7. Pengabaian

2.4K 193 22
                                    

Bagian 7 : Pengabaian.

Ketika angan-angan tanpa sadar menjadi sebuah harapan.

- Melviano -

Hujan turun dengan sangat derasnya. Malam minggu yang seharusnya di gunakan anak muda untuk berkumpul dan bersenang-senang bersama teman ataupun pasangan harus pupus harapan begitu saja.

Derasnya hujan tidak mampu meredam emosi seorang Melviano. Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang dengan nafas tersenggal-senggal. Wajahnya yang di guyur hujan memerah, rahanganya mengeras dan giginya saling bergemeletuk.

Melviano menatap musuhnya yang sudah terkapar tak berdaya diatas aspal. Dia menginjak dada musuhnya dengan sorot mata menggelap. "Lo masih berani gangguin Geng gue, mati lo!" ujar Melviano sembari menekan dada sang musuh. Membuat musuhnya itu terbatuk lalu mengeluarkan sebuah cairan kental berwarna merah dari mulutnya.

Melviano berdecih begitu melihat musuhnya sudah menutup matanya rapat. Dia melangkah menjauh, meninggalkan seseorang yang barusaja dia habisi di tengah jalan yang sepi.

•••

Auristela melepas sandal rumahnya kemudian bergerak menaiki tempat tidur. Dia bersandar pada kepala ranjang, lalu menaikan selimutnya hingga sebatas perut.

Tangan Auristela meraih ponselnya di atas meja nakas. Menimang-nimang ponselnya dengan perasaan bimbang. Di lihatnya jam barusaja pukul sembilan malam. Namun hujan deras tak kunjung berhenti sampai saat ini.

Teringat sesuatu, Auristela langsung membuka aplikasi WhatsApp di ponselnya. Kedua sudut bibirnya terangkat begitu menekan salah satu roomchat yang tampak menarik perhatiannya.

Melviano calon pacar ke 999+

Auristela tersenyum geli. Dia membuka roomchat itu. Mulai membaca ulang pesan-pesan yang hari ini mereka kirimkan.

Sebelumnya tadi pagi, setelah keduanya bertemu di taman sekolah, Auristela langsung meminta nomor ponsel cowok itu tetapi Melviano memberikan nomor WhatsApp'nya. Auristela sih tidak masalah itung-itung bisa di modusin.

Tidak mudah untuk Auristela mendapatkan nomor Melviano. Dia sampai harus memohon beberapa kali dan membuat ancaman. Mungkin karena berisiknya rengekan Auristela akhirnya Melviano menyerah. Tentu saja membuat Auristela langsung senang bukan main.

Kapan lagi modusin orang ganteng,

Auristela terkikik geli. Jari tangannya bergulir keatas kebawah sementara dia mulai membaca ulang pesan-pesan itu dari dalam hati.

Melviano calon pacar ke 999+

Jangan cuek² Vi nanti gue suka

Ngarep lo ya

Belum, mungkin nanti

Urusin dulu pacar" lo

Ogah males. Mending ngurusin lo

Emng lo sp gue

Calon pacar lah

Auristela tertawa sendiri. Dia menggeleng pelan, "Ngakak." ujarnya. Lalu kembali membaca ulang pesan.

MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang