Bab 10

3.8K 267 36
                                    

Tinggalkan jejak berupa vote dan comment 🤗
Mohon bantuan dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun susunannya🤗
Author mohon jangan ada yang silent readers ya, kita saling menghargai 🤗

Selamat membaca❤️

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

🌴🌴🌴

"Manusia boleh berencana, tapi Allah lah yang berkehendak."

Author POV.

Selepas mengaji ba'da shubuh, Shabi membersihkan kamarnya kemudian mengajak Ain membuang sampah ke tempat pembuangan yang berada di luar Pesantren. Saat perjalanan membuang sampah, Ain menggoda Shabi hingga tertawa dengan lelucon yang dilontarkannya. Pagi ini mungkin adalah nikmat bagi Shabi, sebab setelah membuang sampah ia bertemu dengan teman, sahabat, juga cinta masa kecilnya. Gus Sakhi berjalan keluar dari pondok putra memakai baju koko maroon berlengan pendek dengan sarung dan peci berwarna senada, dengan pegangan kitab Riyadlus Sholihin ditangan, juga senyum manis yang terukir di wajah tampannya, membuat lisan siapapun yang melihat berucap MasyaAllah.

"Assalamu'alaikum," salam Gus Sakhi pada Shabi dan Ain.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Shabi dan Ain bersamaan.

"Shabi ... Aku bahagia, rencana Allah sangatlah indah, ternyata di pesantren ini kita dipertemukan kembali."

"Aku juga bahagia kak, bahkan sangat bahagia bisa kembali bertemu denganmu," batin Shabi.

Shabi menunduk mendengar penuturan Sakhi.

"Dan Alhamdulillah, aku bersyukur bisa bertemu denganmu di sini, sebab ada yang ingin kukatakan padamu."

"Apa?" tanya Shabi dengan wajah yang tetap menatap arah bawah.

"Aku ingin mengatakan, bahwa sejujurnya aku memiliki rasa padamu sejak sepuluh tahun yang lalu." Perkataan Gus Sakhi begitu tulus dan senyuman selalu merekah di wajah.

"MasyaAllah," pekik Ain tiba-tiba.

"Dan aku ingin melamarmu setelah kakakku melamar wanita pilihannya."

"Astagfirullahal Adzim." Ain menutup mulut, ia sangat terkejut dengan perkataan Gusnya itu.

"Mengapa?" tanya Gus Sakhi pada Ain.

"Tidak Gus, tidak apa-apa," jawab Ain gelapan.

"Ya Allah bagaimana ini, mana mungkin aku mengatakan pada kak Sakhi jika wanitu itu adalah aku, andai aku boleh memilih, aku akan memilihmu kak," batin Shabi.

"Sakhi ..." Panggil Syafiq dari depan Ndalem kyai Dahlan.

"Kalau ada waktu, aku ingin berbicara denganmu lagi, Assalamu'alaikum." Gus Sakhi pamit kemudian pergi menuju ke Ndalem.

"Wa'alaikumsalam," jawab Shabi singkat.

"Ya Allah mbak, saya gak mimpi kan? Dua Gus kembarku ternyata menyukai wanita yang sama," ucap Ain tiba-tiba.

Shabi yang mengetahui bahwa Gus Sakhi memang mencintainya merasa bahagia, tapi bahagia itu hanya sebentar, karena ia kembali teringat pada Gus Syafiq─saudara kembar Gus Sakhi, yang akan melamarnya. Wajah Shabi kembali murung dan tidak ceria, ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ain yang melihat Shabi sedih langsung mengajaknya kembali ke kamar.

Kau, Ningku! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang