"Why don't you leave?"
Pertanyaan yang terdengar mudah untuk dijawab sekaligus terasa sulit untuk dimengerti. Dan Malaka mempunyai 1001 jawaban atas pertanyaan itu yang mungkin tak bisa difahami oleh Han.
"I'm nothing without my mother, Han."
"Dead wrong, Mal. You're nothing without yourself."
"You seem don't understand. My mother gives me everything even she's bad towards me. My mother just having us. I have my little brother I should take care of."
"What else?"
Malaka diam sejenak, merasakan air hangat yang kembali menetes dari matanya melalui hidungnya dan membasahi bantal Han.
"If you knew, Han. My mother couldn't go to the spa with her friends. Why? She has the same scars and bruises on her back. Almost similar to mine. She hides it behind the fancy clothes she buys, she makes. That's what make her looks so beautiful. But everytime I see it, I feel pity over her. She's just like me. She's just a lonely woman. How could I leave her?"
"Don't make those as excuses for you to be treated like this. See yourself. Think about yourself. Feel how precious you are. You can cut this out."
"I don't ask you to understand me. I'm dead tired."
Han akhirnya diam membungkam bibirnya dan tak melanjutkan lagi percakapan itu yang membuat Malaka kembali meneteskan air matanya. Ia mengelus lengan Malaka yang tengkurap di sisinya dengan memar yang masih membiru di punggungnya.
Kini Han cukup mengerti dengan situasi Malaka dan mamanya. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Malaka, Bu Mira pun dulu sepertinya sering mendapatkan perlakuan seperti ini dari orang tuanya dan sayangnya hal mengerikan itu malah berlanjut kepada Malaka. Bagi Han, tidak ada cara lain bagi Malaka selain keluar dari lingkaran itu.
Waktu mereka terpotong dengan bel apartemen yang berbunyi. Han hanya bergeming tanpa berniat membukakannya. Lagi pula siapa seseorang di pagi hari ini yang sudah berkunjung ke apartemennya. Kamar Han pun masih gelap karena sejak ia bangun tak ada niatan untuk beranjak dari sisi Malaka, meski hanya untuk membuka tirai atau pergi ke kamar mandi. Ia hanya ingin berada di samping Malaka, menenangkannya dalam diam.
Namun sepertinya Han tidak bisa menolak seseorang yang berkunjung di pagi itu. Nyatanya kini ponselnya yang berganti berdering setelah ia tak membukakan pintu. Dengan berat hati, Han akhirnya bangun dan mengambil ponselnya. Ketika nama Tante Sera tertera di layar, kali ini Han benar-benar harus bangkit.
Han menghampiri Malaka lagi, mengelus punggung hingga lengannya dengan lembut, "aku buka pintu sebentar. Ada tante Sera. Kamu di sini saja."
Malaka mengangguk. Han mencium pelipis Malaka, lalu menaikkan selimut hingga ke atas menutupi punggungnya yang terbuka. Ia tersenyum kecil sebelum bangkit dan berjalan ke closet-nya untuk mengambil baju.
Saat Han membuka pintu, ia melihat Sera dengan wajah yang sedikit khawatir dan membuat Han heran, karena Sera jarang sekali ke apartemennya di pagi hari kecuali jika ada hal yang penting.
"Maaf, Tante."
"Baru bangun tidur?" Han mengangguk dan tersenyum tipis.
Sera masuk terlebih dahulu dan langkahnya terhenti saat ia hendak duduk di ruang tengah. Dari belakang Han mengikuti arah pandang Sera ke sofa. Oh, Tuhan. Tas dan jaket Malaka masih tersampir di sana, begitu juga dengan tas milik Han sendiri.
Sera berbalik memandang Han dengan penuh tanya meski tidak menuntut. Han menghembuskan nafasnya pelan sembari mendekat. "Maaf, Tante." Han hendak mengambil tas dan jaket Malaka namun Sera segera menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace Me | Han Seungwoo X OC ✔️
Romance[COMPLETED] Han Seungwoo X OC Contains mature content. Please, be wise! Semua berawal dari cuddle care. Awal dimana mereka dipertemukan dengan segala kepedihan yang mengisi hati mereka. "We just two broken people, Han. What do we expect?" -Malaka...