Note:
*Eugenetika: Ilmu yang mempelajari tentang hukum pewarisan sifat.*Sitologi: Ilmu yang mempelajari tentang sel.
*Ekologi: Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan.
*Epidemiologi: Ilmu yang mempelajari tentang penularan penyakit
*Virologi: Ilmu yang mempelajari tentang virus.
--------------------------------------
Menjelang tengah malam, Alena sendirian di lab Biologi. Ia istirahat sejenak, duduk nyaman ditemani secangkir teh herbal dan biskuit, setelah selesai mengisolasi virus di dalam kotak es bersegel. Terlepas dari banyaknya tugas penelitian, ia puas. Bekerja di sini tidak buruk. Fasilitasnya lengkap, arsip-arsip kepustakaan bebas diakses dan pemandangan hutan di luar sana cukup bagus. Satu-satunya hal yang mengusik Alena hanyalah kenangan tentang ayahnya. Kenangan itu melahirkan rasa ketidakpercayaannya pada pemerintah, dan dia benci itu. Kenangan itu pula yang membawanya kembali ke sini.
Ia belajar untuk mengabaikan nostalgia dan rasa kangen. Dulu ia selalu bersama ayahnya, meneliti di lab Biologi, atau yang juga disebut 'lab nomor 2'. Mempelajari sampel, mendata dampak radiasi, bahkan berdebat soal teori evolusi molekuler. Sekarang, ia tak bisa mengulang momen itu lagi. Kesepian sudah menjadi sahabat karibnya sejak Alexei meninggal.
Ini hari yang berat. Empat belas jam ia habiskan di lab, melakukan tugasnya. Awalnya ia tidak dipertimbangkan untuk berada di sini dalam waktu lama, tapi sepertinya tidak bisa begitu. Rencana berubah. Sebuah sampel memaksanya bekerja keras, memberinya sedikit sekali pilihan untuk sekadar tidur atau cari hiburan. Ia tahu waktunya cuma dua minggu. Kemudian ia akan segera berekspedisi, bertualang di medan yang sesungguhnya.
Jika berjalan lancar, itu akan menjadi ekspedisi dengan jangka waktu dua sampai tiga minggu. Atau sebulan, dua bulan, tergantung seberapa cepat ia mengumpulkan sampel monster itu-monster pembunuh yang telah menyerang Joachim Krum. Sebulan, dua bulan, itu pun kalau ia sanggup bertahan dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Seperti yang banyak terjadi pada ekspedisi-ekspedisi sebelumnya, seleksi alam tetap berlaku. Yang tak kuat bertahan dipastikan tak kembali, atau kembali dalam wujud tanpa nyawa.
Omong-omong soal Joachim Krum....
Para ilmuwan sudah memeriksa mayatnya. Bekas lukanya. Joachim Krum tewas tak lama setelah berhasil dievakuasi, atau mungkin lebih tepatnya ditangkap. Ia terkena infeksi. Interogasi terhadapnya sempat dilakukan, tapi selang dua hari kemudian ia mengalami kejang dan koma. Satu minggu setelahnya, ia tewas karena kegagalan fungsi organ. Belum lagi kondisi satu tangan dan kakinya yang nyaris buntung. Ia mati, saat menjalani prosedur karantina, dan tak seorang pun kerabat datang menjemput mayatnya. Tak seorang pun, di luar izin pimpinan lab, tahu tentang nasib dan ajalnya.
Entah apakah mayat pria itu sudah dikubur atau masih disimpan untuk bahan penelitian. Alena tak peduli, tak menaruh simpati, karena memang begitulah seharusnya nasib korban keganasan Area 11—Alena sudah banyak melihat orang mati di tempat ini. Entah itu karena infeksi, kecelakaan, tertular penyakit, maupun paparan radiasi. Militer, ilmuwan, hingga petugas lab. Boleh jadi ia korban berikutnya.
Bukan berarti ia punya sejuta keberanian. Tidak. Ia takut. Jauh di lubuk hatinya, ia sangat takut. Mati dengan cara yang tidak diinginkan; semua orang takut itu. Ia takut jasadnya tak lagi dapat dikenali: wajah sobek, daging tercabik, kulit terkelupas. Ia takut tak sempat mengucap selamat tinggal kepada ibunya, satu-satunya keluarga yang masih ia punya. Ia takut, kelak ketika mati, tak seorang pun di sisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the Origins of Nature (On Progress)
Science FictionRasa bersalah semakin menggunung kala merenung di tempat dengan pemandangan hijau yang hampa. Dari balik jendela, hanya ada hamparan hutan hambar yang terasa tidak penting. Di atas, cakrawala berlapis tak lagi terasa indah. Terpaksa kuteruskan perja...