21. Dreamcather

716 75 26
                                    

Now playing : twice - reason why

🍒 : apa ini?

🌊 : penangkap mimpi. untuk menangkap mimpi buruk, agar tidak sampai padamu

🍒 : jadi aku takkan mimpi buruk lagi

🌊 : ya. bahkan sekalipun mimpi buruk itu adalah aku, Ia takkan pernah datang padamu



🌊🌊🌊


Nayla tersentak dalam tidurnya. Namun gadis itu tetap memejamkan matanya erat.
Mimpinya terlalu indah. Amat sangat indah sampai rasanya Ia tidak ingin pagi datang. Agar semua kebahagiaan yang ada dalam mimpinya itu tidak menghilang.

Bahkan jika boleh memilih dia tidak ingin terbangun dari tidurnya.

jangan bangun.. kumohon

itulah harapan yang kini dia gumamkan dalam hatinya.

kau tidak boleh bangun, Nayla. tidak boleh!

Airmatanya berlomba turun bahkan saat kelopak matanya masih terpejam rapat. Gadis itu terisak disana, dengan tubuh bergetar yang amat menyakitkan.

Suara rintikan hujan perlahan mengusiknya, menamparnya pada kenyataan. Membuat Nayla mau tidak mau membuka matanya.

"...semuanya mimpi.. hiks"

Gadis cantik itu masih bergelung diatas tempat tidurnya. Isakan demi isakan terus lolos dari bibirnya. Nayla tidak peduli. Sekalipun ada yang akan terganggu dengan suaranya tangisannya.

"n-nggak.. hiks nggak mau, Reva.."

Masih terlalu pagi untuk menangis. Ia tau sekali, matahari bahkan belum terlihat dan baru memunculkan sedikit demi sedikit sinarnya. Namun gadis itu sudah tidak peduli, Ia hanya menyesal karena kesadaran merenggut mimpinya.

Nayla tidak rela harus bangun dan mendapati semuanya telah menghilang.

"hiks.. aku h-harus gimana.. hiks Reva.."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suara langkah kaki mendekat disertai usapan lembut di pucuk kepalanya membuat gadis itu mau tidak mau berbalik. Menatapi orang yang sudah mengintrupsi tangisan pilunya.

Nayla membeku ditempatnya begitu tau siapa yang kini berada dihadapannya. Wajah tampan dengan mata hitam kesukaannya itu begitu nyata, bukan ilusi seperti yang sedari tadi Ia khawatirkan. Namun sejujurnya gadis itu masih terlampau takut. Takut jika kenyataannya semua bayangan indah kemarin ternyata hanya harapan dirinya yang terlalu tinggi.

Tapi sebuah kecupan pada bilah bibirnya dan usapan lembut dipipinya lagi lagi membuat Nayla sadar. Dia tidak bermimpi. Yang kemarin itu benar terjadi, dan Reva yang berada dihadapannya ini nyata.

"Sayang.. hey, ada apa?"

"Kamu mimpi buruk? Atau ngerasa pusing? Mau aku ambilkan air??"

Wajah tampan itu begitu memperlihatkan ekspresi khawatir yang kentara. Kedua telapak tangan kekar itu menangkup wajahnya, menghapus airmata dipipi Nayla dengan hati hati.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang