Note:
*Mon Dieu: Tuhanku*Bien joué: Baiklah
*CERN: Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire. Organisasi Eropa untuk riset nuklir.
*Non: Tidak
-------------------------------------
Para ilmuwan anggota ekspedisi sedang bersiap-siap. Mereka memakai jas lab, termasuk Alena. Tidak wajib, mengingat semua orang bisa memakai apa saja yang mereka mau. Namun karena nantinya ada pertemuan dengan kepala ilmuwan, tentunya mereka harus berpakaian rapi dan ... sedikit resmi. Lagipula tidak ada salahnya pakai jas. Sekadar formalitas.
Di balik jasnya, Alena mengenakan sweter polkadot yang agak kebesaran dan celana panjang kain yang dibawanya dari apartemen. Ia juga sudah makan siang di kamar pribadi ini—menunya dimasak langsung dari stok kulkas—dan, tak lupa, paracetamol. Lukanya pun telah ditangani, praktis dan sigap. Dengan memoles bedak penyegar secukupnya dan balsem aroma lavender, ia sudah siap bertemu orang-orang.
Han dan Sofia menoleh saat Alena bergabung. Rambut Han disisir klimis, liontin biru miliknya tersembunyi di bawah kerah kaus longgar. Sofia berdandan lebih ringan—maskaranya hilang dan ia menggunakan lipstik ala kadar. Meskipun begitu, Alena terkejut karena ia masih cantik dibandingkan wanita manapun di sini. Rambut pirangnya selicin sutra, bergelung di pucuk-pucuknya, dan mengilap terkena pantulan mentari. Alena menyangka Han akan terpaku karena Sofia memang tampak mengagumkan, tapi mata Han malah beralih kepada Alena. Pandangan mereka bertumbukan dalam cara yang canggung.
"Itu apa?" Han bertanya seraya menaikkan alis. "Itu yang kau pegang, maksudku "
Alena menunduk untuk menatap tangannya sendiri. Greta telah berpesan agar Alena membawakannya buku bagus berisi sampel tumbuhan kering dari perpustakaan. Buku itu hendak mereka kaji bersama Lidewij dan Peter, demi mencocokkan sampel zona ekspedisi dengan sampel wilayah sekitarnya. Namun Han tidak sedang memandangi buku itu melainkan wajah Alena seakan-akan dia meminta jawaban.
"Ini almanak biologi," ucap Alena kering. "Sekaligus herbarium. Isinya data cuaca dan sampel tumbuhan yang dikeringkan pada tahun-tahun sebelumnya."
"Semacam diktat? Kalian disuruh baca buku?" tanya Han bingung.
Alena mengerutkan dahi. "Beberapa informasi ditulis di atas kertas. Bukan di database komputer. Ini hasil pekerjaan ilmuwan yang sengaja dijilid supaya bisa dibawa ke mana saja." Ia melambaikan buku itu, menepuk sampulnya yang setebal kardus. "Bukan berarti semua orang boleh memilikinya. Ini arsip khusus."
Han mengangguk-angguk. Meskipun penampilannya setengah santai, pikir Alena, Han tetap terpandang sebagai pria necis yang elegan dan kritis. Pembawaan dirinya kaku dan normatif—cenderung dijauhi karena banyak memicu atmosfer tegang. Dia tipikal orang yang perfeksionis, pragmatis, tidak mentolerir kenistaan, tanpa cela, dan tampil sederhana. Sama sekali tak ada kesan urakan.
Sofia, di sisi lain, tampak seperti gadis remaja yang suka datang ke pesta-pesta tengah malam sembari berkencan dengan lelaki kaya raya. Cantik, gila sanjungan, dan bersikap hedonistik layaknya ratu prom. Ia tersenyum anggun. "Kau ada tugas malam ini?"
Alena membuat pertimbangan cepat. "Mungkin, tugas-tugas kecil," katanya. "Memangnya kenapa?"
"Oh, yang benar saja. Bersenang-senanglah walau sebentar." Sofia menggeleng prihatin. "Jam delapan, tentara-tentara itu akan menggelar pesta api unggun. Kau tahu, itu acara bakar-bakar, juga kumpul-kumpul. Kita bisa ikut, mungkin ilmuwan lain turut ikut. Cari kenalan baru, bangun relasi, saling bertukar info seputar kerjaan lab. Itu bagus, kan? Barangkali mereka bisa memberitahu kita situasi di Area 11."
KAMU SEDANG MEMBACA
the Origins of Nature (On Progress)
Ciencia FicciónRasa bersalah semakin menggunung kala merenung di tempat dengan pemandangan hijau yang hampa. Dari balik jendela, hanya ada hamparan hutan hambar yang terasa tidak penting. Di atas, cakrawala berlapis tak lagi terasa indah. Terpaksa kuteruskan perja...