30

535 92 5
                                    

Sampai dikantor Changbin, atensi para karyawan langsung tertuju padaku dan Boomin.

Sementara Changbin langsung dipanggil Jiwong sekretarisnya untuk segera menuju ruang meeting.

“kalian tunggu di ruanganku saja, kalau ada apa-apa panggil saja Jiwong.” Ucap Changbin kemudian melangkah pergi.

“ayo Boomin kita naik ke ruangan appa.”

aku mengajak Boomin untuk menuju ruangan Changbin, tapi dia menolak.

“gamau buna, Boomin mau disini liat itu.” Boomin menunjuk pohon yang ada di lobby ini.

Di tengah lobby, Changbin memang sengaja menanam pohon hias untuk menghidupkan suasana kantor yang memiliki konsep dark katanya.

Boomin berlari menghampiri pohon itu. dia terlihat sangat antusias.

“jangan lari Boomin. Kita duduk aja yuk atau ke ruangan appa.” Ajakku, Boomin tetap menolak.

15 menit aku mengawasi Boomin yang asik bermain sendiri, sampai aku mendapat telpon dari kak Jisoo untuk mengantarkan Boomin.

‘kakak tunggu di café depan kantor Changbin ya.’

‘kenapa gak kesini aja kak?’

‘malu, udah cepet sini.’

‘iya, tunggu.’


Aku langsung mengajak Boomin untuk bertemu kak Jisoo.

“Boomin kita ke café depan yuk ada mama udah nungguin.” Ucapku.

“mama?” tanya Boomin aku mengangguk.

“asyiikk.. ayo bunaa.” Boomin meraih tanganku kemudian kita pergi ke café Mirae.


“mamaa!” seru Boomin.

“hai anak ganteng, kangen mama gak?” tanya kak Jisoo dan Boomin memeluk erat ibunya itu.

“dia gak rewel kan Ri?” tanya kak Jisoo. “engga sama sekali.” jawabku.

“syukurlah. Makasih ya, tapi kakak gabisa lama-lama harus ke kantor ayah.”

“iya, hati-hati.” Ucapku.

“hmm..terimakasih sekali lagi.”

“dah boomin, lain kali main lagi sama buna yaa.” Aku mengelus kepalanya dan menciumnya.

Mereka kemudian pamit meninggalkan aku sendiri yang bingung mau kemana.


“Aeri!!”

seseorang memanggilku aku menoleh dan ternyata,

“oh! Han.” Aku menghampiri Han yang memanggilku dari pintu Café.

“apa kabar?” tanyanya. “aku baik kau sendiri baik juga kan?”

Aku mengangguk dan tersenyum, “tentu saja.”

“masuk dan duduk dulu, aku panggil Mirae sebentar.” Titah Han kemudian aku duduk dan dia memanggil istrinya.

“hai Aeri, apa kabar?” sapa Mirae.

“baik Mirae, café mu semakin ramai saja ya.” Ucapku.

Mirae mengedarkan pandangannya. “iya, syukurlah banyak yang kesini dan semua karena Han sering manggung disana.”

Mirae menunjuk panggung kecil dengan stand mic dan gitar kesayangan Han dulu.

“pantas saja ramai, pesona Han adalah music dan suaranya. Beruntungnya kamu bisa menikah dengan Han.” Ucapku.

Mirae mengangguk setuju. “iya aku beruntung menikah dengannya.” Ucapnya.

kemudian Han datang dengan membawa coffe matcha dan cheese cake. “untuk Aeri, aku yang traktir.” Katanya.

“waah. Terimakasih.”

Mirae bangkit dari duduknya, “aku tinggal ya, sepertinya ada yang harus kalian bicarakan.” Katanya dan berlalu pergi.

“kau tidak kerja?” tanya Han.

Aku menggeleng, “cuti.” Ucapku.

“kata Mirae kau sudah menikah? Dengan siapa? Kenapa tidak memberi tahuku?” Han melontarkan bertubi-tubi pertanyaan.

Ah benar aku juga tidak mengabari Han kalau aku sudah menikah.

“kau tidak bertanya.” Ucapku.

“dengan siapa? Seo Changbin?” tebak Han.

tunggu, Han tahu darimana seingat ku, aku tidak pernah memberitahu dia ataupun Mirae. Dari sosial media tidak mungkin bahkan aku tidak punya.

“kau tahu dari mana?”

Han menghela napas pelan. “internet, kalian sama-sama pengusaha dan pernikahan kalian sangat menarik perhatian publik karena tiba-tiba.” Katanya

Benar, aku lupa berita pernikahanku dengan Changbin sempat menggegerkan publik karena tiba-tiba kami menikah tanpa ada rumor apapun sebelumnya.

“benar, tapi itu tidak mendadak semuanya sudah direncanakan hanya saja kita memang tidak berniat mempublish nya maka dari itu saat hari-h sampai heboh.” aku menjelaskan yang sebenarnya.

Han mendekap tangannya di meja. “Changbin tidak akan memarahi mu kan kita bertemu?”

Aku mengernyit heran dengan pertanyaannya. “maksudnya?”

“bukannya Changbin tidak suka jika keluarganya bertemu dengan teman lamanya?”

Aku semakin bingung bagaimana dia bisa tahu itu dan tunggu berarti Han teman Changbin juga atau bagaimana.

“bagaimana kau tahu?  Kau temannya?” tanyaku.

Han mengangguk, “kita berteman sejak SMP sampai sebelum aku pindah ke Malaysia.” Katanya.

“kau tau tentang Chaerin?” tanyanya lagi.

“aku tahu, Changbin bilang itu karena temannya. Kau tahu siapa pelakunya?” aku bertanya karena mungkin saja Han tahu.

Han mencondongkan badannya menandakan ini obrolan serius. “aku tahu dan punya buktinya juga, tapi ada kesalahpahaman disana, kau bisa bantu aku?”

Aku sedikit bingung awalnya tapi karena Han adalah temanku, aku memutuskan untuk membantu nya.

“tentu saja, kau butuh apa? Aku akan bantu sebisaku.” Ucapku.

Han kembali menyandarkan punggungnya. “nanti lusa aku jelaskan, kau tolong luangkan waktu.” Pintanya.

“baiklah.” Ucapku dan kemudian ponselku berdering.

“angkat saja.” Ucap Han

Aku mengangkat panggilan itu.

'hallo Bin, ada apa?'

'kau dimana? Aku harus beli sesuatu'

“aku di café Mirae.”

'tunggu disana aku jemput'

'aku ke kantormu saja supaya tidak bolak-balik'

'baiklah'


Aku memutuskan panggilan kemudian berpamitan dengan Han.

“Han aku harus pergi, Changbin menungguku. Kabari aku saja kalau kau butuh apa-apa.” Ucapku.

“hmm.. nanti aku kabari, kau hati-hati.” Katanya.















” Katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















⭐vote⭐





















-cyjspark

Serendipity | Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang