..."

"... to earth, okay." Lanjut Minhee dengan cepat serta membungkukkan badannya rendah-rendah. 

Embrace Me | Han Seungwoo X OC ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang