56

417 70 9
                                    

Buat jaga-jaga
⚠️15+












 "karena aku egois dan.... aku menyukaimu Aeri."

"aku mencintaimu."

Aeri tampak diam mencerna kata-kata Changbin bahkan saat ini detak jantung nya tidak karuan.

"bahkan jauh sebelum orang tua kita minta untuk kita menikah. dulu waktu SMA saat pertama kali melihatmu aku tertarik. kamu yang ramah bisa berteman dengan semua orang bahkan saat perlahan aku menghindari orang lain kamu justru datang dan memintaku menjadi temanmu." ucap Changbin dengan lancar bahkan sebenarnya ia tak berencana memberi tahu sampai sejauh itu.

Iya, Changbin memang sudah merencanakan hari ini ia akan menyatakan perasaannya tapi tanpa direncakan ia juga mengatakan apa alasan dirinya mau menikah dengan Aeri.

lidah Aeri kelu, ia tidak menyangka Changbin akan mengingat momen saat Changbin berjalan di lorong lab yang cukup sepi dan Aeri yang saat itu baru pindah sekolah tersesat sehingga mengikuti Changbin di belakangnya.

"kau ingat aku?" tanya Aeri.

Changbin mengangguk, "aku ingat sebab kamu perempuan pertama yang berani menyapaku. Aku juga ingat tiap pulang sekolah kamu selalu keluar kelas paling terakhir."

Aeri menutup mulutnya tak percaya, Changbin bahkan mengingat hal apa saja yang dilakukan Aeri. matanya mulai memanas dan perlahan bulir bening memenuhi pelupuk matanya.

"kenapa nangis? aku menyakitimu? maaf Aeri mungkin selama ini aku membuatmu tidak nyaman apalagi sampai menikah denganku. maaf aku egois." ucap Changbin seraya menurunkan tangan yang menutupi wajah Aeri dan menyeka air mata yang mulai turun.

"tidak, aku hanya tidak percaya kamu bahkan mengingat apa yang aku lakukan. kamu mau tahu sesuatu yang sepertinya sangat konyol?" tanya Aeri.

"apa?"

Aeri menatap manik changbin yang saat ini berfokus padanya, "akupun melakukan hal yang sama, memperhatikanmu dari jauh bahkan terkadang aku selalu mengekor ke pojok studio. aku selalu mencoba untuk berteman denganmu tapi kamu terlalu dingin sampai akupun menyerah."

"bahkan sampai kita menikah pun tidak sampai hari inipun aku selalu merasa aku adalah orang asing bagimu. aku bingung dengan sikap mu yang selalu berubah kadang cuek kadang bersikap manis sekali. tapi karena kamu sudah mengakui perasaanmu akupun akan melakukan hal yang sama, aku menyukai mu Bin, sangat sangat mencintai mu." 

Changbin menggenggam tangan Aeri yang perlahan dingin terkena angin laut. "terimakasih Aeri untuk memiliki perasaan yang sama sepertiku, terimakasih sudah mampu bertahan dengan sikap dinginku. tolong tetap seperti ini untuk esok hari dan seterusnya temani aku. Akan aku pastikan kamu jadi yang terakhir." ucap Changbin kemudian tersenyum dan Aeri membalasnya.

"Boleh aku memelukmu?" tanya Changbin.

Aeri mengangguk semangat, "tentu saja, kapanpun kau mau." kata Aeri lalu keduanya berhamburan kedalam pelukan masing-masing.

Nyaman, itu yang mereka rasakan pelukan kali ini benar-benar beda dari sebelumnya terlebih karena mereka sudah mengungkapkan perasaan masing-masing. Aeri menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Changbin.

"saranghae." bisik changbin seraya mengeratkan pelukannya dan melayangkan satu kecupan di pucuk kepala Aeri.

Sore itu, dibawah sinar senja, di atas ribuan butir pasir, dan disaksikan deru ombak , sepasang manusia telah menyatakan perasaan yang mereka simpan bertahun-tahun lamanya. karena seperti makna dari serendipity mereka tidak pernah berharap untuk bisa mendapatkan satu sama lain.

Serendipity | Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang