Bab 09

3.6K 252 18
                                    

Tinggalkan jejak berupa vote dan comment 🤗
Mohon bantuan dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun susunannya🤗
Author mohon jangan ada yang silent readers ya, kita saling menghargai 🤗

Selamat membaca❤️

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

🌴🌴🌴

Author POV.

Rembulan bersinar terang bersama taburan bintang yang menambah keindahan malam, suasana dingin dengan hembusan angin yang menusuk tulang belulang. Tapi semua itu tak begitu terasa pada diri seorang perempuan berhijab coklat ini, wajah manisnya tertutup oleh kesedihan, mata indahnya hilang dan terlihat begitu sayu.

"Mbak ... Mbak kenapa? jangan kayak gini terus, saya jadi khawatir." Ain berusaha menenangkan Shabi yang semenjak kembali dari Ndalem terlihat sangat murung dan mendiamkan Ain.

Tadi pagi Shabi kembali ke kamar dalam keadaan menangis, tapi itu adalah tangis bahagia karena ia dipertemukan kembali dengan sosok yang selama ini ia rindukan, ia ingin menceritakan kebahagiaannya malam ini pada Ain, tapi kejadian tadi sore membuatnya harus dirundung gelisah dan bingung.

Perlahan Ain mencoba memeluk Shabi yang mulai sesegukan sambil berusaha menyeka air matanya. "Mbak, cerita sama Ain biar mbak bisa tenang," kata Ain.

Shabi sendiri yang keadaan hatinya tidak karuan sudah tidak bisa lagi menahannya sendiri, akhirnya ia membalas pelukan Ain dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Aku ..." Shabi menceritakan semua hal yang membuat dirinya seperti ini.

"Ya Allah mbak, mbak Shabi gak bohong kan?" tanya Ain tidak percaya dan setengah haru.

"Enggak Ain, aku gak bohong."

"Jadi mbak mau dilamar sama Gus Syafiq?" Shabi hanya mengangguk dengan sesegukan.

"Kok bisa mbak? Padahal mbak sama Gus Syafiq baru kenal kemarin."

"Aku juga gak tau Ain, tadi siang selesai aku beres-beres di dapur, Gus Syafiq tiba-tiba mengatakan hal itu padaku," kata Shabi terbata-bata dengan setia menangis.

"Mungkin Gus Syafiq tahu kalau memang mbak Shabi itu jodoh beliau," ucap Ain hati-hati.

"Tapi-"

Belum selesai ia berkata, tangis Shabi kembali pecah, ia tidak bisa menerima kenyataan yang kini ia alami.

"Kenapa mbak?"

"Kak Sakhi."

"Mmaksud mbak Gus Sakhi?" Tanya Ain dengan raut wajah penasaran.

"Iya, aku mencintainya bukan Gus Syafiq."

"Sebentar, mbak kok bisa kenal sama Gus Sakhi?"

"Dia adalah teman masa kecilku, dia sangat baik, dan banyak hal tentangnya yang membuatku menaruh hati padanya."

"Ya Allah mbak, kok bisa kayak gini ya? Aku juga ikut bingung."

"Aku harus gimana Ain, dan tadi ... Aku bertemu kak Sakhi, dia sudah pulang dari Mesir." Shabi menangis sejadi-jadinya dipelukan Ain.

"Ya Allah, sebegitu rumitkah jalan hidup hamba?" batin Shabi bingung.

"Mbak, sebaiknya mbak Shabi nanti sholat tahajud, minta petunjuk sama Allah biar hati mbak juga tenang."

Kau, Ningku! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang