Tumpukan salju di pagi hari mendinginkan belahan bumi yang kini masih terus berputar. Sebagai makhluk yang turut memenuhi sebagian kecil bumi, seringkali manusia tidak merasakan tiap perputaran dari bumi itu sendiri. Yang dirasakan hanya pagi berganti siang, sore berganti malam. Malam berganti pagi, menghantarkan kepada hari yang baru. Terus seperti itu, sampai tidak sadar bahwa bulan terus berganti dengan begitu cepat.
Langkah sepasang kaki berjalan dengan cepat dengan kewaspadaan penuh melewati jalanan yang sedikit licin. Terkadang ia berhenti sejenak, membalas sapaan dari teman-temannya yang bersimpangan dengan dirinya.
"Morning, Malaka."
"Oh, hai, morning, Ariana."
"What's up?"
"I think I'm late. Sorry, I have to go."
"Ok. Have a nice day."
Gadis itu semakin memercepat langkahnya hingga akhirnya ia masuk ke dalam suatu kelas yang sudah mulai terisi oleh beberapa orang. Ia menghembuskan nafas lega saat podium di depan ruangan masih kosong, yang menandakan dosen belum hadir.
Siang hari gadis itu keluar dari kelas dan lekas pergi menuju tempat ia bekerja di salah satu penerbitan majalah fashion. Sebelumnya, ia akan mampir ke gerai kopi dan membeli kopi panas untuk menghangatkan kedua tangannya. Hingga menjelang malam, gadis itu baru saja selesai dari pekerjaannya dan pulang ke rumah dengan makanan di tangannya.
Rumahnya masih gelap saat ia memasukinya. Ia lantas menghidupkan lampu dan menuju gantungan baju. Satu per satu ia melepaskan sarung tangannya, syal yang melilit lehernya, lalu coat panjangnya dan menyampirkannya di gantungan.
Gadis itu lantas menuju meja makan dan memakan makanan yang baru dibelinya. Setelah makan malam, ia membersihkan dirinya dan berganti pakaian hangat. Ia memandangi dirinya sendiri di pantulan cermin saat ia memakai sweater-nya. "Good job for today. Now let's sleep." Gumamnya seraya mengeluarkan rambut cokelat panjangnya dari dalam sweater.
Tak menunggu lama, gadis itu sudah berbaring di tempat tidurnya dengan TV yang masih menyala untuk menemaninya dalam keheningan rumahnya. Gadis itu terlelap dengan damai dibalik selimut tebalnya yang membuatnya terasa nyaman dan hangat.
Tengah malam ia terbangun sembari menggeliat karena merasa tubuhnya yang dipeluk erat oleh kehangatan yang berbeda dari sebelum ia tertidur. Senyum terlukis di wajah mengantuknya kala melihat wajah yang bersinar dengan kedua manik mata bulat bagaikan tapioca pearl yang sedang memandangnya.
"What time is it?" Tanya gadis itu dengan memundurkan sedikit wajahnya agar bisa melihat wajah pria itu.
"Eleven thirty. I'm just home."
Tangan gadis itu terangkat naik dan menangkup wajah pria yang memeluknya. "Your face's so cold."
"Hmm. The snow is falling."
Gadis itu terdiam sejenak, memandangi wajah pria miliknya yang seputih salju dan bersinar terang di kegelapan kamarnya. "How's your work?"
"Everything's fine. How about you?"
"It's fun, as always. Our creative director is amazing. His idea just popped out of nowhere and made something I didn't even thought about and that was so great."
"Glad to know that. You'll be more amazing than him."
Gadis itu tertawa kecil dan cukup terhibur dengan ucapan prianya. Sebagai hadiahnya, ia memberikan kecupan di bibir pria itu "Lagi, Yang." Rajuk pria itu dengan manja sesaat kecupannya berakhir dan membuat gadis itu tertawa kembali. Saat seperti ini, saat prianya itu menjadi manja, benar-benar membuatnya gemas dan mungkin lupa akan rasa kantuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace Me | Han Seungwoo X OC ✔️
Romance[COMPLETED] Han Seungwoo X OC Contains mature content. Please, be wise! Semua berawal dari cuddle care. Awal dimana mereka dipertemukan dengan segala kepedihan yang mengisi hati mereka. "We just two broken people, Han. What do we expect?" -Malaka...