DUA PULUH TIGA | DI KODEIN

361 40 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu plus hari kembalinya kedua orangtua Zera juga kakaknya.

Setelah acar peluk-pelukkan di bandara, mereka memutuskan untuk makan dulu di kafe dekat bandara tersebut, setelahnya mereka memutuskan untuk pulang.

Karena Zera tidak bisa menyetir, maka Glenn memutuskan untuk membawa Aron untuk menjemput kedua orangtuanya. Aron membawa mobilnya sendiri dan Glenn membawa mobil papa nya ---Gehan.

"Lo tadikan sama Aron kesini nya, baliknya juga sama Aronlah."

Zera mencebik karena harus semobil dengan cowok itu lagi. Bayangkan saja, perjalanan dari rumahnya hingga ke bandara memakan waktu selama satu jam, dan hanya keheningan saja yang menemani Zera, sedangkan Aron memilih diam dan fokus menyetir, tentu saja itu sangat canggung. Memang bukan Zera saja, melainkan juga dengan Gibran, tapi sama sajakan? Dia ditempatkan bersama dua coolkas berjalan.

Gerald menutup bagasi mobil setelah meletakkan kopernya disana.

"Iya, sorry gue gak bisa, soalnya mau langsung ke kantor, ada yang harus gue temuin."

Zera mendengus, tentu saja dia tahu itu hanya akal-akal'an Gerald saja.

"Bilang aja mau ketemu pacar, pake alibi mau ke kantor."

"Hehehe. Pacar gue kan di kantor, Ra."

"Udah semua, Rald?"

"Udah pa. Tapi Gerald mau ke kantor langsung ya? Biasa."

Gehan geleng-geleng, "Iya, yaudah ayo Zera masuk ke mobil Aron, Gibran kamu juga."

Kedua bahu Zera menurun, kenapa harus dengan Aron? Kenapa tidak Glenn saja? Kenapa harus Zera?

Dan sekarang?

Hell yah.

Zera diposisikan duduk di depan dan Gibran dibelakang. Cowok itu beralasan kalau dia sangat lelah dan ingin berbaring dibelakang.

Satu keluarga ngeselin banget asli!

Mobil Aron melaju, Gibran langsung memasang earphonenya kemudian menutup kedua matanya. Melihat itu Zera jadi semakin kesal, harusnya ada yang mengajak ngobrol supaya suasana tidak canggung.

Aron melirik Zera yang bersedekap dada, sadar betul kalau Zera kesal padanya. Aron memang sengaja mendiamkan Zera, dia ingin Zera berbicara lebih dulu.

20 menit berlalu, rahang Zera terasa pegal karena terkatup terus. Dia perlu mengobrol!

"Keadaan nenek gimana bang?" Tanya Zera pada Gibran.

Tidak ada jawaban.

Zera menoleh ke belakang, dan benar saja cowok itu sudah mendengkur halus. Dia tertidur!

Aron tersenyum tipis.

"Pengen banget ya ngobrol?"

"I...iya bang...kan canggung banget."

"Yaudah sama saya aja ngobrolnya."

Bibir Zera merapat. Dia sudah dapat kesempatan untuk mengobrol eh malah topiknya yang tidak ada.

"Tentang apa ya bang?"

"Apa aja. Atau kamu tanya-tanya saya juga boleh, nanti saya jawab." Aron melirik Zera sebentar, "nanti sebaliknya begitu juga."

Zera mengangguk, "Nanya apa aja bolehkan bang?"

Aron terkekeh, Zera yang melihat wajah tampannya jadi salah tingkah sendiri.

"Boleh, apa aja pun boleh."

Zera nampak bergumam, memikirkan pertanyaan apa yang akan dia lontarkan, sampai Zera menjentikkan jarinya.

ZAELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang