JANGAN LUPA BINTANG & KOMEN YA❣️
Tinggalkan jejak,.🎶Keisya masih tidur dengan nyenyaknya, kasur yang kecil rupanya tak mengganggu tidurnya karena harus berdempetan dengan Rey.
Jarum jam terus berdetak hingga menunjuk ke angka 8, lagi dan lagi tentunya Sya akan terlambat tapi Rey yang sudah bangun sejak jam 6 pagi tadi memilih cuek, dia tidak peduli baginya Sya butuh waktu lebih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Rey tidak mau Sya kelelahan, biarlah tidur sebagai pelepas penatnya yang harus tetap bekerja.
Sebenarnya Rey tidak suka, setiap hari harus melihat Sya yang terus bekerja keras dia ingin Sya menikmati waktunya untuk dirinya sendiri, toh meskipun dia belum bekerja dia lebih dari mampu untuk menghidupi wanita yang dicintainya itu.
Tapi Rey sadar meskipun Sya tidak menunjukan penolakan tetap saja hubungan mereka masih terasa canggung. Bisa saja Sya memiliki pemikiran yang berbeda dengannya maka dari itu Rey akan menghargai apapun itu keputusan Sya.
Yang paling penting dari itu adalah membuat Sya kembali percaya diri disisinya, membuat wanita itu berani untuk sekedar menatap matanya dan tidak lagi merasa rendah diri .
Sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya membuat Sya mengulet. Alarm nya belum berbunyi jadi Sya melanjutkan tidurnya sembari membelakangi jendela.
***
"Hoaammm..."
Oke sepertinya tidur Sya sudah cukup untuk hari ini, matanya tak bisa lagi di ajak kompromi untuk kembali melanjutkan mimpi indahnya.Saat Sya memilih malas malasan di tempat tidur, menutup mata dengan tangan nya karena cahaya yang menerobos kedalam kamarnya membuat pandangannya silau
" Cup.... " Sya Selamat terbelalak melihat siapa yang berani menciumnya pagi pagi begini. " pagi sayang " ucap Rey
"Kok kamu masih disini? " Oke anggap saja Sya mengusir Rey tapi bukankah ini sudah kesekian kalinya Rey dirumahnya. Dan lagi memangnya Rey ngga kuliah? Kenapa dia jadi terlihat seperti orang ngga ada kerjaan gini . Pikir Sya
"Jadi kamu ngusir aku nih? "
Ucap Rey dengan nada jahil" Ng...ngga gitu Rey, kamu kan ada kegiatan lain juga emang kamu ngga kuliah? " Jawab Sya gugup. Mereka terlalu dekat, Rey seolah menghambat pergerakan Sya dengan kedua tangannya yang mengukung Sya di bawahnya.
"Bentar lagi, kita berangkat ya samaan aja" Rey kembali berbaring disisi Sya dengan tangan yang masih memeluknya.
Sedangkan Sya kenyamanan yang diberikan Rey cukup untuk membuatnya tidak ingin kemana mana hari ini. Tapi dia harus bekerja bukan.
Dengan perlahan Sya menatap jam di nakas nya, harusnya dia punya cukup waktu kan, ayolah bahkan alarm nya saja belum berbunyi atau dia yang bangun kepagian?
"APAAAAA..." dengan tergesa Sya bangun dari tidurnya " REY UDAH MAU JAM 9 KOK KAMU NGGA BANGUNIN AKU, AISHHH AKU TELAT LAGI NIH" ucapnya sembari berlari membawa handuk ke kamar mandi .
Sedangkan Rey ?
Dia memilih menikmati wajah panik Sya setelah tadi terlihat begitu nyaman dalam pelukannya.
Sebut saja Rey jahat tapi dia berharap Sya di pecat hari ini, dengan begitu dia akan sangat bahagia.
Setelah bertemu dengannya Sya tidak perlu lagi hidup susah, Rey yang akan berusaha memberikan apapun yang Sya inginkan.***
Sebut saja Sya bodoh, bahkan setelah terlambat lebih dari satu jam sempat sempatnya dia memikirkan makanan.
Salahkan Rey yang sudah menyiapkan banyak makanan di meja kecilnya bahkan sepertinya hampir tidak muat. Dan lagi itu terlihat enak Sya bahkan belum makan dari kemarin. Tapi semakin lama dia terlambat akan semakin panjang ceramah bosnya nanti. Dan Keisya sama sekali tidak menyukai itu." Aku pergi dulu.." ucap Sya sembari memakai sepatunya
" Sya sarapan dulu, aku udah nyiapin semuanya mending kamu maka dulu okey" bujuk Rey
" Ngga bisa Rey, kalau aku telat terus bisa bisa aku di pecat, udah ya aku berangkat dulu." Jawabnya berlalu keluar dan langsung menaiki ojek online yang entah sejak kapan sudah terparkir indah di depan kontrakan Sya .
"Hufthh..." Dengan kecewa Rey kembali membereskan makanan itu dan berangkat ke kampusnya. Dengan tekad tidak akan membiarkan Sya melewatkan jam makannya lagi.
..
Mendekati jam makan siang Rey mengendarai mobilnya ke restoran tempat Sya bekerja.
Namun lama menunggu dia sama sekali tidak melihat kekasihnya .Beruntung hari ini jadwal kuliahnya sudah berakhir jadi dia bisa leluasa untuk menemui Keisya. Namun orang yang ingin dia temui tak juga kelihatan dan membuatnya resah " Mbak liat Keisya ngga? " Tanya Rey kepada salah satu pegawai resto " Keisya nya sudah pulang mas, tadi pagi dia di pecat " jawabnya .
"Oke makasih mbak" Rey pun berlalu pergi, doanya terkabul tapi entah kenapa dia merasa khawatir.
Begitu sampai Rey langsung masuk ke rumah Sya yang belakangan sering dikunjunginya. Kosong tidak ada Sya di penjuru rumah yang dilihatnya, berbeda dengan suara tangis yang terdengar dari kamar Sya,
Dengan cepat Rey masuk dan memeluk Sya yang terlihat membenamkan kepala di antara kedua lututnya didekat tempat tidur.
Sya tidak menyadari keberadaan Rey memang tapi itu sudah seperti hukuman tersendiri untuk Rey yang tidak bisa melakukan apa apa untuk orang yang dicintainya .Melihat Sya menangis untuk yang kesekian kalinya adalah hal yang dibenci Rey, dia lebih suka Sya yang manja dan selalu merengek kepadanya dibanding menjadi wanita yang rapuh seperti sekarang..
" Hey.. tidak apa-apa okeyy,. Kamu ngga perlu mikirin apapun, aku bakalan lakuin apapun buat kamu. Udah ya" bujuk Rey dengan pelukannya yang menenangkan
Sadar akan Rey yang disampingnya Sya pun diam dan memilih untuk kekamar mandi. Dia sedang tidak baik baik saja, tapi berbagi kesedihan dengan Rey bukanlah pilihan yang bijak, setidaknya jangan lagi Rey melihatnya lemah untuk kesekian kalinya.
Sya dipecat dan mencari pekerjaan itu susah setidaknya begitulah menurut Sya terlebih dia tidak memiliki ijazah SMA dan lagi dia sama sekali tidak memiliki skill apapun.
Rasanya seperti kembali ke titik awal dimana Sya dulu harus berjuang untuk mencari pekerjaan.
Setidaknya untuk sekarang dia masih memiliki cukup tabungan untuk bertahan hidup dan membayar kontrakan rumahnya. Bersyukurlah Sya yang awalnya tidak memiliki siapapun untuk bersandar hingga dia terbiasa dengan situasi sekarang. Dia jadi selalu menyisihkan gajinya untuk menabung sehingga disaat yang seperti sekarang dia bisa merasa tenang. Setidaknya untuk beberapa bulan kedepan.
Sya tidak akan menangis lagi, dia kuat dan akan berusaha untuk mencari pekerjaan lagi.
Dia akan baik baik saja.
Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not A Virgin
Romancekehilangan keperawanan membuatku kehilangan segalanya tidak hanya keluarga tapi juga orang yang sangat ku cintai.. aku bukan pelacur,aku kehilangan mahkotaku karena pelecehan yang kudapatkan di usia 7 tahun.. tapi orang yang ku cintai berubah jadi...