64

331 49 8
                                    

Lusa nanti tanggal 2 November tepat satu tahun pernikahan Changbin dan Aeri.

Setelah tempo hari bertemu dengan Mama dan Ibunya, Aeri tak benar-benar langsung berdiskusi tentang apa yang diinginkan orang tua mereka itu.

Namun jika ditunda terus pun tidak akan bertemu titik terang. Dan setelah memakan waktu untuk berfikir, Aeri memilih untuk membicarakan nya malam ini.

"Mau kemana?" Tanya Aeri saat melihat Changbin yang sudah siap pergi.

Changbin hanya melirik sekilas Aeri untuk kembali memasang jam tangan dan memakai parfum.

Mata Aeri sedikit membulat ''Tunggu, malam-malam begini dia pakai parfum mau kemana?'' batinnya.

"Aku harus pergi, sebentar kok sebelum makan malam aku sudah pulang." Jawab Changbin.

Aeri sedikit memajukan langkahnya dan memegang ujung lengan baju Changbin. "Aku ikut boleh?" Pintanya.

Gemas, itu yang dirasakan Changbin sebab kali ini Aeri memohon dengan puppy eyes.

"Boleh, tapi ganti baju dulu ya kamu nya masa mau pakai bathrobe." Ucapnya sambil mengusak rambut Aeri.

Seketika pipi Aeri berubah menjadi merah, ia malu mengingat dirinya baru selesai mandi dan masih mengenakan bathrobe.

"Tunggu 10 menit atau bisa lebih cepat." Katanya lalu melangkah menuju wardrobe.

~

Aeri tak mengira tempat tujuan Changbin adalah Hannam-dong. Dan kini mereka tengah berada di sebuah cafe menunggu seseorang.

Tak lama datang seorang perempuan yang cukup familiar dimata Aeri. Kalian ingat perempuan yang Aeri temui di ruangan Changbin?

Iya, perempuan itu kini duduk di hadapan Aeri.

"Selamat malam, maaf menunggu." Ucapnya.

"Tidak, kita juga baru sampai." Kata Changbin.

Perempuan itu kemudian menjulurkan tangannya, "kita belum kenalan." Katanya pada Aeri.

Dan Aeri membalas juluran tangannya, "Aeri."

"Kang Sora, teman Changbin." Ucapnya.

"aku tidak bisa lama-lama disini, maaf Changbin sepertinya kamu sendiri yang harus menjelaskan, aku pamit." Kata Sora seraya menyerahkan sepotong kertas berisi beberapa angka.

Tanpa berniat langsung menjelaskan, Changbin lebih dulu mengajak Aeri pergi menuju tempat lain.

Kini mereka sudah berada di depan sebuah mansion berwarna putih gading.

Changbin membuka gerbang dan membawa masuk Aeri setelah sebelumnya membuka kunci pintu digital menggunakan angka dari kertas pemberian Sora tadi.

Aeri panik dan menarik mundur tangan Changbin. "Tunggu Bin, ini rumah siapa? jangan masuk rumah orang sembarangan."

Changbin mengusap pelan punggung tangan Aeri. "Masuk dulu yuk kita bicara didalam saja."

Setelah mereka duduk di sofa, Changbin membuka suara. "Harusnya kita berdua kesini lusa nanti, tapi karena kamu hari ini minta ikut jadi ya gapapa." Kata Changbin.

"Ini rumah siapa Changbin?" Pertanyaan Aeri masih sama.

"Ini rumah kita, aku gamau kalau harus tinggal di apartemen selamanya. Dan gak mungkin kan kita tinggal berdua terus. Anggap aja ini sebagai hadiah satu tahun pernikahan kita." Jelas Changbin.

Aeri tak bergeming, ia kehilangan kata untuk berucap.

"Perempuan tadi bisa dibilang temanku sebab dia teman nya Kak Minho. Dia home designer yang bantu aku bangun rumah ini. Alasan kenapa aku sering bersamanya dan keluar lebih sering dari biasanya itu untuk diskusi dan kontrol pembangunan. Aku harap kamu tidak salah paham selama ini." Ucap Changbin lagi.

Demi apapun Aeri sedang menahan malu sebenernya sebab dugaannya salah. Ternyata selama ini Changbin justru sedang berusaha menyiapkan hadiah yang besar.

"Maaf Changbin tapi aku sudah salah paham. Aku kira kamu ada apa-apa dengan Sora. Tapi aku yakin kamu ga begitu dan aku percaya sama kamu. untung semua hanya dugaan salahku saja. Maaf Bin dan makasih banyak, aku gatau harus bilang apa lagi."

Changbin menggenggam kedua tangan Aeri, "sayang, diri aku sendiri sudah janji untuk berusaha selalu bersamamu. Dan sebisa mungkin aku tidak ingkar dengan janji yang aku buat. Mulai besok kita pindahkan barang-barang yang ada di apartemen kesini yaa." Ucapnya lalu memeluk Aeri.

"Kamu ingat dulu waktu main ice skating kamu kalah dan harus mengabulkan permintaan ku?" Tanya Changbin tiba-tiba.

Aeri mengangguk ragu ia ingat namun feeling Aeri sedikit curiga.

"Selagi permintaan mu masih masuk akal akan aku lakukan. Jadi sudah terpikir mau apa?"

Dengan penuh percaya diri Changbin menjawab, "pintaku sama seperti mama yang minta cucu. Aku mau sepasang."











I feel so sorry kalo part ini ga sesuai ekspektasi kaliaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I feel so sorry kalo part ini ga sesuai ekspektasi kaliaan.
Cerita ini uda lama soalnya jadi aku cepetin ke ending.

Thx buat semua reader's yang uda vote juga. It's mean a lot for me❤️

 It's mean a lot for me❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Buat kalian yang suka The Boyz, aku ada work baru tentang Eric yang kepo silakan mampir 😉

Buat kalian yang suka The Boyz, aku ada work baru tentang Eric yang kepo silakan mampir 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





-cyjspark

Serendipity | Seo ChangbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang