The sounds of the door handle
It still whisper in his
So smooth and full of guilty
He now searching the options
To forget the scars of the footsteps
He murmur to his heart
What left inside me to heal myself?
The answer is none
But then her name is whispered.Merasakan patah hati untuk yang kesekian kalinya membuat Han begitu melankolis. Harusnya ia telah terbiasa, tapi bisa jadi ini kebiasaan buruk.
Ibunya, menjadi seseorang yang tiba-tiba ingin dihubungi. Dengan harapan agar sesak di dadanya bisa sedikit berkurang.
Entah kenapa.
Entahlah. Han sedikit tertawa.
Ia menyadari, ia hanya ingin seperti orang-orang pada umumnya.
Ketika memiliki masalah seperti patah hati misalnya, orang-orang cenderung memilih pulang. Kembali kepada keluarga dan akan menyadari betapa menyesalnya ketika ternyata tak banyak waktu yang dihabiskan dengan keluarganya.
Bercerita kepada orang tua yang disinyalir dapat sedikit meredakan rasa sakit hatinya. Memberikan nasehat atas kebingungannya juga tak jarang menawarkan solusi.
Seumur hidupnya, Han tidak pernah bercerita masalah kehidupannya kepada ibunya, apalagi perihal kisah percintaan dirinya. Han cukup malu untuk itu. Apalagi di umurnya yang dewasa ini?
Hubungan yang terlanjur diawali dengan canggung, kini telah menjadi kebiasaan. Han lantas berpikir, nanti apa yang akan dikatakan ibunya jika ia bercerita seperti itu.
"Halo, Bu."
"Kenapa?"
Han tersenyum getir. "Hm, ibu sehat?"
"Sehat."
"Han kangen sama ibu."
Ibunya diam tidak menjawab. Han pun ikut terdiam, menimang-nimang kata apa yang selanjutnya akan ia ucapkan.
"Tutup telfonnya kalau tidak ada yang penting."
Han bergumam, sebelum akhirnya tersenyum, dalam hati membodohkan dirinya sendiri.
"Ya udah, Ibu istirahat."
Dan Han menutup telefonnya. Kali ini kemana ia harus pulang?
Mobil Han terus melaju di jalanan malam yang gemerlap papan lampu kota. Mengitari kota sendirian dengan lagu-lagu romansa di playlist-nya.
Sejam lebih Han memilih jalur memutar untuk menuju rumah Taejin, dengan sengaja ia melambatkan waktu.
Sesampainya di rumah Taejin, ia sudah disambut oleh sebotol wine yang disiapkan oleh Sera. Perbincangan malam itu hanya seputar pekerjaan.
"Ada perusahaan bagus untuk investasi. Om rekomendasiin buat kamu. Sahamnya stabil dan reputasinya juga bagus."
Sudah hal yang biasa jika Taejin sering merekomendasikan beberapa perusahan untuk menaruh investasi bagi Han. Tidak jarang pula ia menawarkan tanah atau unit rumah untuk Han berinvestasi.
Han menerima beberapa lembar file tentang perusahaan yang dimaksud. Tapi sungguh ia sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk membahas investasi.
"Nanti Han periksa di rumah, Om."
Taejin mengangguk lalu meminum wine-nya.
"Mumpung kamu masih muda, banyak-banyakin invest. Makin berguna buat masa depan kamu." Kata Taejin.
"Iya, Om."
"Saham kamu di perusahaan juga terbilang sedikit. Jehun, dia beli saham lagi di perusahaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace Me | Han Seungwoo X OC ✔️
Romance[COMPLETED] Han Seungwoo X OC Contains mature content. Please, be wise! Semua berawal dari cuddle care. Awal dimana mereka dipertemukan dengan segala kepedihan yang mengisi hati mereka. "We just two broken people, Han. What do we expect?" -Malaka...