Sebelas

491 21 1
                                        

Selepas sarapan Rey mengantar Keisha bekerja terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampusnya, tak tega rasanya melihat Sya yang harus bekerja dengan tubuh kecilnya itu tapi mau bagaimana lagi Sya itu tak hanya keras kepala tapi dia juga tidak mau bergantung pada Rey .

Lain pula Keisya yang sudah jatuh tertimpa tangga, dengan nafas lelah dia keluar dari ruangan bos nya yang sudah menceramahi ya setengah jam lebih. Kurang baik apa coba.

Baru mau menyentuh bahan masak untuk membuat sepiring pasta untuk pelanggan nya Vava si sahabat sejatinya pun muncul dengan semburan pertanyaan yang sudah didengarnya dari tadi dari bos tercinta nya..

"Kok Lo tumben tumbenan bisa telat sih Sya ? Biasanya juga ngga pernah"

"Gue ketiduran Va, ini aja ngga sempat mandi gue. Sumpah sial banget tau ngga"
Jawabnya ogah ogahan, mood Sya rusak parah

"Ya udah kerja yang bener lu, besok tuh kalo gue panggil bunyi kek biar ngga telat lagi, " ucap Vava

"Iya bukkk"

....
Hari keisya selalu terasa melelahkan, bekerja seperti ini tentu saja menguras tenaga. Entah kenapa dia merindukan rumahnya, tempat dimana dia tidak perlu memikirkan cara untuk mendapatkan uang, dan bebas berfoya-foya melakukan apapun yang dia inginkan tanpa perlu mencemaskan apapun.

Sampai sekarang Sya terus berfikir 'apakah ayahnya tidak pernah merindukannya? Bagaimanapun juga dia adalah anaknya satu satunya' 
Tapi seolah pertanyaan tersebut terjawab oleh waktu, buktinya sampai sekarang ayahnya tak pernah mencarinya, karena kalau ayahnya berniat untuk mencari Sya tentu itu akan sangat mudah melihat banyaknya koneksi yang bisa digunakan ayahnya. Sya hanya bisa meredam tangisnya karena keluarganya satu satunya tak lagi peduli akan dirinya.

Dan Rey orang yang dicintainya itu entah kenapa kembali hadir dikehidupan Sya, naif namanya kalau Sya masih berharap Rey mencintainya, apa yang dilihatnya cukup untuk membuktikan persepsi buruk yang melintasi pikirannya.

Di ujung sana, Sya melihat bagaimana Rey tampak bahagia dengan teman-teman nya, tak lupa dengan wanita itu disisinya. Pemandangan yang ada didepan sana membuat selera makan Sya hilang sehingga tanpa sadar Sya melewatkan jam makan siang nya dan kembali bekerja..mungkin lelah ditubuhnya akan mengaburkan lelah yang ada dihatinya.

Apa yang harus Sya lakukan, menjauh dari Rey? Jelas tidak mungkin kecuali jika Rey sendiri yang menjauhinya, karena sekarangpun Rey bahkan sudah masuk ke rumahnya, tau tempat kerjanya jadi Sya harus kemana untuk menjauhi Rey ?

Mendekati jam 10 malam, Rey sudah tampak duduk manis di sisi restoran yang terlihat sepi, jam kerja Sya hampir berakhir, niat untuk pulang pun harus di urungkan melihat Rey yang tampak menunggunya.

"Rey kamu ngapain disini? Restorannya udah mau tutup lho"  tanya Sya.

"Aku nungguin kamu, ayo pulang"
Rey menarik tangan Sya ke mobilnya
Namun dengan cepat di cekal Keisya. "Rey aku pulangnya sama Vava aja, kamu ngga perlu ngantar aku pulang Rey, lagian ini udah malam " jawab Sya

"Aku udah bilang ke dia kalau kamu pulang sama aku Sya, jadi..." (Rey mendorong Sya agar duduk disamping kursi kemudi) "kita pulang sekarang" Rey pun masuk mobil dan mulai menjalankannya ke rumah kecil Keisya,

Sampai rumah Rey pun ikut masuk dan dengan santainya mengunci pintu selayaknya pemilik rumah, saat Sya bertanya dengan santai Rey mengatakan akan kembali menginap disana, Sya yang dalam keadaan lelah luar biasa hanya bisa pasrah, toh Rey juga tidak akan menyakitinya.

Selesai mandi dan mengeringkan rambutnya Sya langsung tepar di kasur kecilnya,

''capek banget ya?''  ucap Rey sembari mengusap rambut Sya yang masih lembab

"Hmmm.."

"Emang kerjaan ngga ada liburnya ya?  Tubuh kamu juga butuh istirahat Sya"

"Ada, tapi malas aja Rey, bosan juga kalau ngga ngapa ngapain"

"Kamu bisa jalan jalan Sya, ngelakuin apa yang kamu suka, belanja atau ketempat yang kamu suka..."
" Kamu bukan robot yang bisa kerja terus Sya " lanjut Rey

"Malas Rey.."
Apa gunanya tubuhnya refreshing tapi pikirannya ngga, jika Sya berhenti kerja walau sebentar maka akan banyak kenangan kenangan buruk yang berputar di kepalanya, lebih baik begini, bekerja sampai lelah lalu tidur tanpa memikirkan apapun. Begitulah pikir Sya.

Rey hanya diam, bagaimanapun hubungannya dengan Sya belum bisa dikatakan baik meskipun sekarang nyatanya mereka berbaring di tempat tidur yang sama dengan Rey yang memeluk Sya tetap saja kesalahpahaman diantara mereka belum berakhir, Rey tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada Sya, tapi bagaimanapun Rey harus bisa membuat Sya tidak bekerja meskipun itu sehari saja. Kalau perlu Rey yang akan menemaninya seharian, apapun itu Rey hanya tak ingin Sya bekerja terlalu keras.

"Rey..."

"Hmm.."

Pillow talk, anggap saja begitu dengan nada ragu Sya pun menanyakan apa yang ada di pikirannya

"Kamu ngga jiji sama aku?"

"Kenapa?.."
Bukan ini jawaban yang Sya mau

"Kamu tau alasannya Rey.." lirih Sya

" Ngga,. Aku cuma mau sama kamu Sya, udah lama kita ngga ketemu, ngga sedekat ini, aku kangen banget sama kamu Sya" Rey mempererat pelukannya, ya Sya adalah wanita yang dicintainya, apapun yang terjadi dimasa lalu Rey akan berusaha menerimanya, karena nyatanya seberapapun usaha Rey untuk melupakan Sya dia tetap gagal.

"Aku tau sulit buat kamu percaya lagi sama aku Sya, tapi aku akan berusaha untuk meyakinkan kamu lagi kalau rasa itu ngga pernah pergi" lanjutnya

"Tadi siang aku liat kamu di restoran Rey, kayaknya happy banget sama cewek waktu itu juga" Sya hanya bisa tersenyum pahit mengingatnya

Berbanding terbalik dengan Rey yang tampak menyeringai
Niat Rey mengajak teman temanya ke restoran tak lain adalah untuk mengawasi dan melihat Sya sebenarnya, tapi entah angin apa Ria makin hari makin menempel saja pada Rey, hal itu tentu saja membuat Rey jenuh. Bagaimanapun dia hanya menganggap Ria sebatas saudara. Tak lebih..

Rey mengangkat kepalanya menghadap Keisya.."kamu cemburu?" Ungkap Rey lengkap dengan seringaian khasnya yang tampak menawan.
Takut terjatuh kedalam pesona Rey Sya buru buru memalingkan wajahnya sembari berkata tidak..
Rey hanya menanggapinya dengan tersenyum.

Dengan lembut Rey menarik kepala Sya untuk melihat ke arahnya..
Menatapnya dalam, sekarang Rey yakin perasaan Sya padanya tak berubah sama sekali,tatapan hangat yang Rey rindukan masih bersemayam di mata indah Keisya.

"Dia cuma sepupu aku Sya, kamu ngga perlu khawatir kalau masalah itu, hati itu cuma satu pemilik Sya, kalau pemiliknya orang lain aku ngga akan disini" ucap Rey..

Sungai kecil itu mengalir di pelupuk mata Keisya, dia berharap apa yang dikatakan Rey benar tapi sulit untuk Sya kembali percaya, sakit sekali rasanya saat kau merasa dicintai lalu di buang secara tiba tiba. Sya hanya takut itu kembali terulang.

Usapan lembut Rey di rambutnya membuat Sya sadar, setidaknya dia hanya perlu menikmati bahagianya saat ini, jika nanti dia kembali terluka setidaknya ada lebih banyak kenangan yang akan mengisi hari suramnya, setidaknya dia tidak membohongi perasaannya sendiri..Sya hanya perlu menikmatinya, alur takdir akan selalu membawanya ke sebuah akhir yang entah bahagia atau sebaliknya..

" Kita udah cukup dewasa Sya meski ada banyak hal yang berubah tapi tidak dengan perasaan yang kita miliki satu sama lain, "  ucap Rey dengan tatapan yang tak lepas dari wajah Sya

"Aku akan selalu cinta sama kamu Sya" ucap Rey, sembari tersenyum Rey mencium seluruh wajah Sya, sosok yang tak pernah berhenti dirindukannya.. dahi, kedua pipi nya, hidung, dagu, dan terakhir bibir..rasa yang akan selalu diingat Rey .

" Sekarang tidur,. Kamu pasti capek banget kerja seharian" ucap Rey dan kembali memasukkan Sya ke dalam dekapan hangatnya ...

"Selamat mimpi indah,.

Sayang"...


#tbc

I'am Not A VirginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang