Bab 01

7.8K 441 20
                                    

Tinggalkan jejak berupa vote dan comment 🤗
Mohon bantuan dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun susunannya🤗
Author mohon jangan ada yang silent readers ya, kita saling menghargai 🤗

Selamat membaca❤️

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

🌴🌴🌴


"Shabi, boleh jika aku memanggilmu ning Shabi?" tanya kak Sakhi padaku.

Bola mata hitamnya melihat tepat ke arah tinggalnya retinaku.

"Mengapa kak Sakhi ingin memanggilku dengan sebutan itu?" bukan menjawab aku malah balik bertanya.

Kak Sakhi tersenyum dan berkata, "Entah, yang pasti aku ingin memanggilmu dengan sebutan itu."

"Memangnya apa itu 'Ning'?"

"Ning itu sebutan untuk putri dari kyai di pesantren."

"Tapi kan aku bukan anak kyai."

"Nanti kalau shabi sudah besar, shabi ikut tinggal sama aku di pesantren dan shabi akan di panggil dengan sebutan 'Ning'."

"Tapi kalau shabi ikut kak sakhi tinggal di pesantren, bagaimana dengan bapak shabi?" Tanyaku yang meminta jawaban kak Sakhi.

"Emmm."

"Bagaimana?" tanyaku lagi.

"Sakhi, ayo pulang nak!" Panggil seorang wanita yang sedang menuju ke arah mobil.

"Iya, Ummah, Shabi ... Aku pamit ya," ujar kak Sakhi terburu-buru.

"Iya, Kak, kalau liburan kak Sakhi kesini lagi kan?"

"Maaf ya, Shabi, aku gak bisa kesini lagi karena aku akan pergi jauh."

Pergi jauh? Kemana? Jangan tinggalkan aku.

"Kemana?"

"Ke pesantren."

"Bukannya rumah kak Sakhi di pesantren?"

"Iya, tapi aku akan pergi ke pesantren lain yang jauh."

"Jadi, kak shabi gak akan kesini lagi?"

"Emm, aku gak tau.. tapi kamu jangan sedih, aku akan selalu mengingatmu dimana pun aku berada."

"Sakhi.. Ayo nak!" Kini suara laki-laki yang berada di kursi kemudi yang memanggil kak Sakhi.

"Iya, Bah, Aku pergi ya ... Ingatlah, aku akan mengingatmu dimana pun aku berada. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati, Kak."

***

Shabi POV.

Aku terbangun saat rekaman masa kecil dengan kak Sakhi kembali berputar sebagai mimpi, seringkali rekaman itu berputar setiap kali tidur, apalagi setelah aku mengerti arti dari perkataannya saat pertemuan terakhir dengan dirinya. Aku tidak bisa membohongi perasaan yang bersemayam di hati, jika saat ini aku sangat merindukannya.

Satu-satunya barang dari kak Sakhi yang masih ku simpan adalah sapu tangan berwarna hijau yang terdapat nama sang pemberi yakni 'Rizal Bahtiar Sakhi', yang ia berikan saat pertemuan pertamaku dengannya, dan sapu tangan inilah yang selalu menampung air mata sedih dan rinduku semenjak si pemilik awal memberikannya sepuluh tahun silam.

Kau, Ningku! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang