Bab 06

3.9K 286 5
                                    

Tinggalkan jejak berupa vote dan comment 🤗
Mohon bantuan dan mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun susunannya🤗
Author mohon jangan ada yang silent readers ya, kita saling menghargai 🤗

Selamat membaca❤️

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّم

🌴🌴🌴

Sakhi POV.

Setelah meminum teh hangat yang dibuatkan oleh nenek, kini aku sedang berdiskusi santai mengenai buku yang aku baca dengan kakek. Awalnya aku hendak ke kamar untuk istirahat, tapi hatiku tidak bisa dibohongi jika aku ingin lebih lama disini karena mataku menemukan buku yang ingin sekali ku baca.

Pada pertengahan membaca, aku kembali teringat Shabi, mataku sudah tidak melihat susunan kata lagi, fikiranku sudah tidak pada isi buku, melainkan pada seseorang yang tidak ku ketahui keberadaannya sekarang.

"Kek," panggilku pada kakek yang sedang fokus membaca.

"Ada apa?" tanya kakek yang memindahkan penglihatannya dari buku ke diriku.

"Sakhi besok mau cari Imamah."

"Jangan dulu, kamu masih harus banyak istirahat. Setelah itu kamu pulang dulu ke pesantren, baru cari Imamah."

"Tapi kek-"

"Sabar." Satu kata yang keluar dari kakek berhasil membuatku tidak bisa menjawabnya.

"Kamu masih ingat surah Ali Imron ayat 200? Coba bacakan," lanjut kakek.

"InsyaAllah ingat kek,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم • يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ•

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."

"Itu kamu tahu, bisa kan mencerna arti dari ayat itu?"

"Iya kek."

Sedetik kemudian kakek melepas napas berat.

"Imamah itu termasuk dalam urusan dunia, jangan terlalu kamu utamakan melebihi urusan akhirat. Jangan sampai Allah cemburu jika kamu lebih mencintai umatNya."

"Sakhi mengerti kek, tapi sekarang Sakhi sangat mengkhawatirkannya, karena Sakhi telah menaruh harapan bahwa dialah jodoh Sakhi."

"Sakhi, dengarkan kakek... Hanya Allah tempat kita berharap, bukan pada makhlukNya. Hatimu akan tenang dan bahagia apabila bergantung kepada Allah SWT. Tidak ada harap yang lain melainkan mengharap dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT."

"Astagfirullahal Adzim, maafkan hamba ya Allah. Hamba telah dibutakan oleh rasa yang selama ini hamba simpan," sesalku.

"Sekarang, sholatlah dan mohon ampun padaNya. Doakan juga semoga yang kini kamu jaga hati untuknya, juga menjaga hatinya untukmu."

Kau, Ningku! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang