30. Kenyataan pahit

5.6K 370 17
                                    

Malam pun tiba ....

Kini, Velyn sudah berada diruang tamu bersama Jesslyn dan Ibunya mereka semua sedang menunggu seseorang datang.

"Ma calon kak, Jeje ganteng ya?" pancing Velyn sengaja.

"Ha-ah? Iya," gugup Ibunya.

Tok! Tok! Tok!

Baru saja pembantu, Velyn yang akan membukakan pintu tersebut namun dengan sengaja Velyn menghentikannya.

"Gak usah, Bik. Biar, Velyn aja," ujar Velyn menghampiri pintu tersebut, sedangkan orang yang dipanggil Bibik tersebut hanya bisa menganggungkan kepalanya lalu melenggang pergi kedapur.

"Lo pasti bisa, Vel." Velyn dan batinnya saling menguatkan.

Velyn pun berjalan perlahan menghampiri pintu rumahnya, lalu ia membukannya dengan hati-hati.

"Om, tante?" tanya Velyn mencoba untuk biasa-biasa saja, dibalas senyuman oleh mereka.

"Eln-no?" gugup Velyn.

Ya, mereka adalah tamu yang keluarga, Velyn tunggu-tunggu.

"Silakan masuk," suruh Velyn, mereka pun langsung masuk terkecuali Elno.

Elno langsung menarik tangan Velyn kasar. "Ini yang lo maksud, Lyn?!"

"Kenapa?" balas Velyn sok cuek.

"Kita bisa berjuang sama-sama, Lyn."

Mendengar tutur kata pria di hadapannya saat ini, membuat Velyn tertawa hambar.

"Berjuang lo bilang? Dari awal aja hubungan kita hanya sebuah kesalahan dan di dasari oleh kebohongan! Apanya harus diperjuangkan, El?! Di sini hanya gua yang berjuang, El! Lo enggak!" tegas Velyn sinis.

Jleb.

"Gua ngaku gua salah, gua bisa jelasin semuanya, Lyn. Tolong jangan kaya gini gua udah cinta sama lo," ujar Elno meyakinkan Velyn.

Velyn tersenyum sinis. "Cinta? Lo gak cinta sama gua, El! Lo hanya cinta sama kak, Jeje!"

"Itu dulu, Lyn. Sekarang dan untuk selamanya cinta gua cuman buat lo!"

Bukannya menjawab Velyn malahan langsung melenggang pergi ke dalam rumahnya dengan tergesa-gesa.

Ia tak dapat menahan air matanya untuk tidak turun di waktu yang tidak tepat. Dengan cepat, Velyn berlari menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

Ia tak peduli dengan teriakan orang-orang yang memanggilnya ketika berlari tadi.

Seusai sampai di kamar, Velyn pun menjatuhkan tubuhnya kekasur empuk miliknya itu sambil menangis menumpahakan isi hatinya saat ini.

"Ayah ... kenapa takdir, Velyn sesakit ini?" isak gadis itu seraya memeluk guling miliknya.

"Velyn butuh pel-lukan ... hiks ... ayah saat ini," ujar Velyn tak henti-hentinya menangis.

Gadis itu berganti menatap langit kamarnya sendu.

"Tuhan! Kenapa engkau tidak adil padaku? Hiks ... tidak cukup kah engaku ambil ayahku, lalu ... ken-napa orang yang aku cinta kau takdirkan dengan orang lain! KENAPA TUHAN?!" teriak Velyn murka.

Sedangkan di sisi lain, saat ini diruang tamu keluarga Velyn sedang ada pembicaraan yang begitu serius.

"Jadi gimana?" tanya Ibu Velyn terhadap kedua orang tua Elno.

Jesslyn menatap Ibunya bingung. "Ini maksudnya apa si, Ma?"

Kali ini Nina ibu dari Elno angkat bicara. "Nak, Jesslyn udah kenal anak tante kan?"

Velyn [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang