Note:
*Azalea: jenis tanaman berbunga dari keluarga Ericaceae dan genus Rhododendron. Azalea dikembangkan sebagai tanaman hias yang populer. Pada habitat liar, ia biasa tumbuh di hutan dan wilayah berawa.--------------------------------------
Pripyat, 1986Lima belas jam sebelum ledakan....
Ia mendorong bentengnya maju tiga langkah dan mengambil pion hitam dari papan catur.
Ivankov bereaksi dengan gelengan kepala bingung. "Kau keliru." Lalu, mengeluarkan kuda dari persembunyian.
Mendung hitam tampak menggantung penuh, seolah tak kuasa lagi menahan air hujan yang hendak tumpah ke permukaan. Mereka duduk di meja marmer di taman, bersiap-siap lari untuk berlindung kalau-kalau hujan turun. Ivankov berkata, "Aku akan memaksamu kembali ke pojok dan menyergap rajamu tanpa ampun. Pertama-tama, harus singkirkan peluncur."
Ini memberi gambaran kepada Alena terkait rencana lawan. Dengan mengetahuinya, ia pun membuka serangan baru dengan menteri putih pada sudut berlawanan di papan catur itu. Sepuluh menit dan selusin gerakan dilakukan Alena yang akhirnya melengserkan raja Ivankov. Laki-laki itu menyerah dengan gelengan kepala bingung. "Bagaimana kau melakukannya? Aku bahkan tidak sempat susun ulang strategi."
"Kau membocorkan permainanmu sendiri. Mulut yang tertutup tak akan membocorkan rahasia, Teman." Alena merasakan tetes-tetes rintik hujan mulai jatuh menerpa tangan. Mereka pun mengumpulkan buah catur dan berlari menuju pagoda taman di tengah taman utama. Gerumbul bunga-bunga tulip telah siap untuk dipotong; azalea-azalea mulai bermekaran.
Ivankov meletakkan papan caturnya dan mereka mulai menata kembali bidak-bidak catur. "Oh, aku lupa memberitahumu. Tampaknya ayahku akan pulang sekitar dua minggu lagi." Matanya berbinar penuh kegairahan. "Dia akan tinggal selama sebulan sebelum kembali bertugas. Itu jauh lebih lama dibandingkan tahun kemarin."
"Itu kabar bagus." Alena mencoba tersenyum. Ayah Ivankov adalah seorang insinyur dan ahli kimia yang bekerja untuk pemerintah Soviet. Pembangunan kota Pripyat ini juga tak lepas dari ide yang diajukannya bertahun-tahun silam. Itu menunjukkan betapa tinggi kedudukannya di mata pemerintah. Jika beliau akan singgah selama itu di sini, seperti kata Ivankov tadi, itu artinya ada sesuatu terjadi. Sesuatu yang buruk, mungkin. Kedatangan ayah Ivankov tidak mungkin sekadar untuk berlibur. Pasti ada yang perlu ditangani di reaktor nuklir itu, pikir Alena. "Dengan siapa beliau datang?"
"Pastilah sekelompok ilmuwan Soviet," jawab Ivankov cepat, seolah dia sudah begitu yakin.
Alena mengerutkan dahinya. Ia berpura-pura berkonsentrasi pada papan catur biar Ivankov tidak dapat melihatnya tengah berpikir. "Kau tahu apa tujuan mereka?"
"Tidak ada ilmuwan pemerintah yang berbaik hati memberitahu proyek mereka, Teman. Mereka bekerja secara profesional di dalam pengawasan kepolisisan. Siapa yang tahu ada masalah apa di tempat seperti ini? Tapi, mungkin memang benar; ini berkaitan dengan proyek pembangkit nuklir."
"Kau kan pekerja di reaktor nomor tiga. Kau tidak tahu sesuatu? Sedikit saja? Ayahmu...."
"Aku rasa bukan tugasku untuk bertanya. Posisiku bakal tidak aman kalau sampai memancing informasi yang bukan-bukan." Kemudian, kepalanya berpaling ke arah jalan, begitu pula Alena, tertarik oleh suara ban mobil melintas aspal becek. Sebuah mobil samar-samar terlihat dari balik tikungan jalan dan Ivankov berkata, "Omong-omong soal ilmuwan Soviet.... Lihat!"
Pada kedua sisi dari sebuah mobil yang cukup besar berkibar bendera emblem dengan warna latar merah bergambar palu, arit dan bintang; swastika Republik Soviet. Mobil itu berhenti perlahan; sopirnya, memakai seragam abu-abu dan tutup kepala khas tentara Soviet, melompat keluar dan mengangkat sebuah payung hitam saat membuka pintu penumpang. Alena membatu ketika ia melihat seorang Soviet berwajah keras muncul di bawah payung.
KAMU SEDANG MEMBACA
the Origins of Nature (On Progress)
Ciencia FicciónRasa bersalah semakin menggunung kala merenung di tempat dengan pemandangan hijau yang hampa. Dari balik jendela, hanya ada hamparan hutan hambar yang terasa tidak penting. Di atas, cakrawala berlapis tak lagi terasa indah. Terpaksa kuteruskan perja...