TIGA | SATRIA PELIT

413 47 1
                                    

Cantik.

Begitulah kata yang terlontar tiap kali melihat Zera. Gadis itu tidak memakai make-up, hanya memakai liptint berwarna pink yang senada dengan warna bibir nya yang kadang terlihat kering.

Rambut cokelat dan mata yang sedikit sipit, kulit putih mulus membuat beberapa kaum adam langsung tertarik kala melihat Zera.

Zera memegang kepangan Mama nya di kepala nya, gadis itu tersenyum menatap dirinya di cermin bulat.

"Ma, udah cantik belum?"

"Anak Mama selalu cantik."

Zera semakin senang mendapat pujian berulang-ulang, tak sengaja mata nya menatap ke dari balkon kamar nya ke bawah, disana berdiri pemuda dengan wajah agak bule-bule.

"Satria...."

Satria melambaikan tangan nya, Zera hanya diam bingung, berbeda dengan Diba yang membalas lambaian tangan itu.

"Turun gih, kayak nya dia mau ngajak berangkat bareng."

Zera diam sebentar, teringat Regal. Apa benar Regal tidak menjemput nya hari ini? Melihat puteri nya diam, Diba langsung mengerti.

"Regal nganterin Salsa, kan kamu bilang sama Mama."

"Iya, Ma."

"Yaudah turun, temuin Satria. Sebelum dia keburu pergi."

Dengan berat hati Zera meraih tas nya kemudian mencium tangan Diba, dan pipi nya.

Sesampai nya di bawah, Zera memaksakan senyum nya. Bagaimanapun Satria juga sudah lama mengenal nya, Zera tahu Satria hanya menganggap nya teman biasa.

"Mau bareng?"

Zera tersenyum simpul, "Lo bawa mobil?"

"Seperti nya perhatian lo sepenuh nya hanya untuk Regal." Tukas Satria.

"Maksud nya?" Tanya Zera bingung.

"Iyalah, sampai nggak inget. Setiap hari gue emang bawa mobil ke sekolah, masa bawa traktor."

Tawa Zera terdengar, ucapan Satria terdengar lucu sampai-sampai Zera harus memukul Satria untuk meredakan tawa nya.

"Sakit njir! Cewek banget sih lo, ketawa nya sampe mukul-mukul." Kesal Satria

Telunjuk Zera menghapus air mata di pelupuk mata nya, "Habis nya, siapa juga orang yang mau bawa traktor ke sekolah."

"Humor lo aja yang receh, gitu aja ketawa."

Zera mengerucutkan bibir nya, "Biarin! Tertawa kan juga sehat."

Satria tersenyum mendengar nya, "Yaudah ayo masuk, keburu telat."

Zera menurut. Langsung memasang seatbelt nya, dan langsung mengeluarkan ponsel nya, Satria memperhatikan sekilas.

"Gue disuruh Bang Glenn buat jemput lo, karena kata nya lo merengek minta dianter."

Helaan nafas Zera terdengar, "Abang-Abang gue tuh sibuk sama kerjaan semua. Sampai nggak ada waktu buat gue."

"Ya wajar, mereka udah punya pekerjaan, kecuali Bang Gibran yang masih kuliah."

"Bang Gibran itu kayak nggak nganggep gue adek nya. Ngomong nya super irit banget, tiap ngeliat gue pasti kayak liat sampah."

Satria terkikik. Sebenarnya itu hanya anggapan Zera saja. Gibran hanya tidak menyukai tingkah Zera yang suka membuat keributan, dia hanya butuh ketenangan.

Satria menghentikan mobil nya kala melihat lampu merah, diambil nya bekal yang dibawa nya dari jok belakang, kemudian membuka dan mengambil sandwhich di dalam nya.

ZAELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang