Pukul tujuh pagi, matahari sudah memancarkan panasnya mengiringi setiap insan yang berbondong-bondong mencari pundi-pundi rupiah.
Han baru terbangun dan lekas membuka selambu yang menutupi pintu balkon, membiarkan cahaya masuk ke dalam rumah. Ia lantas berpindah ke dapur, memasak nasi dan beberapa lauk ringan yang tidak membutuhkan banyak waktu dalam membuatnya.
Terakhir, ia membuat susu coklat hangat yang akan diantarkannya kepada Malaka.
Tangan Han sedikit bergetar saat memasuki kamarnya dan melihat Malaka yang sudah terjaga di tempat tidur, berbaring dengan tumpukan bantal di punggungnya dan pandangannya melihat ke samping, kota Malang yang mulai sibuk terlihat dari selambu yang terbuka sedikit.
Karena Han belum terbiasa dengan perasaan yang seperti ini. Belum terbiasa dengan rasa sakit yang baru di hatinya. Belum terbiasa pula, menampung rasa sakit milik orang lain.
"Coklat hangat buat Malaka." Suara Han membangunkan Malaka dari lamunannya.
Malaka tersenyum, ia menyambut coklat hangat dari Han dan meminumnya sedikit lalu menaruhnya di meja.
Malaka mengernyit, kepada Han yang terus menatapnya dengan wajahnya yang tidak terdeskripsikan.
"Aku kelihatan aneh, ya?" Tanya Malaka.
Han meloloskan nafasnya dengan halus. Tangannya menaikkan selimut hingga menutupi dada Malaka.
"Hebat, Mal. Kamu hebat banget." Ujar Han dengan suaranya yang kembali emosional.
Malaka hanya dapat tersenyum getir. Ia meraih tangan Han dan menangkupnya dengan kedua tangannya, mengelusnya.
"You are broken physically and emotionally, yet still be able to listen other people brokenness. Gimana bisa?"
"I got embracement, it's enough." Malaka mencoba tersenyum.
"You laugh, you smile, and you story telling as if nothing happened in your life. Aku jadi ngerasa jahat sama kamu, Mal. You accommodate my pain, share the room with yours, give me soothing words-" Ucapan Han terhenti, ia melihat ke langit-langit saat dirasa pertahanannya hendak runtuh.
"Aku gak pernah nyesal, Han. Jadi, kamu jangan nyesal juga."
"I'm sorry, Mal." Han melepaskan tangannya dari Malaka, ia mengusap wajah Malaka, merapikan anak rambutnya yang berantakan, lalu mencium keningnya.
"I'm sorry," lirihnya kembali saat kedua kening itu saling melekat.
Dan tiap detik selanjutnya, mereka saling bertukar kelembutan di bibir masing-masing.
"Can you tell me, who?" Tanya Han di tengah ciuman mereka.
Jemari Malaka berhenti menelusur rambut Han. Ia sedikit menoleh, menghindari pandangan Han yang amat begitu dekat.
"You better don't know."
"I have to know."
"I can not tell you."
Han berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengalah dan tak bertanya lebih lanjut. Ia yakin, pasti ada saatnya ketika nanti Malaka akan bercerita atas kemauannya sendiri.
"Mal, aku selalu ada di sini. Aku akan dengerin semua cerita kamu kalau kamu udah siap."
Malaka mengangguk dan tersenyum. "Thank you for not forcing me."
Han menarik tangan Malaka dari kepalanya dan mencium punggung tangannya.
"Kamu gak kerja?"
"Aku berangkat setelah jam istirahat nanti. Kamu gak apa-apa di sini? Maksudnya gak ke butik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace Me | Han Seungwoo X OC ✔️
عاطفية[COMPLETED] Han Seungwoo X OC Contains mature content. Please, be wise! Semua berawal dari cuddle care. Awal dimana mereka dipertemukan dengan segala kepedihan yang mengisi hati mereka. "We just two broken people, Han. What do we expect?" -Malaka...