18. Sang Hujan

1.4K 146 10
                                    

Bagian 18 : Sang Hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 18 : Sang Hujan.

Rasa keterpurukan itu nggak bisa lo rasain. Biarkan gue yang nanganin dan lo yang nemenin. Gimana?

- Melviano -

That you were Romeo, you were throwin' pebbles
And my daddy said, "Stay away from Juliet"
And I was cryin' on the staircase
Beggin' you, "Please don't go, " and I said

Romeo, take me somewhere we can be alone
I'll be waiting, all there's left to do is run
You'll be the prince and I'll be the princess
It's a love story, baby, just say, "Yes"

🎵Romeo save me - Taylor Swift.

✨✨✨

Di sepanjang jalan, dalam keheningan mobil Auristela tidak bisa diam memikirkan hal apa yang barusan terjadi. Selalu begitu. Akhir-akhir ini dia mulai merasa bahwa kehidupannya sudah berbeda semenjak keberadaan Melviano. Atau lebih tepatnya semenjak Auristela membawa masuk Melviano ke dalam kehidupannya.

Auristela memberhentikan mobilnya kala lampu berwarna merah. Dia sendirian di dalam mobil. Tidak ada ketiga sahabatnya. Hari ini mereka memang memakai kendaraan masing-masing ke sekolah. Mungkin besok waktunya berkumpul akan kembali.

Tangan Auristela terulur menyalakan musik yang tersambung dalam bluetooth ponselnya. Punggungnya bersandar pada kursi belakang. Sementara jarinya mengetuk di atas setir. Sembari menunggu lampu merah berganti warna Auristela memandang ke arah samping. Alangkah terkejutnya dia melihat Alzi -pacarnya sendiri- saat ini, di atas motor besar cowok itu tengah berboncengan dengan seorang gadis. Auristela menyipitkan matanya. Terlihat jelas gadis itu sama seperti gadis yang dia lihat di Cafe Patah Hati kemaren bersama Alzi. Waktu Auristela dan sahabatnya tengah berkumpul dan memperhatikan keduanya dari dalam Cafe.

Auristela tidak bisa menepiskan rasa keponya begitu saja. Dia kira Alzi tidak pernah jalan dengan gadis lain kecuali dirinya. Namun Auristela cukup sadar diri. Dia menilai dirinya sendiri yang bisa melakukan apapun melebihi Alzi. Akan tetapi, rasa kagetnya melihat hal barusan membuat Auristela sedikit kurang suka. Apalagi Alzi adalah pacar pertamanya.

Auristela tersentak begitu pengendara di belakangnya membunyikan klakson yang cukup keras. Auristela memandang ke arah depan. Rupanya lampu sudah berganti menjadi hijau. Auristela kembali menjalankan mobilnya menuju rumah dengan perasaan campur aduk. Gadis itu menepiskan segala rasa takut yang mulai merangkak masuk ke dalam hatinya.

Satu persatu apa yang Auristela miliki perlahan mulai hilang. Walaupun belum sempurna tetapi Auristela sudah merasakan itu semua. Terlebih sosok Alzi yang selalu mengulurkan tangannya ketika Auristela jatuh. Cowok itu tidak pernah menuntut apa-apa padanya. Sayangnya Auristela terlalu di butakan oleh masa lalu yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini.

MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang