DUA PULUH EMPAT |

346 40 0
                                    

Malam tiba, Regal memutuskan untuk menunggu kepulangan Aron, katanya dia akan pulang kerumah malam ini, maka dari itu Regal memutuskan untuk menunggu kepulangan kakaknya itu. Ada sesuatu hal yang ingin Regal tanyakan.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu, Regal langsung berlari menuju pintu utama, menemukan Aron dengan kemeja yang sudah nampak kusut. Regal meraih tas Aron. Regal memutuskan untuk membuatkan secangkir teh hangat. Melihat wajah Aron yang terlihat sangat lelah.

Aron belakangan ini memang suka lembur, padahal pekerjaannya bisa dia selesaikan dirumah tapi cowok itu selalu enggan. Memilih menyelesaikan semuanya di kantor, hal itu juga yang justru membuat Regal khawatir akan kesehatan Aron. Mengingat Aron yang pulang selalu larut malam, cowok itu sama sekali tidak mengkhawatirkan kesehatannya.

"Makasih." Aron mulai menyesap teh hangat yang dibuatkan Regal, tubuhnya perlahan jadi terasa rileks.

Regal duduk di depannya, ikut menyesap teh yang dia buat untuknya.

Setelah memastikan Aron meminum teh nya hingga habis, Regal mulai bertanya tentang pekerjaan Aron dan dijawab seadanya oleh cowok itu.

"Em...bang."

Aron berdehem.

"Tadi gue lihat mobil lo disekolah, itu lo yang bawa?"

"Iya." Jawab Aron cepat.

Regal mengangguk, "Ngapain ke sekolah?"

Aron menyimpan ponselnya lebih dulu sebelum menjawab, "Jemput Zera." Jawab Aron jujur.

Seperti dugaan Aron, ekspresi Regal pasti akan sangat terkejut. Regal memicingkan matanya.

"Ngapain?"

"Disuruh Glenn."

Regal mengangguk, sebenarnya bukan hanya itu yang ingin dia tanyakan. Regal ingin menanyakan apakah benar Aron waktu itu bersama Zera disuatu mini market?

Sementara Regal diam, Aron terus saja menatapnya. Aron merasa kalau Regal sudah keterlaluan, setelah mendengar penjelasan Zera. Tentang Regal yang selalu bersikap manis padanya tapi selalu menolak jika Zera mengatakan dia mau jadi pacar Regal.

Aron merasa keberanian dan keukeuhnya Zera patut disanjung. Jarang sekali ada cewek yang mau mengungkapkan perasaanya, bahkan sampai berkali-kali.

"Gal."

"Iya?"

Tatapan keduanya saling bertemu.

"Lo deket banget sama Zera, lo beneran gak suka sama dia?"

Regal berdecak, "Kan gue udah bilang, rasa suka dia itu cuma obsesi. Dia gak beneran suka sama gue bang."

"Kalo itu bukan obsesi gimana? Apa lo akan suka balik ke dia?" Ada nada khawatir saat Aron bertanya seperti itu.

"Bang...udahlah, lagian kenapa jadi bahas Zera?"

"Zera udah cerita semuanya ke gue."

"Terus?"

Aron menghela nafasnya, "Jangan perlakuin dia dengan baik kalo lo gak suka sama dia. Kasihan dia, kalo lo suka sama Yulia cukup Yulia aja yang lo baikin, jangan buat Zera semakin menaruh hati dan harapan sama lo."

ZAELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang