01

1.6K 168 0
                                    

"Permisi Bu. ini sudah larut, ibu masih mau lembur?”

Suara seorang perempuan yang aku yakini adalah sekertarisku, sejenak menghentikan kegiatanku.

Aku melihat jam yang melingkar di tanganku kemudian menatapnya. “ah Soobin. Iya, malam ini saya lembur kau pulang saja.”

Soobin mengangguk dan menyerahkan secangkir teh untukku. “baiklah. ini saya buatkan teh untuk menemani, saya permisi.”

“terimakasih, kau hati-hati ya ini sudah malam.” Ucapku. Soobin kembali mengangguk tersenyum dan kemudian pergi.

Aku melanjutkan pekerjaan ku sampai tak terasa sudah hampir jam sebelas malam dan aku baru menyelesaikannya.

“akhirnya beres. Go back home Aeri.” Ucapku seraya meregangkan badan, kemudian berkemas dan pulang.

Sampai di parkiran apartmen aku baru menyadari ini malam perdana aku pulang kantor selarut ini. Walaupun sudah 2 tahun aku bekerja tapi sebelumnya belum pernah pulang sampai tengah malam.

Setengah dua belas aku baru menginjakan kaki ku di depan pintu apartmen, tadi aku mengendarai mobilku secara perlahan karena aku sedikit kelelahan dan karena memang belum terbiasa berkendara malam hari.

Aku masuk kedalam apartmen dan berpikir mungkin pemiliknya sudah tidur. Tapi saat melewati sofa ruang tamu aku sedikit terkejut melihat sepasang kaki menjuntai di ujung sofa.

“kau belum tidur?” tanyaku. Dia bangkit duduk dan kemudian aku duduk di sampingnya.

Dia mengusap wajahnya. “ini sudah tengah malam, kenapa baru pulang?” bukannya menjawab dia malah bertanya kembali padaku.

“aku membereskan pekerjaanku supaya nanti gausah lembur lagi, lagipula besok libur.” Ucapku. Dia duduk menghadapku.

“aku suamimu kalau kau lupa. Sudah seharusnya kamu mengabariku kalau pulang telat.” Ucapnya dengan nada datar.

Aku tersentak tak menyangka dia mengakui dirinya sebagai suamiku, jantungku berdegup cukup cepat.

“maaf aku lupa mengabari, aku tak sempat bahkan aku tak ingat hp ku dimana.” Aku menunduk, menyesal atas ulahku itu.

Dia menghela napas pelan “kau ini CEO, masa iya kau pikun lupa handphone bahkan suamimu.”

Ucapanya sedikit menusuk, tapi aku tidak bermaksud begitu. Dia tak salah, aku memang selalu melupakan apapun jika sudah fokus dengan pekerjaan.

“maaf Changbin, aku tidak bermaksud begitu.” Ucapku masih menunduk.

“yasudah. Kamu ganti baju atau mandi dulu sana, lalu istirahat.” Ucapnya kemudian bangkit dari duduknya.

“kamu mau kemana?” tanya ku sebelum dia melangkah. “ya tidur lah kemana lagi.” Jawabnya, kemudian berjalan menuju kamar diikuti olehku tapi aku masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri dan berpakaian, aku keluar kamar mandi dan melihat Changbin sudah tertidur pulas.

Aku membaringkan tubuhku di sampingnya, kubuat sepelan mungkin agar tak mengusik tidurnya.

“selamat malam Changbin.”




”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-cyjspark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-cyjspark

Serendipity | Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang