Bab 03

4.7K 338 10
                                    


Tinggalkan jejak berupa vote dan comment 🤗
Mohon bantuan dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun susunannya🤗
Author mohon jangan ada yang silent readers ya, kita saling menghargai 🤗

Selamat membaca❤️

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

🌴🌴🌴

Shabi POV.

Terik matahari pagi menyelinap lewat kaca bus yang aku tumpangi, hari ini aku diperintahkan oleh bu Nyai untuk berpindah khidmah di pondok pesantren milik saudara beliau yang ada di luar kota. Awalnya aku keberatan karena harus meninggalkan Pesantren yang selama ini telah memberiku banyak ilmu dan pengalaman, tapi setelah aku pikir kembali, mungkin inilah cara Allah untuk melatih dan menjadikanku insan yang lebih tegar dalam menghadapi masalah. Ini adalah perjalanan pertamaku menaiki bus tanpa ibu, empat hari yang lalu saat ibu dirawat di rumah sakit, beliau menghembuskan nafas terakhirnya tepat setelah aku melaksanakan sholat Ashar. Sungguh kepedihan mendalam saat itu benar-benar mendudukiku, Allah mengambil kembali orang yang kusayangi. Tapi aku yakin, Allah lebih menyayangi ibu.

"Mbak," sapa perempuan yang turun dari bus denganku.

"Iya, ada apa?" tanyaku.

"Ngomong-ngomong mbaknya mau kemana kok barang bawaannya banyak?"

"Saya mau ke Pesantren Darussalam"

"Oh.. mbak santri baru? Bareng sama saya aja mbak kesananya."

"Memangnya mbak juga mau kesana?"

"Iya, saya juga santri di sana. Tapi kita naik ojek ya," ajaknya, sedangkan aku terkejut dengan perkataannya. Bagaimana mungkin aku mau naik ojek, uang aja pas-pasan mending jalan kaki.

"Emm, emang jaraknya masih jauh ya?"

"Lumayan mbak, mungkin sekitar dua kilo meter.. soalnya agak masuk ke pedesaan pesantrennya."

"Gitu ya mbak, gini aja deh.. mbaknya duluan saja, saya masih mau beli-beli barang dulu disini," alibiku.

"Ya sudah, aku duluan ya... sampai ketemu di pesantren, Assalamu'alaikum." Pamitnya hendak meninggalkanku.

"Iya, Wa'alaikumsalam."

Saat perempuan yang mengajakku ke pesantren pergi, aku mulai berjalan menuju pesantren yang hendak ku tuju dengan berbekal alamat yang di berikan oleh bu Nyai. Sebenarnya saat aku hendak kemari, bu Nyai sudah menyuruh mang Dadang mengantarku, tapi aku menolaknya.

Perjalanan menuju pesantren Darussalam begitu jauh, aku sudah melewati perumahan warga yang berhadapan dengan sawah. Beruntungnya jalanan sini tidak seperti yang kubayangkan, jalanan disini telah di paving dan jalannya pun lebar. Setelah lama berjalan, aku bertemu dengan seorang ibu-ibu yang baru pulang dari sawah.

"Assalamu'alaikum bu," sapaku dan mencium tangannya.

"Wa'alaikumsalam."

Kau, Ningku! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang