6. Sebuah awal

2.6K 203 31
                                    

Bagian 6 : Sebuah awal.

Gue cuma minta satu, nggak lebih dari itu.

- Melviano -

Melviano bergerak duduk di sebelah Auristela. Dia memandang Auristela dari samping membuat Auristela yang sadar dengan pandangan Melviano menoleh.

"Apa?" tanya Auristela bingung.

"Kenapa lo ngajak gue kesini?" Melviano menaikan dua alisnya ke atas.
Mengabaikan pertanyaan Auristela barusan.

Tadi, setelah Auristela menemui Melviano di atap sekolah gadis itu langsung mengajak Melviano ke taman belakang. Auristela merasa tidak enak kalau obrolan mereka terganggu dengan sahabat Melviano. Jadi Auristela berinisiatif mengajaknya ke taman sekolah, selain sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, angin sepoi-sepoi dan rindangnya pohon membuat Auristela nyaman jika berada di taman.

"Gue mau ngomong tentang permintaan itu." ujar Auristela memandang ke bawah. Kakinya di ayunkan ke depan.

Dahi Melviano menyerit bingung. Masih tidak mengerti jalan pikiran Auristela. Melviano memandang Auristela lekat, rambut gadis itu beterbangan karena angin, yang entah kenapa membuat darah Melviano berdesir melihatnya. Auristela terlihat cantik.

Sesaat tersadar, Melviano memejamkan matanya sejenak. "Kenapa nggak ngomong langsung aja tadi?

Auristela menoleh, matanya menyipit menghalangi debu. "Gue nggak enak sama temen-temen lo. Makanya gue ajak lo ke sini."

"Jadi?"

"Gue minta 10 hari lo untuk gue."

"Maksudnya?"

"Lo harus selalu ada sama gue selama 10 hari."

Melviano berdehem pelan. Dia memperbaiki posisi duduknya yang kurang nyaman. "Gue nggak bisa." tolaknya mentah-mentah.

"Kenapa?"

Angin berhembus membuat rambut panjang Auristela menutupi pandangan gadis itu. Auristela menyelipkan rambutnya kebelakang.

"Gue sama lo aja nggak kenal." ujar Melviano.

"Makanya kenalan dulu barangkali nyaman kan bisa jadian."

"Ogah!"

Auristela terkikik geli. "Bercanda. Jangan dibawa serius nanti lo suka."

Melviano menatap Auristela sinis. "Cepet mau ngomong apa? Gue sibuk!"

"Hilih, sok sibuk."

"Yaudah cepetan!"

"Itu tadi. Gue minta 10 hari lo. Nggak lebih."

"Kalo gue nggak mau?" Melviano menaikan satu alisnya.

"Harus mau! Nggak ada penolakan!"

"Nggak bisa gitu dong!"

Auristela menghela nafas pelan. Merubah duduknya menyamping hingga kini tatapannya langsung terpaku pada Melviano. "Gue cuma minta itu Vi, nggak lebih."

"Buat apa lo minta 10 hari sama gue? Lo punya pacar, kenapa nggak sama pacar lo aja?" tanya Melviano tanpa sadar. Sejak kapan dia berubah jadi banyak tanya? Tetapi begitu melihat tatapan Auristela yang penuh permohonan Melviano tidak bisa mengontrol dirinya untuk tetap diam.

Auristela memandang ke arah depan. Posisi duduknya sudah kembali seperti semula. "Gue juga nggak tau. Tapi jujur gue pingin lebih deket sama lo. Kita bisa jadi teman," Auristela kembali menoleh, "Kan?" lanjutnya.

MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang