[BPHS;10] Music Box

8 0 0
                                    

FIRSTLY POSTED

BTS FANFICTION [GROUP FACEBOOK]

Kim Seokjin dan Min Yoongi

Horror || T || Ficlet

Don't be plagiat, it's really mine!
Hope you like it ^^

"Dentingan lemah pada kotak musik

akan membawamu kepada sebuah hal tidak terduga. 

Antara imaji dan realita..."

.

.

.

"Kau belum tidur?"

Terkadang, Seokjin tidak mengerti. Mengapa seorang remaja berumur delapan belas tahun itu selalu menghabiskan waktunya di ruang bermain rumah sakit ketika gelap menjemput bumi tempat berhuni. Seokjin tidak terlalu memperhatikan pada awalnya, namun akhir-akhir ini dia selalu penasaran mengapa remaja itu menikmati waktu sendirian di tempat ini.

Sepasang iris gelap sayu berbinar lemah terkesan mati, terlebih ketika sang dokter muda rupawan berjalan masuk ke tengah ruangan dan berdiri di sampingnya.

"Kenapa belum tidur?"

"Aku hanya ingin mendengarkan ini." Senyum simpul tertarik pada dua sudut bibir remaja berkulit pucat. Menunjukkan kotak berukuran sedang berlapis warna cokelat yang mulai pudar pada Seokjin. Seokjin terdiam tidak berkomentar apa pun ketika melihat kotak musik itu.

Min Yoongi namanya. Remaja berusia delapan belas tahun yang merupakan salah satu penghuni rumah sakit tempatnya bekerja. Alasan pemuda pucat itu menjadi pasiennya karena penyakit leukemia dan bisa dikatakan telah berada dalam keadaan parah. Musik menjadi satu – satunya hal yang membuat Yoongi bisa bertahan hingga saat ini. Dan Seokjin sendiri kagum dengan bakat yang dimiliki pasiennya itu.

Jemari kurus Yoongi begitu ahli dalam memainkan deretan tuts piano bahkan menggoreskan rangkaian kata-kata puitis penuh makna hingga sindiran pada sebuah kertas polos di waktu senggangnya setelah pengobatan. Pemuda yang jenius dalam bidang musik, mungkin terdengar berlebihan jika Seokjin mengatakan Yoongi adalah Beethoven generasi abad ke-21 tapi pada kenyataannya remaja tersebut memang sudah seperti seorang master.

Dibalik kesempurnaan pasti ada sebuah cela. Yoongi mungkin terlihat sempurna dengan bakat yang ia miliki, namun ada sebuah cela yang membuat bakatnya seolah bukan apa-apa. Tuhan menciptakan sesuatu dengan kesempurnaan berlapis titik- titik cela, Seokjin terkadang berpikir bahwa seharusnya Yoongi melewati masa mudanya dengan bahagia bukan dengan terdiam di rumah sakit menyelesaikan sisa hidupnya yang bahkan dapat dihitung dengan mudah.

"Pergilah tidur Yoongi-ya, kau besok ada pengobatan kan?"

Yoongi melirik melalui sudut matanya dan bangkit, "Kau benar. Kalau begitu selamat malam dokter Seokjin. Senang bertemu denganmu..."

.

.

.

"Hah, dia meninggalkan kotak musiknya hari ini." Seokjin menghela nafas pelan. Iris cokelat mengerling pada jam dingin yang tertempel, jarum jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Waktu begitu larut dan tidak mungkin ia mengunjungi Yoongi yang pasti telah di kamar dan beristirahat.

Seokjin mulai memikirkan sesuatu, mengingat memori kebelakang. Seingatnya Yoongi tidak membawa apa pun sewaktu ke rumah sakit pertama kali. Lagi pula ia tidak pernah melihat seorang pun menjenguk Yoongi. Jadi bagaimana bisa Yoongi mendapatkan kotak musik?

"Sudah sedikit berkarat."

Kotak musik itu tidak besar atau pun kecil. Berpelitur kayu jati berpoles warna cokelat pekat yang mulai pudar terkikis waktu. Tidak ada ukiran special pada kotak tersebut. Sederhana namun indah. Pemutar alat musiknya kini tidak terlalu awet seperti dulu akibat termakan rayap. Tapi Seokjin sendiri belum pernah mendengar lagu seperti apa yang dimainkan oleh benda yang selalu ia lihat bersama dengan Yoongi di malam hari belakangan ini.

*Krek... Krek... Krek...

*Ting... Ting... Ting...

Seokjin tertegun. Tidak sadar ketika benda itu bergerak terbuka sendiri. Ada cermin disana, tertempel manis di belakang tutupnya dengan ukuran tidak lebih besar dari tutup kotaknya.

*Ting... Ting... Ting...

Entah pendengarannya atau memang sistem kotak musik yang mulai rusak, Seokjin merasa nada suara patah-patah bertempo perlahan lalu semakin cepat. Tiba-tiba saja seluruh tubuhnya bergetar menahan sebuah perasaan ketika alunan nada yang terlantun semakin terdengar menyeramkan baginya.

*Ting...Ting...Ting...

"Dokter Seokjin..." Suara lirih memanggil namanya. Dan saat ini entah apa yang terjadi Seokjin tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Matanya mengerjap beberapa kali dan mulai terfokus pada cermin. Samar-samar dapat ia lihat dari pantulan cermin nampak sebuah bayangan. Sosok dengan pakaian pasien dan tersenyum mengerikan kepadanya. Dan itu adalah-

*Ting... Ting... Ting...

"AAAAAAA!!!"

*Krek!

Seokjin melempar kotak musik itu dan menutup dengan telinganya cepat saat lengkingan itu menusuk rungunya. Nafas memburu dan beradu begitu keras dengan ruangan tempat bermain anak-anak. Kepalanya terasa begitu berat seolah tertimpa batu begitu besar. Apa yang sebenarnya tadi terjadi?

"Dokter!!" Kembali Seokjin sadar dan mengerjap beberapa kali. Awalanya tidak begitu fokus, namun kini seorang wanita yang merupakan perawat berdiri disampingnya menatap dengan cemas. Matanya beralih dan kotak musik itu telah tertutup kembali.

"Dokter, anda baik – baik saja?" Tanya perawat untuk memastikan keadaan Seokjin.

"Ah ya..." Dokter muda dengan surai cokelat gelap itu memijat pelipisnya pelan. Masih merasakan pusing akibat peristiwa yang baru saja terjadi. Dengan langkah perlahan bangkit sambil membawa kotak musik milik Yoongi, ia kini menyusuri koridor sepi rumah sakit dengan perawat tadi yang berjalan dibelakangnya.

Langkah kaki keduanya terdengar jelas di telinga. Menggema sepanjang koridor. Terlalu sepi. Malam ini koridor rumah sakit begitu hening dan sepi, hanya langkah kaki keduanya yang mengambil alih sunyi pada malam ini.

"Dok, anda ingin kemana?"

"Menemui pasien di kamar no.93."

Hening menyelimuti kembali setelah itu sang perawat berkata pelan dalam keraguan, "Maksud anda pasien di kamar no.93 itu yang bernama Min Yoongi?"

Seokjin hanya mengangguk. Kepalanya masih terasa pusing namun kedua kaki juga perasaannya terus membawa melangkah menuju kamar milik Yoongi.

"Dokter Seokjin. Pasien bernama Min Yoongi baru saja meninggal pukul enam sore tadi." lirih perawat tersebut.

Seokjin langsung terdiam. Bukan hanya karena perkataan perawat tersebut, melainkan kini di ujung koridor rumah sakit ia melihat sesuatu yang janggal. Sosok pasien berpakaian serba putih, rambut hitam arang dan senyum samar terkesan sinis. Hanya ada satu orang yang memiliki senyum itu yang Seokjin kenal. Siapa lagi kalau bukan Yoongi.

Namun siapa sosok yang berdiri di belakang Yoongi?

*Ting... Ting... Ting...

Dan tiba-tiba lantunan nada tadi terdengar kembali. Disertai dengan sosok hitam bermata merah yang merayap cepat ke arahnya.

*Ting... Ting... Ting...

*KREK!

_The End_

SPOOKY STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang