EM25 #The Party's not yet Over

157 27 15
                                    



Hari demi hari berlalu dengan cepat saat tubuh itu hanya berbaring di kamar. Terkadang di ruang tengah, terkadang di balkon. Berhari-hari Malaka tidak pulang ke rumah dan memilih untuk tetap tinggal di apartemen Han. Jika Han tahu, dia akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia karena Malaka bersedia untuk tinggal di apartemennya alih-alih di rumah. Tapi, Han tidak tahu apapun.

Malaka berdiri di depan lemari tempat Han menyimpan segala asetnya. Sudah sejauh itu hubungan mereka sampai Malaka tahu semua apa yang tersimpan di dalamnya. Mulai dari sertifikat rumah, cek, hingga uang tersimpan di dalamnya. Dan yang Malaka butuhkan kali ini adalah uang.

Bagaimana tidak? Ia pergi dari rumah begitu saja dan hanya membawa ponselnya tanpa membawa dompetnya. Transaksi i-banking tidak memungkinkan karena ternyata sudah diblokir oleh mamanya. Beberapa hari belakangan ini, Malaka berusaha hidup dengan e-money yang masih tersisa dan tentunya semakin menipis.

Malaka menghela nafas dengan berat. Tidak mungkin ia akan mengambil begitu saja uang Han. Tapi kalau izin, harus apa alasannya? Malaka meraih paper bag yang tersimpan di tempat paling bawah. Paper bag itu berisi beberapa amplop yang dulu pernah Malaka kembalikan kepada Han dan sepertinya semuanya masih utuh tanpa berkurang satu amplop pun. Malaka mendesah, namun akhirnya menutup kembali lemari itu dan segera beranjak dari sana.

Sore hari saat Malaka sedang berbaring termenung di ruang tengah, Eunsang datang menjenguknya. Sudut bibir Malaka terangkat naik saat melihat tas yang dibawa Eunsang berisi baju-baju miliknya padahal Malaka tidak memintanya sama sekali. Bahkan tidak meminta Eunsang untuk menjenguknya kemari.

"Eunsang udah kirim uang ke kakak." Ujarnya polos dan benar saja, tidak lama kemudian ponsel Malaka berdenting menandakan notifikasi saldo masuk dari salah satu e-money-nya.

Malaka mengernyit melihat jumlah uang yang dikirimkan Eunsang kepadanya. "Esa ini uang dari mana?"

Eunsang tersenyum. "Selama ini Esa jualan cookies kak." Diikuti tawa kecilnya.

"Hah? Kakak nggak pernah lihat kamu bikin cookies lagi."

"Esa bikinnya di rumah Mini dibantu Tante Sera. Sebetulnya yang jual Tante Sera, aku cuma bikin aja. Tapi semua uangnya dikasih ke Esa."

Malaka sampai speechless mendengar semua penjelasan Eunsang yang terdengar sangat innocent itu. Gadis itu lalu segera tersadar, "nggak, Esa. Kakak kembaliin uangnya. Itu uang kamu—"

"Justru karena itu uangnya Esa, Kak. Jadi, kan terserah Esa mau digunain buat apa. Lagian uangnya Esa juga masih banyak. Mama masih kirim terus uang ke Esa." Malaka langsung menangkup wajahnya dengan tangan kanannya, lalu segera berbalik dari Eunsang hanya untuk menangis. Hatinya sangat terenyuh karena Eunsang.

"Kak? Kok nangis?" Eunsang di belakang Malaka memegang kedua pundaknya.

"Maafin kakak, Esa. Kakak cuma bisa nyusahin kalian." Malaka melepaskan tangisnya yang coba ia tahan namun ia tak mampu. Rasanya sangat bersyukur Malaka bisa memiliki Eunsang.

"Kak ...." Eunsang melingkarkan kedua lengannya di bahu Malaka, memeluk kakaknya yang sudah ia ungguli tingginya. "Kakak nggak pernah nyusahin kok. Ini namanya kerja sama, Kak. Saling bantu membantu. Katanya sesama saudara harus kayak gitu." Ujar Eunsang ala kadarnya yang ingin menenangkan Malaka yang memang akhir-akhir ini sangat emosional sekali.

Malaka mengangguk. Ia menghela nafas dan berbalik. Menatap adiknya yang sudah kian dewasa. Kian tinggi. Bukan anak kecil lagi. "Makasih, Esa. Makasih. Esa udah nyelametin kakak dari kemarin."

Embrace Me | Han Seungwoo X OC ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang