14. Markas

1.8K 156 12
                                    

Bagian 14 : Markas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 14 : Markas.

Salah satu dari kami terluka, kalian semua terancam bahaya.

- Melviano -

So look me in the eyes
Tell me what you see
Perfect paradise
Tearing at the seams
I wish I could escape
I don't wanna fake it
Wish I could erase it
Make your heart believe

But I'm a bad liar, bad liar
Now you know
Now you know
I'm a bad liar, bad liar
Now you know, you're free to go (go)

🎵Bad liar - Imagine Dragons.

✨✨✨

Melviano berjalan memasuki markas Geng GOLDISH. Malam ini, dia beserta keempat temannya kembali lagi ke markas. Padahal sebelumnya Melviano sudah tidak pernah lagi bersinggah ke markas sejak dirinya kepergok Kelvin menjadi ketua Geng. Namun kali ini dia memutuskan untuk kembali. Kembali membangkitkan Geng-nya yang sempat dia tinggal beberapa saat.

Faozi, tangan kanan Melviano sudah berdiri di depan pintu markas. Menunggu ketuanya beserta inti Geng melangkah mendekat.

"HEYOO WELKAMBEK!!" teriak Kavindra lantas berjalan cepat masuk ke dalam markas. Kedua tangannya terentang ke depan. Meninggalkan ke empat temannya di depan pintu.

"Apa kabar?" Melviano melakukan tos ala cowok dengan Faozi. Di susul Raefal, Gandhi serta Raden yang terakhir.

"Baik dong! Aman bro. Lo apa kabar? Lama banget nggak ke sini?" Faozi balik tanya. Kelimanya melangkah masuk ke dalam markas.

"Lo tau alasannya." Melviano menatap sekeliling yang terlihat sangat ramai. Begitu melihat ketuanya yang ternyata datang mereka langsung berdiri, menyapa dan saling menanyakan kabar yang Melviano balas dengan sekenanya.

"Lama banget ya nggak ke sini. Jadi kangen godain cewek-cewek." ujar Raefal yang sudah duduk di samping Kavindra.

"Apa hubungannya anjir?" sahut Gandhi. Beringsut duduk di bawah. Mengambil stick PS di depannya.

"Main Gan?" tanya anggota Goldish di sebelahnya yang langsung di angguki Gandhi.

"Lo tau? Tristan sempet teror kita kemaren." ujar Faozi.

Melviano menoleh dengan kening berkerut. Keduanya melangkah di sepanjang lorong markas dan berakhir di atap atas. "Kenapa lo nggak bilang?"

MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang